Dua Puluh Satu

1.2K 72 10
                                    

Boruto tersentak dari tidurnya saat dering telepon menggema di area kamar. Dering khusus yang menandakan panggilan darurat. Ia segera menyambar ponselnya. Matanya yang masih terasa berat ia paksakan untuk terbuka. Ia menatap layar ponselnya dan tertera nama 'Ayah' di sana.

Sejak Boruto mulai masuk dalam dunia bisnis ayahnya untuk belajar mengelola perusahaan, Boruto sengaja memberikan dering khusus untuk panggilan ayahnya. Karena ia tahu jika ayahnya menelepon, hanya akan membahas tentang pekerjaan. Dan Boruto tak bisa mengabaikan panggilan itu begitu saja.

"Ya ayah?" Sahut Boruto dengan suara serak.

"Kau dimana?"

"Hm?" Boruto menatap sekelilingnya. Ia masih berada di kamar hotel bersama Sarada yang masih tertidur pulas di sisinya. "Korea ayah. Ada apa?"

"Apa yang kau lakukan di Korea?"

"Hanya liburan."

"Oh astaga. Kenapa tidak bicara dengan ayah?"

"Maaf. Hanya rencana mendadak."

"Ya sudah kalau begitu. Lain kali jika kau ingin berlibur katakan saja pada ayah."

"Iya ayah. Memangnya ada apa pagi-pagi meneleponku?"

"Ku pikir kau ada di Jepang. Ayah ingin kau mewakili ayah untuk menghadiri launching brand baru."

"Oh. Jam berapa?"

"Pagi ini tentu saja. Pulang sekarang pun kau tak akan bisa datang tepat waktu. Biar ku minta Konohamaru saja untuk menggantikanku."

"Memangnya ayah ada dimana sekarang?"

"Filiphina."

"Oh," Boruto menggaruk rambutnya kemudian kembali berbaring.

"Ya sudah kalau begitu. Nikmati liburanmu."

"Ya ayah."

Panggilan berakhir.

Boruto meletakkan kembali ponselnya pada laci meja nakas di sisinya. Tubuhnya merosot, kembali menyusup ke dalam selimut tebalnya. Punggunya terasa ngilu, tidak hanya punggungnya namun sekujur tubuhnya. Setiap garis ototnya serasa kencang dan nyeri.

Apa yang terjadi semalam benar-benar luar biasa. Pengalaman pertamanya melakukan hubungan seks dengan seorang gadis. Ia tidak pernah menyangka bahwa gadis yang mendapatkan malam pertamanya adalah Sarada dan bukan Sumire.

Sejujurnya ia sudah berusaha menahan diri untuk tidak melewati batas, namun godaan Sarada membuat pertahanannya hancur. Dan tak ada gunanya menyesali yang sudah terjadi. Jika memang ada rasa sesal, setidaknya malam yang mereka lewati benar-benar mengesankan.

Boruto tertawa hambar sembari mengalihkan tatapannya pada Sarada yang masih tertidur pulas di sisinya. Jika tubuhnya saja merasa lelah dan remuk, bagaimana dengan keadaan tubuh Sarada. Tubuh mungil yang semalam nyaris tak ia beri kesempatan untuk beristirahat.

Ada begitu banyak memar di lengan Sarada. Sisa jejak ciuman yang Boruto tinggalkan tampak kemerahan di segala tempat. Boruto membelai pelan rambut hitam Sarada yang berantakan menutupi sebagian wajahnya. Sarada tersenyum dalam tidurnya, seolah-olah dia baik-baik saja. Napasnya naik turun dengan teratur.

Kecantikannya tak berkurang meski keadaannya amat sangat berantakan. Bagaimana Boruto tidak takluk dengan malaikat cantik yang sedang terlelap tenang di sisinya. Gadis yang tetap mencintainya walau berulang kali di buat kecewa olehnya. Gadis yang sanggup menahan sakit di hatinya selama bertahun-tahun.

Boruto menarik tubuh Sarada ke dalam pelukannya dan memberikan banyak kecupan di wajahnya. Merasa terusik, Sarada menggeliat dan merintih.

"Maaf," bisik Boruto tetap enggan melepaskan dekapannya. "Aku tak bisa menahan diri untuk tidak memelukmu."

"Hm," jawab Sarada malas-malasan. Ia enggan membuka matanya, masih sangat mengantuk. Di tambah lagi tubuhnya benar-benar terasa remuk.

"Kau masih ingin tidur?"

"Hm."

"Dua jam lagi kita harus pulang, sayang."

