Ken Arok POV
Aku memutuskan untuk berkeputusan sebagai Sri Rajasa Batara Sang Amurwabhumi.
"Aluna...saat ini aku harus berkeputusan sebagai Sri Rajasa," ucapku serius.
Aluna tampak terperanjat dengan keputusanku.
"Tenang Aluna, ini bukan tentang kecurigaan para pejabat padamu. Ini tentang kemarau panjang ini," jelasku pada gadis bermata cokelat dan berkulit kuning langsat itu.
Tubuhnya tinggi dan kecil. Dia bukanlah sosok ideal bagi perempuan jamanku. Wanita yang berisi dianggap cantik daripada yang bertubuh kecil. Ken Dedes adalah perwujudan wanita cantik di jamanku. Tapi ketika Aluna menunjukkan beberapa gambar dari benda miliknya yang dia sebut telepon, aku melihat ayah dan ibunya memang berperawakan tinggi dan tidak gemuk. Tidak ada garis keturunan bagi Aluna untuk bertubuh berisi. Bagaimanapun perwujudan ALuna, bagiku dia wanita yang cantik.
Aluna cantik dan unik karena ia berpakaian tak lazim. Ketika seluruh wanita di jamanku hanya mengenakan kain yang dililitkan sebatas pinggang hingga lutut atau sampai mata kaki, Aluna mengenakan pakaian menutup hampir seluruh tubuhnya. Kain jarit panjang yang kusiapkan untuknya melalui dayang yang melayaninya ia atur sedemikian rupa melilit dan menutupi tubuhnya dari pundak mungilnya, lengan atasnya hingga sedikit di atas mata kaki.
Rambutnya. Oooh iya rambutnya berwarna kecokelatan seperti warna gabah basah yang terkena hujan. Aluna pernah bercerita bahwa ini bukan warna rambut aslinya. Ia mewarnainya. Warna seperti ini sangat disukai banyak wanita di jamannya.
"Kenapa pakaianmu seperti ini?" tanyaku suatu ketika.
"Seperti ini bagaimana maksudmu?" ia menjawab pertanyaanku dengan pertanyaan lagi.
"Pundak, lengan, bagian atas tubuhmu...Apa perlu ditutupi sedemikian rupa?" tanyaku padanya.
Aluna mengerutkan kedua matanya tampak tersinggung. AKu buru-buru memberinya penjelasan.
"Bukan...aku tidak bermaksud kamu berpakaian dengan buruk. Namun ini sangat tidak lazim," jelasku.
"Di jamanku wanita yang menunjukkan seluruh bagian atas badannya dan berjalan di tempat umum akan dikira orang gila. Kami harus menutup tubuh kami."
Ia menjawab sambil mengerlingkan mata cokelatnya dan menyentuh kain yang ditata cantik di atas pundaknya.
Aluna yang ceria, tak kenal takut dan selalu sembrono ketika mengobrol denganku sudah tiada. Betapa aku merindukan Aluna yang seperti itu. Sorot mata Aluna yang sekarang penuh ketakutan, kewaspadaan dan keputusasaan. Bahkan Aluna ketika kutangkap dan kupenjara di hari pertama kami menemukannya masih menjadi sosok gadis pemberani tak kenal takut.
"Lalu dalam hal apa kamu akan menjadi Sri Rajasa?"tanya ALuna.
"Rakyatku kelaparan karena kemarau panjang. AKu harus segera memerintahkan agar dilakukan ritual cambuk badan tiban," jelasku tegas.
"Ritual apa itu?" tanyanya penasaran dan sedikit ngeri.
"Kertajaya Sang Raja Kadiri kamu tahu?" tanyaku.
"Raja yang kamu melakukan makar hingga kamu memisahkan diri kan?"tanya Aluna.
Begitulah Aluna. Sangat suka menjawab pertanyaan dengan pertanyaan.
"Jangan bilang tindakanku makar Aluna. Itu sangat menyinggungku," tegasku.
Aluna sedikit terkejut dengan nada suaraku yang berubah.
"Raja Kertajaya adalah raja sangat kejam yang tidak pernah peduli pada rakyatnya. Suatu ketika kemarau panjang menimpa Kadiri. KErajaan yang kaya raya dan makmur itu mendadak paceklik."
KAMU SEDANG MEMBACA
KEN AROK DAN KEKASIH RAHASIANYA
FantasíaRatu Aluna, entah darimana kamu berasal. Kehadiranmu memenuhi seluruh ruang di hatiku dan ingatanku. (Ken Arok) 🌹🌹🌹 Ratu Aluna seorang mahasiswi jurusan sejarah sedang melakukan penelitian di sebuah candi peninggalan kerajaan Singosari. Ia sedang...