Negeri Penuh Angkara (Part 2)

370 52 9
                                    

Aluna POV

Matahari sudah hampir tenggelam. Beberapa saat yang lalu tabib istana baru saja meminumkan ramuan padaku dan ada ramuan yang dioleskan ke seluruh luka di tubuhku oleh dayang-dayang. Aku kembali mengenakan kain batik panjang agar mudah bagi dayang yang mengoleskan ramuan. Luka-luka ini sudah mengering dan meninggalkan rasa sangat gatal yang membuatku selalu ingin menggaruk. Tabib istana melaragku menyentuh luka-luka itu apalagi sampai menggaruknya, ia khawatir bekas luka yang mulai mengerig akan terbuka lagi.

Banyak hal yang terlintas di pikiranku saat ini. Rasa trauma pasca penculikan dan penyiksaan, rasa rinduku untuk kembali berkumpul dengan keluarga dan teman-temanku serta banyaknya pikiranku mengenai semua kekacauan yang akan terjadi di negeri ini. Sampai kapan aku terdampar di masa ini? Apakah aku akan selamanya tersesat di sini dan akan mati di masa ini juga?

Aku juga memikirkan semua hal yang dilakukan Ken Arok padaku. AKu bukanlah gadis yang bebal dan buta hingga tidak dapat memahami arti semua tindakannya. Ken Arok menaruh hati padaku entah sedalam apa. Namun aku yakin ia menaruh hati padaku. Perasaannya sengaja aku abaikan. 

'Apa aku juga mengabaikan perasaanku padanya?' tanyaku dalam hati namun segera kutepis.

Aku mati jika menuruti perasaanku pada raja negeri ini. Sang Ratu dan Sang Selir pasti tidak akan tinggal diam. Cukup dengan adanya perseteruan dua wanita dalam hidup Ken Arok saja sudah runyam keadaannya, apalagi ditambah kehadiranku. Lagipula aku tidak ditakdirkan untuk tinggal di jaman ini.

Ken Arok tentu bukan pria yang bisa aku remehkan. Ia mungkin sosok pria yang lembut di hadapanku dan tidak pernah berlaku kasar, namun ketika di hadapan musuh dan para prajuritnya ia berubah menjadi pria sangat tegas dan bisa melakukan apapun untuk menggapai ambisinya. Ia adalah pria ambisius demi mendapatkan apapun yang ia inginkan. Termasuk demi mendapatkanku.

 Siang tadi sesaat setelah aku melarikan diri dari tempat peristirahatan Ken Arok, aku segera membuka banyak file dari laptopku. Semua file tentang sejarah kerajaan Singasari atau nama lain dari Tumapel yang kuperoleh dari dosen pengajarku, dari penjelasan Bima ketika kami sekelompok melakukan observasi dan dari mendownload secara daring. Semua bahan itu kubaca dan berusaha kupahami. Lebih dari tiga jam aku membaca semua materi itu dengan mempertaruhkan sisa-sisa penghabisan baterai laptopku. Sisa 10% baterai laptop dan 30% baterai handphone.

'Baiklah...aku tidak akan bisa menggunakan lagi kedua teknologi dari masa depan itu. Lupakan niatku untuk mengambil banyak gambar dari kerajaan ini,' batinku.

Ada banyak hal yang baru kupahami setelah membaca banyak artikel mengenai Singasari. Adalah Tumapel sebuah wilayah yang berada di bawah Kerajaan Kadiri. Tumapel dipimpin seorang akuwu, setingkat camat, bernama Tunggul Ametung. Tunggul Ametung dinilai memimpin dengan zalim dan banyak berbuat keji pada rakyat di bawahnya.

Ken Arok anak angkat dari Bango Samparan memiliki rencana untuk menggulingkan Tunggul Ametung. Ken Umanglah yang mendukung penuh bahkan ikut turun ke lapangan untuk melancarkan rencana pemberontakan.

Ken Arok merupakan salah satu pengawal pribadi kepercayaan Tunggul Ametung. Ia sengaja meminjamkan kerisnya yang dibuat oleh Mpu Gandring kepada rekannya yang bernama Kebo Hijo. Keris yang sudah digunakan Ken Arok untuk menghabisi Mpu Gandring, Sang pembuat keris, dipamerkan oleh Kebo Hijo kepada para prajurit lainnya. Begitulah sifat Kebo Hijo, suka pamer. Padahal keris itu bukanlah miliknya. Sifat suka pamer tersebut selanjutnya membawanya pada akhir yang tragis.

Suatu malam Tunggul Ametung terlelap di samping istrinya yang tengah hamil yang bernama Ken Dedes. Ken Arok tiba-tiba menyusup ke dalam kamar suami istri tersebut dan langsung menghunjam dada Tunggul Ametung dengan keris petaka tersebut tepat di depan Ken Dedes. Tidak ada yang menyadari bahwa Sang Akuwu tengah dibunuh malam itu karena seluruh prajurit sedang berpesta arak hingga mabuk. 

Keesokan harinya seluruh Tumapel gempar. Sang AKuwu dibunuh dengan sebuah keris. Keris yang diyakini milik Kebo Hijo. Sungguh sial nasib Kebo Hijo karena ia semalam memamerkan keris tersebut pada seluruh prajurit dan ia berkoar-koar bahwa keris tersebut adalah keris sakti miliknya. Kebo Hijo termakan jebakan Ken Arok. Ia celaka karena sifatnya yang suka pamer. Tanpa ampun Kebo Hijo diseret di tengah lapangan dan dihukum mati di sana tanpa pegadilan.

Negeri ini diawali dengan penuh rasa amarah dendam dan pertumpahan darah. Ken Arok adalah pria yang cukup berani berbuat hal tersebut. Ken Dedes yang tengah hamil dinikahi oleh Ken Arok. Ada sebuah ramalan yang mengatakan bahwa Ken Dedes adalah wanita utama yang kelak akan melahirkan para raja. Julukan Ken Dedes adalah Ardananareswari atau perempuan utama yang kelak akan melahirkan para raja.  Entah karena rasa cintanya pada wanita paling cantik tersebut atau ambisinya agar kelak memiliki keturunan para raja, Ken Arok pada akhirnya menikahi Ken Dedes.

Sesaat setelah berhasil merebut tahta Tunggul Ametung, Ken Arok kemudian memberontak dari kerajaan Kadiri dan memporak porandakan kerajaan tersebut. Pertempuran berdarah di sebuah tempat bernama Ganter yang berhasil mengakhiri nyawa raja Kadiri terakhir bernama Kertajaya di tangan Ken Arok. Setelah itu Ken Arok mendirikan kerajaan sendiri yang disebut Kerajaan Tumapel atau lebih dikenal dengan kerajaan Singasari. 

Nasib Ken Umang sungguh malang. Cinta pertama Ken Arok yang sudah mendukungnya untuk merebut kedudukan Tunggul Ametung tidak mendapat tempat istimewa sebagai Ratu. Ia hanyalah wanita Sudra yang harus puas sebagai selir. Selir yang hanya ditemui Ken Arok jauh dari kerajaan. Selir yang sembunyi-sembunyi ia temui di Candi Telih, sebuah tempat tersembunyi di balik gunung Mujur. Candi yang terlupakan dan jarang ada yang datang karena sangat terpencil dan kecil di sebuah tempat tersembunyi di Singasari.

Ken Arok berhasil menggapai ambisinya untuk menjadi raja yang dicapai dengan penuh pertumpahan darah dan dendam kesumat dari Mpu Gandring. Sesaat sebelum mati Mpu gandring bersumpah atas nama keris ciptaannya yang memiliki pamor penuh amarah dan darah, bahwa keris ini kelak akan menghabisi banyak orang termasuk Ken Arok.

Sang Raja baru kerajaan Singasari memiliki julukan Sri Rajasa Batara Sang Amurwabhumi. Kelak ia akan mati di tangan Anusapati, anak kandung Ken Dedes. Anusapati memerintah Batil Pangalasan untuk menghunuskan keris petaka tersebut tepat di dada Ken Arok di suatu sore saat ia sedang makan. Dalam kisah dari pararaton dituliskan bahwa Ken Arok menghembuskan napas terakhirnya di atas Tahta Kencana yang bermakna bahwa kematiannya tidak wajar. Anusapati yang tidak ingin rahasianya diketahui, membalas jasa Batil Pangalasan dengan menghunuskan keris kepada utusan tersebut hingga tewas.

Suatu ketika Anusapati beradu kekuatan keris dengan Tohjaya, anak dari selir Umang. Anusapati harus tewas karena keris petaka buatan Mpu Gandring. Tohjaya sendiri di kemudian hari harus menerima kematian yang sangat hina karena dibunuh oleh pengangkat tandunya.

Kerajaan penuh intrik dan perebutan kekuasaan. Anak dari Ken Dedes dan Umang saling bunuh. Anak-anak dari Ken Dedes sendiri juga saling bunuh demi kekuasaan. Inilah harga yang jarus dibayar Ken Arok. Darah yang sudah ditumpahkannya melalui tangannya dengan keris Mpu Gandring hanya memenuhi ambisinya sebagai raja selama lima tahun. Hanya dari 1222 hingga 1227. Sungguh sebuah harga yang tidak layak menurutku, namun inilah sejarah. Ken Arok pria yang kukagumi hanyalah satu dari lakok sejarah. Takdirnya memang seperti itu.

Negeri ini penuh angkara. Penuh dendam dan kutukan berdarah dari keris Mpu Gandring. 

Halo Author update lagi yaa...Jangan lupa vote supaya kita semangat bua chapter baru...

KEN AROK DAN KEKASIH RAHASIANYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang