Prolog

2.6K 152 24
                                    

Suara alarm ponsel berdering memenuhi sebuah ruang dimana terdapat sebuah ranjang berukuran besar yang berantakan. Pagi telah tiba, dan alarm ponsel sudah berdering berkali-kali namun penghuni kamar itu tak juga terbangun meski hanya untuk sekedar mematikan dering alarm yang begitu berisik.


Sepasang pria dan wanita tampak terlelap di atas ranjang. Tubuh mereka terbungkus oleh selimut tebal yang menutupi tubuh polos keduanya. Kondisi ranjang benar-benar berantakan, sprei yang tersingkap, lembaran-lembaran pakaian yang berserakan di sekitar ranjang, beberapa bekas kondom tergeletak di bawah kaki ranjang. Sebuah asbak yang terdapat beberapa putung rokok yang pendek. Serta sebotol wine yang isinya tinggal setengah. Gelas piala yang tergeletak di bawah kaki meja nakas.. entahlah, kondisi tempat itu benar-benar mengerikan.

Sang pria, menarik lengannya dari dalam selimut membebaskan tubuh pasangannya dari dekapan posesifnya. Ia meraba-raba permukaan nakas untuk meraih ponselnya dan mematikan alarm yang mengganggunya. Ia mendudukkan tubuhnya, matanya mengerjap beberapa kali sembari mengusapnya. Masih sulit untuk membuka lebar matanya, terasa begitu berat karena kepalanya terasa sedikit pusing.

Ketika akhirnya ia bisa menemukan seluruh kesadarannya, ia menatap lekat layar ponselnya, dimana notifikasi tertera jelas di sana. Dua puluh panggilan tak terjawab, dan empat puluh delapan pesan. Ia mendengus tawa sembari menggaruk tengkuknya. Benar-benar tidak percaya dengan apa yang telah di tangkap oleh manik biru samuderanya.

Siapa lagi yang melakukan hal seperti ini jika bukan kekasihnya? Ia mengingat-ingat tentang alasan apa yang membuat kekasih hatinya sampai melakukan begitu banyak panggilan dan mengirimkan hampir lima puluh pesan kepadanya. Dan hanya perlu waktu beberapa menit ia ingat bahwa ia telah berjanji padanya akan mengajaknya pergi pagi ini.

Uzumaki Boruto, dia adalah pria berusia dua puluh dua tahun yang baru saja lulus kuliah jurusan Management dan Bisnis. Dia adalah putra mahkota dari keluarga Uzumaki yang terkenal sangat kaya. Dan sebentar lagi, Boruto akan menjadi salah satu pemimpin di perusahaan milik keluarganya.

Dia memiliki seorang kekasih cantik yang bekerja sebagai profesor di sebuah badan riset yang meneliti tentang hewan. Gadis beruntung itu bernama Kakkei Sumire. Tak bisa di ukur betapa Boruto mencintai kekasihnya yang selalu terlihat cantik di matanya. Wajah lugu yang cantik, murah senyum dan berhati lembut.

Tapi di balik semua rasa cintanya kepada Sumire, Boruto memiliki cinta lain yang tak kalah besar kepada Sumire. Cinta yang seharusnya tidak ia mulai. Cinta lain yang tak bisa Boruto lepaskan begitu saja. Cinta yang ia tujukan pada seorang gadis yang ia temui setelah setahun ia menjalin hubungan dengan Sumire. Uchiha Sarada. Gadis yang enerjik, memiliki helaian rambut sehitam arang dan sorot mata yang begitu indah sewarna dengan rambutnya.

Boruto bahkan rela berlutut di hadapan Sarada demi mendapatkannya. Boruto mencintainya. Sangat. Hingga detik ini, Boruto tak pernah bisa melepaskannya meski ia terikat dengan Sumire.

Boruto meletakkan kembali ponselnya lalu pandangannya beralih pada Sarada yang masih terlelap di sisinya. Tidurnya begitu tenang, bahkan ia mengabaikan memar di sekujur tubuhnya akibat ulah Boruto semalam. Boruto meninggalkan jejak-jejak ciuman di sekujur tubuh Sarada. Ahh, semalam benar-benar luar biasa. Meski hal ini bukan untuk yang pertama kalinya bagi mereka.

Dengan gerakan yang begitu lembut, Boruto mengusap pipi Sarada, mengecup keningnya sekilas kemudian beranjak pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Ia harus menepati janjinya kepada Sumire.