"Astaga Boruto, masih dua jam." Sarada mengeluh, ia merapatkan tubuhnya ke dalam pelukan Boruto masih enggan membuka mata.

"Bukankah kau perlu mempersiapkan banyak hal?"

"Yeah, tapi tidak sampai memerlukan waktu dua jam." Sarada mendesah panjang. Ia meringis saat di serang ngilu pada seluruh persendiannya, sedikit mendesis saat perih di selakangnya menyengat.

"Kau baik-baik saja?" Boruto bertanya khawatir, agak melonggarkan pelukannya. Ia menggulirkan bola matanya ke arah Sarada, menangkap wajah lelah Sarada dalam rengkuhan hangatnya. Bibir Sarada mengulas senyuman tipis, tak menjawab pertanyaannya.

Tanpa perlu bertanya seharusnya Boruto menyadari kondisi tubuh Sarada. Tentu saja Sarada sedang kelelahan setengah mati mengingat apa yang ia lakukan kepada tubuh kecil Sarada semalaman. Tak hanya sekali, dua kali, atau lebih dari itu, entahlah. Boruto melakukannya tanpa henti. Bukan karena tidak puas, tapi ia di serang gairah yang membara hanya dengan menyentuh tubuh Sarada hingga ia kesulitan menahan hasrat untuk berhenti bercinta dengan Sarada.

"Rasanya aku ingin waktu berhenti sekarang, agar tak perlu lagi aku berpisah denganmu dan terus di sisimu seperti ini selamanya," ujar Boruto. Ia menatap kosong pada langit-langit kamar, masih memeluk tubuh Sarada.

Sarada mencibir tidak percaya. Ia hanya tertawa lirih. Tahu bahwa Boruto akan mengatakan hal yang sama ketika ia bersama dengan Sumire. Dasar pembual.

"Terima kasih untuk malam yang berkesan," satu kecupan mendarat di kening Sarada. Begitu dalam hingga rasa lembut bibir Boruto mengalirkan sengatan nikmat hingga ke dalam jantungnya, memberikan satu hentakan kuat sampai membuat Sarada memberikan remasan pada kulit punggung Boruto.

Dada Sarada berdesir kala ia mengingat kejadian demi kejadian, detik demi detik, sentuhan demi sentuhan Boruto semalam. Ia menengadahkan wajahnya, menggigit ujung dagu Boruto kemudian mengecup jakun Boruto.

"Masih ada waktu dua jam lagi," Boruto berbisik di telinga Sarada. Nada yang sensual, sarat akan godaan yang membuat lairan darah Sarada berdesir cepat.

Sarada merosot di balik selimut, menutupi seluruh tubuhnya. Mengerti dengan maksud bisikan Boruto. Tanpa memberikan Jmjeda, Boruto menyingkap selimutnya lalu mengangkat tubuh Sarada dan membawanya menjauh dari ranjang. Lengan kekarnya membopong tubuhu mungil Sarada, membawanya ke kamar mandi.

Boruto menutup pintu kamar mandi dengan satu kakinya lalu menurunkan Sarada perlahan. Menghimpitnya ke dinding lalu mulai memberikan ciuman dalam pada bibi Sarada. Boruto menyentuh dagu Sarada menariknya turun agar mulutnya terbuka kemudian ia menyusupka lidahnya ke dalam mulut Sarada.

Tak kuasa menahan gairah Boruto, Sarada berusaha mengimbangi lumatan demi lumatan yang Boruto berikan padanya. Pria ini benar-benarembuat Sarada kewalahan. Setelah puas memberikan ciuman, Boruto memutar tubuh Sarada membelakanginya. Bibirnya menjelajahi bahunya, memberikan kecupan-kecupan basah pada bahu dan tengkuk Sarada.

Napasnya berat tak beraturan. Semakin menggila oleh desahan Sarada kala ia mencium gatis punggungnya. Tangannya membelai perut Sarada, turun hingga ke paha, lalu kembali naik ke dada dan memberikan remasan-remasan di sana.

"Sekali lagi, sayang. Aku menginginkannya."

Tanpa menunggu persetujuan Sarada, Boruto mendorong punggung Sarada hingga membungkuk. Ia menekan pinggul Sarada, lalu memposisikan senjatanya untuk bersiap masuk ke dalam Sarada.

Sarada meringis saat ujung kejantanan Boruto menyentuhnya. Yang semalam masih menyisakan perih, dan sekarang Boruto ingin melakukannya lagi.

Satu hentakan kuat Boruto berhasil membuat gairahnya masuk memenuhi Sarada di dalamnya.

Another Love [BoruSara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang