Akhirnya Author update lagi. Ternyata butuh banyak baca referensi lumayan banget jika menuliskan fiksi sejarah.
Beberapa adegan terpaksa saya edit untuk mengurangi scene yang melibatkan fisik antara Ken Angrok dan Aluna untuk menghormati tokoh besar dalam sejarah tersebut.
Judul: Ciuman Pertama saya ubah menjadi King's Touch.
Jangan lupa vote yaa...agar author makin semangat nulis dan research sejarah tentang Ken Angrok
Happy Reading
*****************************************************
Ken Arok POV
Saat ini sudah masuk musim kemarau. Udara kering penuh debu menyesakkan dada. Sudah satu minggu sejak Aluna sadar dari komanya dan ia menghindar dariku sejak itu. Sudah seminggu juga termasuk HAri ini aku sedang berada di wilayah tidak berada di kerajaan. Artinya dua minggu sudah aku tidak bertemu ALuna. Ada urusan sangat mendesak yang mengharuskan aku turun tangan. Seorang mata-mata kerajaan Kadiri tertangkap. Kerajaan itu masih menyimpan dendam kesumat padaku sejak aku melakukan pemberontakan dan melepaskan diri dari mereka dan kunamai kerajaan ini dengan kerajaan Tumapel setelah berdiri sendiri.
Sejak tertangkapnya mata-mata itu kewaspadaan seluruh pejabat dan militer kerajaanku naik ke level satu. Mereka mendadak menjadi serba curiga terhadap orang yang dinilai asing maupun tidak familiar di wilayah ini. Sialnya Aluna menjadi salah satu orang yang dicurigai oleh jenderal militerku dan hampir seluruh pejabat kerajaan. Hanya penasihatku yang tidak mencurigai Aluna, karena ia tahu persis betapa sekaratnya Aluna sejak peristiwa penculikan oleh Umang. Seorang mata-mata harusnya memiliki keahlian mumpuni untuk melindungi diri dan melawan musuh. Aluna sama sekali tidak memiliki keahlian itu.
Aku tidak mampu mengendalikan kecurigaan ini karena terlalu banyak saksi yang melihat Aluna yang tengah duduk di bawah pohon disertai banyak barang-barang mencurigakan dari sudut pandang pasukanku. Tidak ada yang tahu dari mana asalnya, namun salah satu pasukanku menemukan Aluna baru saja bangun dari tidurnya dengan pandangan kebingungan melihat kami dengan senjata lengkap. Aluna awalnya meledek kami ketika kami tangkap. Ia pikir kami sedang mengerjainya atas perintah temannya.
"Saya yakin baginda bahwa gadis yang baru-baru ini masuk ke kerajaan ini adalah salah satu mata-mata Kadiri," tegas jenderal militerku penuh keyakinan.
Semua pejabat mengangguk setuju dengan ide konyol bahwa Aluna adalah mata-mata Kadiri. AKu tidak mungkin membeberkan kenyataan bahwa gadis itu bukan dikirim oleh KAdiri melainkan datang dari masa depan dan terjebak di negeri ini. Bisa dianggap raja sinting oleh seluruh bawahanku.
"Baginda ambillah sikap tegas dan kita eksekusi gadis itu," menteri pertahanan meyakinkanku.
Aku meradang mendengar permintaan eksekusi pada Aluna. Jangankan eksekusi, melihat Aluna terluka semenjak penculikan itu sudah membuat perasaanku sangat merana.
"Tentang gadis itu akan kuurus sendiri. Aku akan memanfaatkannya untuk mengorek sebanyak mungkin informasi dan rencana pihak Kadiri. Kalian jangan ada yang melakukan tindakan apapun pada gadisku di luar perintahku," titahku dengan nada bicara berusaha kubuat setenang mungkin.
"Alih-alih membuang waktu pada gadis lemah itu. Kita harus fokus pada rakyat. Saat ini musim kemarau terpanjang yang pernah kita alami. Banyak yang kelaparan. Saya minta menteri yang mengendalikan lumbung jagung dan padi kita mulai mengatur pembagian ke rakyat," perintahku tegas.
Aku berusaha mengalihkan perhatian para pejabat agar tidak lagi fokus pada Aluna. Bukannya aku mencari alasan, tapi memang kenyataannya rakyatku banyak yang mengalami kelaparan selama paceklik ini.
"Nyuwun sewu Kanjeng Ratu...Panjenengenan tidak perlu repot-repot mengorbankan tenaga berharga njenengan untuk mengatasi gadis mata-mata itu. KAmi seluruh abdi siap mengatasinya," salah satu menteri menyelaku.
"Apa kamu bermaksud tidak mematuhi titahku??!!" aku tak kuasa menahan kegeramanku.
"Persiapkan saja pembagian gabah dan jagung untuk rakyat!" teriakku sambil pergi meninggalkan singgasanaku.