Beberapa waktu berlalu, Boruto sudah rapi dengan seluruh pakaiannya. Ia kemudian duduk di sisi ranjang tepat di sebelah Sarada yang masih meringkuk di bawah selimutnya.

"Sarada," Boruto berbisik di telinga Sarada dengan begitu hati-hati.

Sarada mengedikkan bahunya pelan sebagai respon untuk Boruto bahwa ia mendengarnya.

"Hm," jawabnya dengan malas-malasan.

"Aku harus pergi sekarang. Kau yang Check Out, ya?"

"Yeah." Masih dengan menutup mata, Sarada menarik lagi selimutnya semakin merapatkannya. "Bertemu Sumire, hm?" lanjut Sarada masih dengan suara yang serak.

"Hm, ya."

"Baiklah."

"Terima kasih. Aku meninggalkan sesuatu untukmu, ku letakkan di dalam laci nakas. Aku harus segera pergi."

Sarada membuka kedua matanya, ingin menatap wajah lelaki yang begitu ia cintai itu. Sejujurnya ia sedih karena harus merelakan Boruto pergi menemui kekasihnya. Meski dia pun adalah kekasih Boruto, kenyataannya Sumire yang lebih awal bersamanya. Miris memang saat Sarada harus menyadari bahwa dirinya adalah seorang kekasih simpanan. Tapi Boruto bukan pria beristri. Statusnya bersama Sumire masih sepasang kekasih, dan bersama dirinya pun juga sama. Yang membedakan hubungan Boruto dengan Sarada dan Boruto dengan Sumire adalah hal semacam ini. Boruto hanya melakukan seks bersama Sarada. Boruto belum pernah melakukannya dengan Sumire. Bahkan menyentuhnya pun belum pernah.

Sarada terkesan murahan, dan mungkin jika ada seseorang yang tahu mengenai hubungan Boruto dengannya akan beranggapan bahwa Sarada hanya sebagai pelampiasan nafsu Boruto yang tak bisa melakukannya dengan Sumire.

Salah besar. Jika mau, Boruto bisa saja mengajak Sumire melakukannya. Namun Boruto lebih memilih melakukannya dengan Sarada karena ia tidak ingin di bingungkan oleh kesalahan ketika ia harus di hadapkan dengan sebuah pilihan. Tentu saja pada akhirnya ia akan memilih Sarada.

Untuk saat ini, Boruto masih belum bisa melepas Sumire karena ia masih mencintainya. Ketika ia berhadapan dengan Sumire, rasa cinta yang bersembunyi saat bersama Sarada muncul begitu saja, membuncah, mekar bagai bunga Sakura di musim semi. Memang egois, tapi persetan dengan omongan orang mengenai dirinya, lagi pula Boruto bisa memberikan apa saja untuk kedua kekasihnya.

"Hati-hati di jalan," kata Sarada.

Sebagai salam perpisahan, Boruto mengecup bibir Sarada dan mengacak ujung kepalanya lalu pergi, menghilang di balik pintu kamar hotel. Sarada menatap sedih pada daun pintu yang tertutup. Hatinya nyeri, namun ia berusaha untuk tidak menyesalinya karena apa yang terjadi adalah keputusannya sendiri.

Ia menutupi tubuhnya dengan selimut lalu turun dari ranjang, berjalan ke arah nakas di seberang ranjang, menarik lacinya dan menemukan sebuah benda pipih berwarna hitam tergeletak di sana, mengkilap oleh cahaya matahari yang menerobos celah jendela kamar.

Kedua sudut bibir Sarada tertarik ke atas. "Black card? Unlimited?"

Hai hai.... Author Labil Comeback nihhhhh...
Hehehehehe

Terima kasih untuk dukungan kalian yang sejak lama setia sama kisah BoruSara di Another Love...

Ada beberapa dari penggemar Another Love yg mengharapkan cerita ini selesai sampai ending
😚😚😚

Dan karena banyak yg berharap tentang selesainya cerita ini,, jadi aku memutuskan untuk menyelesaikan sampai tamat....

Kali ini beneran gak PHP doang 🤣🤣

Seperti biasa, cerita ini akan tamat di PDF jadi Lisjuu akan open PO ebook nya smp tgl 3 November 2024.

Buat yg berminat bisa langsung WA othor dan payment ebook dengan harga 35k.

Buat yg ikutan PO akan aku masukkan dalam satu GC WA smp ebook selesai dan akan di kirim pada tgl 3 November...

Hayukk yang bener" penggemar another Love,, buruan WA LisJuu😘😘😘😘

Another Love [BoruSara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang