Mungkin Sarada adalah gadis paling bodoh yang terlahir di muka bumi ini. Jika di pikirkan, untuk apa ia menyukai seorang lelaki yang telah memiliki kekasih seperti Boruto. Walau dia merasa tidak terlalu populer, kenyataannya banyak lelaki di sekolah nya yang menyatakan perasaan cinta kepadanya. Dan tak seorang pun yang ia terima.
Ia tergolong ramah dengan semuanya, bahkan dengan kaum lelaki. Tapi keramahannya bukan untuk tebar pesona. Tanpa perlu menebar pesona, Sarada selalu tampil mengagumkan yang bisa dengan mudah menguras seluruh perhatian para kaum lelaki.
Hanya ada satu pria yang bersikap acuh padanya seolah Sarada tidak pernah terlihat. Uzumaki Boruto. Pria kaya raya yang supel, dan terkenal sebagai lelaki bucin (budak cinta) Kakkei Sumire.
Sarada tak pernah melupakan momen pertama kali ia bertemu dengan Boruto. Lelaki itu pernah membantunya saat ia sakit dan nyaris pingsan karena mendapatkan hukuman yang berat saat Masa Orientasi. Saat itu Sarada terlambat mengikuti Orientasi dan sialnya, ada satu barang yang lupa ia bawa hingga ia harus mendapatkan hukuman berat dengan berlari memutari lapangan volly sebanyak dua puluh lima kali di saat perutnya belum terisi apa pun.
Di saat Sarada hampir kehilangan kesadaran karena kehausan dan kelelahan, Boruto datang padanya. Lelaki itu berlari menyeberangi lapangan dengan sebotol air isotonik karena tahu bahwa kondisi Sarada memburuk.
Sebelum Sarada sempat meneguk air pemberian Boruto dan mengucapkan terima kasih, salah satu senior langsung menghukum Boruto dengan melakukan scott jump lima puluh kali.
Ketika waktu istirahat tiba dan Sarada berniat mencari sesosok lelaki yang dengan cool memberinya minum hingga menerima hukuman berat untuk berterima kasih, ia menghentikan niatnya dan hanya memendam ucapan terima kasihnya di dalam hati. Karena saat itu, Boruto sedang bersama Sumire. Dan setelahnya, kabar mereka berpacaran pun sudah menyebar di seluruh sekolah.
Meski ia tidak memiliki rasa cinta terhadap Boruto saat itu, ia tetap kecewa karena alih-alih Boruto mengingat gadis yang ia tolong. Boruto bahkan berlalu begitu saja saat mereka berpapasan. Entah karena perhatiannya hanya terpusat pada kekasihnya atau memang dia benar-benar tidak mengingat Sarada.
Hingga ia sama sekali tidak menyangka perhatian lelaki itu kini menuju padanya. Lelaki itu bahkan kini tak bisa mengabaikannya begitu saja dalam jarak sejauh apa pun. Dan senyumannya sanggup menggetarkan hati Sarada.
Sarada segera memalingkan wajahnya, mengulum senyumannya sendiri saat Boruto masih mengawasinya meski kekasihnya sedang mengoceh dengannya. Jantung Sarada berdebar lebih cepat, tapi rasa bahagia yang ia rasakan tak ingin ia buang begitu saja. Tak perduli seberapa besar cinta Boruto untuk kekasihnya, selama Sarada masih bisa sekedar dekat dengannya ia akan menerima apa pun resiko yang terjadi setelahnya. Karena cinta itu gila. Hingga membuat Sarada mengharapkan Boruto menjadikannya cinta lain yang berarti.
"Ppssssttt..."
Sarada terkesiap kala telinganya mendengar sebuah desisan. Ia menoleh ke sekeliling tempatnya berdiri. Hanya ada rak buku setinggi empat meter di depan dan di belakangnya. Perpustakaan sedang sepi dan tak ada siapa pun di lorong tempatnya berdiri selain dirinya.
Setelah semenit ia menajamkan pendengaran dan tak lagi mendengar desisan lagi, Sarada kembali menyandarkan punggungnya pada kusen jendela perpustakaan di ujung lorong.
"Sarada!"
Sekali lagi. Seseorang memanggilnya berupa bisikan yang nyaris mirip dengan desisan ular. Sarada tidak percaya dengan hantu tapi jika ada seseorang memanggil namanya tanpa wujud, ia pun juga merasa ngeri.
"Aku ada di balik rak buku, tepat di belakang punggungmu."
Sarada mendesah lega saat suara Boruto terdengar. Ia tertawa lirih sembari menoleh sekilas pada rak buku di sisi kirinya. Kemudian ia mengintip pada celah kecil yang memberi jarak antara rak buku dengan dinding perpustakaan dan bayangan Boruto tampak dari sana.
Lelaki itu juga sedang duduk di bibir jendela seperti dirinya, bersandar pada kusen jendela.
"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Sarada menahan diri agar tidak terdengar sangat senang karena Boruto datang kepadanya.
"Mencarimu tentu saja."
Hentakan itu datang lagi. Bersamaan dengan aliran listrik yang menyengat di jantung Sarada, memacu debarannya menjadi lebih kuat dari biasanya. Ia benar-benar senang mendengarnya.
"Ada alasan apa sampai kau mencariku? Aku terkejut kau bisa lepas dari kekasihmu."
Boruto tertawa lirih, selirih suara sarada di balik punggungnya yang terhalang oleh tingginya rak buku.
"Terima kasih untuk ejekanmu, Sarada."
"Aku tidak mengejek, Boruto. Itu kenyataan. Kau bahkan menempel terus padanya," ucap Sarada sembari terkekeh.
"Ya ya, kau benar. Bisakah tidak membahas hal itu?"
"Baiklah. Lalu apa tujuanmu mencariku?"
Sempat terjeda beberapa saat dan Sarada bisa menebak lelaki di balik rak itu sedang berpikir untuk merangkai beberapa kata. Dan lalu Boruto mulai berbicara, "Malam ini, aku ingin pergi bersamamu. Apa kau ada waktu."
Sarada menggigit bibir bawahnya agar ia tidak berteriak karena kegirangan. Apakah Boruto sedang mengajaknya berkencan? Apakah akhirnya lelaki itu mengajaknya pergi berdua?
Tunggu! Benarkah hanya berdua?
"Pergi bersamaku?" Tanya Sarada mencoba meyakinkan diri.
"Hm. Hanya bersamamu."
"Hanya bersamaku?"
"Iya. Kau mau, kan?"
Sarada tertawa. Ia benar-benar tidak percaya dan menganggap Boruto hanya menggodanya. Mana mungkin Boruto mengajaknya pergi berdua. Akab sangat fatal jika seseorang di sekolah ini tahu Boruto jalan berdua dengan gadis selain Sumire. Dan Sarada tidak ingin terlibat jika hubungan Boruto bermasalah dengan Sumire apalagi sampai putus.
Tapi bukan berarti tidak mau, hanya saja Sarada enggan jika pergi berdua dengan Boruto justru akan menjadi masalah besar bagi hubungan Boruto dengan Sumire.
"Jangan bercanda, Boruto. Jika ada yang tahu kau jalan berdua denganmu dan melaporkannya pada Sumire, kalian akan bertengkar dan aku tak mau terlibat apalagi menjadi sumber masalah bagi kalian."
"Tidak akan ada yg tahu, aku janji padamu. Dan aku tidak sedang bercanda."
Sarada terpaku. Ia berperang batin antara menerima dan tidak. Memikirkan apa yang akan dia dapatkan dengan menerima ajakan Boruto dan juga resiko apa yang akan dia terima.
Walau begitu, bukankah ini sebuah kesempatan? Bukankah ia hanya perlu mempercayai Boruto?
"Sarada, maukah kau berkencan denganku malam ini?"
Sarada menelan ludahnya. Tanpa sadar jemarinya mencengkeram sisi bukunya dengan begitu kencang hingga lembaran-lembaran buku menjadi kusut.
"Aku mau. Tapi tidak malam ini, Boruto."
"Kenapa?"
"Kau tahu bahwa kencan hanya untuk sepasang kekasih dan kita bukan sepasang kekasih."
Skak. Boruto tak sanggup membalas kalimat terakhir Sarada. Namun Sarada bisa mendengar desahan panjang di balik punggungnya. Ia sedikit menoleh dari balik bahunya. Menanti apa kata-kata yang akan Boruto ucapkan lagi padanya.
"Bukankah sebelumnya kita pernah pergi berdua saja. Bahkan saat itu adalah kali pertama kita saling bicara setelah perkenalan."
"Saat itu pertemuan yang tidak kita sengaja, Boruto. Jangan samakan sesuatu yang tidak di sengaja dengan sesuatu yang sudah kau rencanakan. Kita akan berkencan, tapi tidak malam ini."
"Lalu?"
"Entahlah. Aku sedang tidak berniat menjadi selingkuhan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Love [BoruSara]
Fanfiction21+ Area Dewasa Bagaimana jika kau dibingungkan oleh perasaan yang bercabang? Boruto telah jatuh cinta kepada seorang gadis yang baru pertama kali ia temui di SMA. Uchiha Sarada, makhluk Tuhan yang begitu menawan yang sanggup membuat Boruto berlutut...