Rapat dadakan ini diadakan ketika aku baru saja kembali dari wilayah di bawah kerajaanku. Aku harus memutar kepala agar kecurigaan para menteri pada ALuna teralihkan. Amarahku tak bisa kubendung ketika para pejabat ini tetap ingin 'membereskan' ALuna. Mereka mungkin menilai aneh mengenai kemarahanku ini. AKu terluka mendengar usulan agar Aluna dieksekusi.
Aku berjalan cepat menuju kamar Aluna. Prajurit yang akan mengawalku kularang mengikutiku. Sesampainya di depan kamarnya, aku mengetuk perlahan pintu kamarnya.
Hening. Tidak ada jawaban.
Aku mengetuk lagi.
Masih Hening.
Aku berjalan meninggalkan kamarnya. AKu tahu dimana gadis itu berada. Ada satu tempat favoritnya yang hanya aku yang tahu. Aku bergegas menuju tempat tersebut.
Seorang gadis tengah duduk di sebelah kolam kecil sambil sibuk melakukan hal yang ia sukai. Membuat kerajinan pernak-pernik. Sudah kuduga disanalah Aluna. Taman pribadi yang ada tepat di belakang perpustakaan pribadiku. Aluna suka sekali menghabiskan waktu di perpustakaan pribadiku dan taman kecil cantik ini. Area ini adalah area steril dari penjaga. Memiliki privasi yang cukup bagiku untuk menenangkan diri. Aluna gadis istimewa ini kuberi kebebasan untuk menggunakannya. AKu khawatir jika ia keluar dari area tempat tinggalku akan terjadi hal buruk lagi.
"Di sini kau rupanya," ucapku sangat lega akhirnya bertemu dengan gadis yang sangat kurindukan selama dua minggu ini.
Aluna sangat terkejut. Ia langsung berdiri dan membiarkan seluruh manik-manik yang ada di pangkuannya terhambur jatuh ke tanah.
"K..kkau..B..b..baginda anda sudah kembali?" ia terkejut dan memundurkan tubuhnya beberapa langkah agar menjauh dariku.
Aluna memanggilku dengan panggilan gelar kehormatanku. Pertanda bahwa ia tidak main-main menjaga jarak dariku.
Aku melangkah maju dan berjongkok untuk megambil batu-batuan cantik yang terserak di tanah. Aluna mundur dua langkah dan ia bergeming. Aku dapat merasakan ketakutannya.
Semalam hanya semalam sejak ia diculik Umang, Aluna berubah menjadi seperti ini. Ia datang ke kerajaanku penuh dengan keceriaan dan tanpa ada rasa takut. Sekarang ia seolah-olah sedang berjalan di atas lantai kaca. Ia penuh ketakutan dan kehati-hatian. Aku terluka cahaya keceriaan gadis itu terenggut.
Aku bukanlah pria yang cukup baik. Nama Angrok berasal dari Rok yang artinya menyerbu atau menyerang. Gelarku kebangsawananku adalah Sri Rajasa Sang Amurwa Bhumi. Rajasa sendiri artinya adalah semangat, meluap atau penuh nafsu. Semua sifatku telah terwakili dengan namaku. Namun sifatku yang tak sabaran dan penuh semangat meluapkan perasaanku pada Aluna justru membuatnya takut dan berada dalam bahaya.
"Biar saya saja, Baginda silakan istirahat di ruangan Baginda," ucap Aluna datar.
Gadis itu berusaha menyembunyikan takutnya. Ia merasa tidak aman di kerajaan ini. Ia tidak ingin menunjukkan rasa takut dan sedihnya pada siapapun.
Rumput-rumput kering di sekitarku. Daun-daun merangggas. Satu-satunya tempat hanyalah tempatku dan Aluna saat ini. Di bawah pohon beringin tua yang tangguh melawan kemarau. Akarnya sudah sangat panjang masuk ke dalam tanah. Udara panas dan berdebu membuat sesak dadaku. Pandangan mata Aluna membuat dadaku makin sesak.
Aluna segera merenggut batu-batuan alam untuk kerajinan manik-manik yanga ada di tanganku. Ia memasukkannya ke dalam keranjang.
"Saya permisi dulu," ia berlalu meninggalkanku yang sedang dipenuhi rasa rindu.
Tampak bekas luka masih jelas terlihat di lengannya.
"Apa kau tahu bahwa seluruh pejabat negeri ini mencurigaimu sebagai mata-mata Kadiri dan mereka ingin menghabisimu??"
Aluna menghentikan langkahnya dan tiba-tiba jatuh terduduk.
Aku menyesali ucapanku. Aluna makin ketakutan. AKu tidak mampu berpikir apapun. Aku berusaha memikirkan kata-kata apa yang mampu membuat Aluna tetap di sini. Di taman ini bersamaku setelah dua minggu lamanya ia menghindariku.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEN AROK DAN KEKASIH RAHASIANYA
FantasiaRatu Aluna, entah darimana kamu berasal. Kehadiranmu memenuhi seluruh ruang di hatiku dan ingatanku. (Ken Arok) 🌹🌹🌹 Ratu Aluna seorang mahasiswi jurusan sejarah sedang melakukan penelitian di sebuah candi peninggalan kerajaan Singosari. Ia sedang...