Aluna POV
Ken Arok berusaha membantuku berdiri, namun kutepis dengan tanganku. Ia mundur selangkah. Aku berusaha berdiri dengan kaki gemetar.
"Apa kamu juga percaya bahwa aku adalah mata-mata yang dikirim kerajaan Kadiri?" tanyaku dengan suara bergetar.
Ken Arok tidak menjawabku.
'Ia percaya bahwa aku mata-mata!' Aku terluka.
Siapa juga yang akan mempercayai wanita linglung yang ditemukan tengah tertidur di bawah pohon dengan seabreg barang-barang aneh di sekelilingnya?
Siapa juga yang akan percaya dengan kisahku yang terdampar dari masa depan menuju ke masa lalu?
Siapa juga yang akan percaya dengan ide bahwa aku adalah penjelajah waktu?
Kalau bukan orang itu memiliki imajinasi tinggi atau memang bodoh aku yakin tidak akan ada yang mempercayaiku.
"Kamu percaya bahwa aku berasal dari kerajaan musuhmu?" tanyaku sekali lagi pada Ken Arok.
"Kamu bertanya pada siapa sekarang?" tanya Ken Arok dengan suara sangat dalam seperti biasa.
Suaranya seperti danau yang sangat luas dan memiliki kedalaman yang tidak terkira. Suaranya bisa sangat menenangkan, namun di kesempatan lain suaranya terdengar seperti sangat mengancam dan mengintimidasi.
"Apa maksumu?" aku bertanya tidak mengerti maksud Ken Arok.
"Aluna..." ia berjalan mendekat.
Aku mundur satu langkah.
Ken Arok menghela napas berat dan berhenti mendekatiku. Ia mengangkat tangan kanannya dan menunjukkan jari telunjuknya ke sebuah arah di belakangku. Di belakang taman cantik ini. Kuikuti arah jari telunjuknya dan itu mengarah ke sebuah sumber air sangat jernih yang terletak di belakang istana ini. Herannya hampir semua sumber air mengering dan hanya sumber air ini yang masih bertahan mengalirkan air segarnya.
"Bisakan kita berbicara sambil mengobrol di sana?" pinta Ken Arok masih dengan suara pelan.
Aku hendak menolak, namun belum sempat aku mengeluarkan pernyataan penolakanku Ken Arok sudah berbicara.
"Ada prajurit pengawalku yang mulai berdatangan di pintu taman ini," Ken Arok memberiku isyarat dengan ekor matanya mengarah pada lima orang prajurit dan kemudian berdatangan beberapa orang lagi.
"Sejak ada kecurigaan bahwa kamu adalah mata-mata dari Kadiri, semua orang menjadi waspada dengan keberadaanmu."
Ken Arok berjalan mendahuluiku menuju sumber air di belakangku sambil memberiku isyarat agar aku bergegas mengikutinya seolah ia sedang terburu-buru.
Beberapa saat kemudian kami sudah sampai di sumber air tersebut. Tempat ini memang tidak terlihat sama sekali oleh pandangan prajurit yang berjaga di pintu taman.
'Aku paham sekarang, Ken Arok hanya ingin sebuah tempat yang tidak terjangkau dari pengawasan pengawalnya.'
Ken Arok duduk di sebuah batu besar di sebelah sumber air. Ia memberiku isyarat agar aku duduk di sebelahnya. Aku menurutinya tanpa banyak protes. Tidak boleh ada keributan di antara kami, atau segerombol penjaga akan segera menghambur ke sini. Sebelum duduk aku menoleh sebentar ke arah segerombol prajurit yang berdiri cukup jauh denganku saat ini. Aman.
"Kamu ke sini bukan karena mengkhawatirkanku bukan?" tanyaku pada Ken Arok.
Ia mengabaikanku. Lebih tampak mengeluarkan ekspresi kesal tepatnya.
Sebuah pohon beringin sangat besar berada tepat di sebelah sumber air ini. Membuat teduh dan tenang tempat ini. Di sekitar kami sangat terik, hanya tempat ini yang terasa teduh. Bahkan angin kering berdebu sama sekali tidak terasa. Kupejamkan mataku menikmati suara gemericik air. Sumber air ini membentu danau kecil yang menampung aliran air kemudian terdapat sungai yang mengarah ke desa mungkin atau di sekeliling istana ini. Entahlah aku sendiri kurang mengenal daerah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEN AROK DAN KEKASIH RAHASIANYA
FantasiRatu Aluna, entah darimana kamu berasal. Kehadiranmu memenuhi seluruh ruang di hatiku dan ingatanku. (Ken Arok) 🌹🌹🌹 Ratu Aluna seorang mahasiswi jurusan sejarah sedang melakukan penelitian di sebuah candi peninggalan kerajaan Singosari. Ia sedang...