Delapan

708 78 7
                                    

Kadang Boruto berpikir tentang bagaimana kejam dan teganya dirinya kepada Sumire. Mencintai gadis lain dan menjalin hubungan asmara di belakang kekasihnya. Rasa bersalah sering muncul di benaknya, menusuk jantungnya hingga rasanya menyesakkan.

Terlebih saat ia berhadapan dengan wajah lugu kekasihnya dengan senyuman mengembang penuh ketulusan. Betapa jahatnya ia kepada kekasih yang begitu mencintainya.

Sekarang Boruto sedang merasakan kegalauan hati hingga ia tak bisa fokus dengan apa yang Sumire katakan kepadanya. Ia sibuk mengawasi raut wajah ceria Sumire dengan perasaan bersalah yang menggebu. Pikirannya melayang dengan kalimat penuh cacian untuknya sendiri.

Kau lelaki kejam Boruto!

Kau benar-benar seorang brengsek yang tak pantas mendapatkan cinta dari gadis sebaik Sumire.

Sadar dan tinggalkan Sarada!

Sarada...

Sarada...

Ahh, Sarada.

Hanya memikirkan nama Sarada sekilas, jantung Boruto menghentak begitu kuat. Hangat dan lembutnya bibir kekasih gelapnya membekas hingga tanpa sadar ia mengulum dan menggigit bibirnya sendiri.

Rasa apa yang muncul di hatinya untuk Sarada? Cinta atau hanya sebuah rasa nafsu berkedok kata cinta? Entahlah...

Satu hal yang Boruto tahu, Sarada selalu memberikan bamyak kenyamanan saat ia bersamanya.

Ia memgerjap saat jari Sumire menjentik cepat di depan wajahnya. Seketika apa pun yang mengumpul di pikirannya membuyar hilang tak bersisa. Ia hanya menatap kaget pada wajah Sumire yang tampak kesal padanya. Ia melongo menatap Sumire kemudian mengedarkan pandangannya ke sekeliling area lalu mengerjap dan tertawa samar.

"Ya? Maaf jika aku melamun," ucap Boruto menegakkan punggunnya.

Sumire mengerling kesal kemudian melempar punggungnya pada Sandaran kursi sembari melipat lengannya. Bibirnya cemberut dengan arah pandang beralih ke objek lain, melampiaskan kekesalan dan kecewanya karena sejak tadi Boruto tidak mendengarkannya.

"Kesal?" Boruto bertanya. Ia mengulurkan lengannya untuk meraih jemari Sumire namun Sumire berhasil menghindar.

"Ayo pulang."

Sumire marah. Gadis itu beranjak pergi meninggalkan meja tanpa menoleh sedikit pun ke arah Boruto. Ia melewati meja-meja yang tertata rapi di trotoar depan kedai makan begitu saja.

"Sayang," panggil Boruto. Ia mendesah pasrah penuh rasa bersalah ikut beranjak dari duduknya untuk mengejar langkah kaki Sumire.

Meski Boruto masih memberikan jarak di antara dirinya dengan Sumire, ia masih tetap setia mengekor semeter di belakangnya. Jika Sumire berhenti, ia akan ikut berhenti.

Ia tertawa lirih ketika Sumire tiba-tiba berhenti kemudian menghentakkan kakinya ke permukaan tanah karena kesal. Boruto tahu bahwa kekasihnya ingin ia merayunya dan memohon agar dirinya tidak marah.

Bukannya menuruti keinginan Sumire, Boruto justru menggodanya. Seberapa kuat Sumire sanggup bertahan dalam mode ngambeknya. Tak akan lama tentu saja. Namun melihat wajah dan sikap cemberut Sumire menjadi kesenangan dan hiburan tersendiri bagi Boruto. Bagi Boruto, Sumire yang sedang kesal tampak menggemaskan.

Ketika Sumire berhenti cukup lama, Boruto tahu bahwa sebentar lagi gadis itu akan berbalik dan merengek manja padanya. Diam-diam Boruto menghintung mundur selama lima detik. Dan benar saja, pada hitungan kelima, Sumire memutar tubuhnya dengan kesal. Bibirnya mengerucut di sertai rengekan manja yang membuat Boruto ingin menarik hidung Sumire serta mencubit kedua pipinya yang menggembung.

Another Love [BoruSara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang