Penjelajah Waktu

489 75 1
                                    

Sekelompok pasukan ini menodongkan pedang, tombak dan bahkan beberapa di belakang menarik busur panah. Mereka siap menebasku ketika aku bertingkah sedikit saja.

"Be..be...begini, tadi pagi aku dan ketiga temanku ke sini menaiki mobil. Mobilnya diparkir di tempat ini," ujarku sambil menunjuk tanah kosong yang tadinya ada mobil yang kunaiki.

Kakiku gemetaran dan sangat bingung dengan keadaan yang terjadi saat ini. Aku mencoba menenangkan diri. Kutarik napasku perlahan dan kuedarkan pandanganku di sekitar. Seluruh orang di depanku menggunakan kostum yang aneh.

'Aku yakin pasti Mika, Bima dan Rio sedang mengerjaiku. Hari ini ulang tahunku, makanya Rio tadi sengaja membawa banyak makanan,' ucapku dalam hati.

Aku mulai tersenyum menyeringai karena yakin bahwa orang-orang ini sengaja diminta untuk mengerjaiku.

"Mika, Bima, Rio!!! Keluar kalian! Nggak usah pakai acara prank segala deeh!" teriakku sambil menahan tawa.

Orang yang mengaku namanya Ken Arok membelalakkan matanya melihatku malah tertawa padahal sedang ditodong berbagai senjata tajam.

"Apa yang kamu lakukan? Kamu membawa pasukan??" tanyanya penuh selidik.

Ia memberi aba-aba pada pasukannya untuk lebih siaga dan merapatkan kepungan ke arahku. Melihat situasi seperti ini aku betul-betul salut dengan teman-temanku yang sangat total membuat scenario untuk memberiku kejutan ulang tahun. Pasukan di depanku dengan dipimpin Ken Arok makin merapatkan kepungan.

'Baiklah ini mulai serius. Sialan teman-temanku bisa-bisanya mengerjai kayak gini. Aku akan berpura-pura terjebak dalam skenario mereka biar cepet selesai acara prank ini," batinku.

Aku mundur beberapa langkah mendekati pohon besar tempatku tertidur tadi.

"Apa kalian tidak melihat bahwa aku sama sekali tidak membawa senjata, kenapa aku ditodong seolah seperti buronan??" ujarku pada pasukan di depanku.

Aku memasang wajah berpura-pura takut agar teman-temanku segera keluar dengan membawa kejutan kue ulang tahun.

"Tangkap wanita ini. Jangan diperlakukan kasar."

Ken Arok memberi aba-aba agar pasukannya menangkapku dengan nada sangat tenang. Dua orang dari pasukan yang ada di depanku mendekatiku. Aku berdiri tanpa perlawanan saat mereka mengikat kedua tanganku dengan tali.

'Okay akan kuikuti skenario teman-temanku. Biarlah mereka mengikatku sebentar,' batinku lagi.

Aku berjalan dalam todongan tombak di punggungku dan mereka mengarahkanku untuk keluar dari area candi. Aku menolak saat mereka memerintahkanku menaiki sebuah kereta kuda.

'Tunggu! Prank ini makin nggak lucu,' aku sangat marah pada teman-temanku.

"Apa kalian serius memintaku menaiki ini??" tanyaku kesal pada pasukan yang mengawalku.

"Oooh engkau mau berjalan kaki?" tiba-tiba seseorang yang mengaku sebagai Ken Arok muncul dari belakangku.

Ia mendahuluiku dan menaiki kereta kuda yang ada di depanku. Beberapa pasukan mendekat dan mengatur kuda-kuda agar berbaris di depan dan di belakang kereta kuda yang dinaiki Ken Arok. Barang-barangku dinaikkan ke dalam salah satu kereta berisi persenjataan mereka. Pasukan mulai menaiki kuda-kuda tersebut. Aku berjalan di barisan paling belakang dengan beberapa pasukan lainnya.

'Mereka akan membawaku kemana?' aku makin marah dengan rencana teman-temanku ini.

Rombongan berkostum aneh ini mulai berjalan menyusuri jalanan yang sepi. Aku mulai merasakan ada keanehan. Jalanan yang sedang kususuri ini sama sekali berbeda dengan yang kulewati pagi ini. Jalanan ini tidak ada aspal dan cenderung sangat sepi. Kanan kiriku seperti hutan dengan pepohonan yang lebat. Bulu kudukku mulai merinding. Aku tak bisa membayangkan ada binatang buas apa yang sedang mengintaiku dari balik semak-semak di dalam hutan ini. Tanpa terasa aku menangis karena ketakutan.

KEN AROK DAN KEKASIH RAHASIANYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang