Entahlah... Apakah masih ada kalimat yang ingin Sarada sampaikan? Sebenarnya masih banyak yang ingin ia katakan kepada Boruto. Tentang bagaimana ia jenuh menjadi kekasih gelap. Tentang bagaimana ia terluka setiap kali melihat Boruto bermesraan dengan Sumire. Tentang bagaimana ia sangat ingin seluruh dunia tahu bahwa ia juga milik Boruto. Dan tentang bagaimana ia ingin memiliki Boruto seutuhnya. Hanya dia, hanya Sarada yang memilikinya.
Namun kenyataannya, seluruh kalimat yang ingin ia katakan kepada Boruto hanya menggema di kepalanya. Tercekat di kerongkongannya. Tiga puluh menit berlalu ia dan Boruto hanya terdiam, saling bertatapan tanpa mengatakan apa pun. Sampai akhirnya Boruto lelah dalam kebisuan. Ia ingin penjelasan mengenai lelaki yang bersama Sarada tempo hari. Dan apa hubungan lelaki itu dengan Sarada.
Boruto mendesah lelah, ia memutus pandangannya dari Sarada kemudian meremas kedua pinggangnya sendiri, lalu kakinya menendang angin yang hanya membuat ujung sepatunya menyerempet kasar permukaan lantai dak atap sekolah.
"Katakan apa yang ingin kau katakan, setelah itu jelaskan padaku tentang laki-laki yang bersamamu saat di bioskop kemarin."
"Dia temanku," sahut Sarada cepat. "Kau tidak perlu mencurigai apa pun."
"Aku tidak mencurigai apa pun, hanya—"
"—cemburu, aku tahu. Aku berteman dengannya sejak aku belum bisa membedakan pohon dan rumput."
Boruto melipat kedua lengannya sembari menatap dalam pada Sarada seolah ia sedang menilai kejujuran dari raut wajah Sarada. Wajah datar Sarada membuat Boruto percaya bahwa yang Sarada katakan adalah sebuah kejujuran.
"Lagi pula kau tidak berhak mencemburuiku." Sarada membuang muka. Dadanya serasa di cubit saat ia kembali mengingat Sumire yang bergelayut mesra di lengan Boruto.
"Kau benar. Itu sebabnya aku bertanya apa yang kau inginkan dari hubungan kita."
"Banyak. Sangat banyak. Tapi aku sadar apa pun itu kau tak akan bisa mengabulkannya. Terlalu sulit bagimu."
Seketika rasa bersalah menjalar di setiap sel darahnya. Jantungnya menghentak saat tiba-tiba Sarada berbalik memunggunginya.
Bukannya tidak sadar, Boruto tahu kesalahan yang sudah ia lakukan. Melibatkan Sarada dalam hubungannya, setengah memaksanya untuk tetap mau menjadi kekasih keduanya secara diam-diam. Padahal, dalam hubungan bercabang ini, Boruto tahu Sarada yang akan mengalami begitu banyak luka di hatinya. Mungkin jika Sumire tahu bahwa Boruto telah berselingkuh dengan Sarada, ia juga akan terluka. Beruntung karena Sumire menjadi satu-satunya pihak yang tidak tahu apa-apa dan tak perlu menahan luka karena terkhianati.
Yang perlu Boruto lakukan hanya menyembunyikan hubungannya dengan Sarada dari Sumire agar gadis itu tidak tersakiti. Egois memang. Tapi Boruto benar-benar tidak bisa kehilangan salah satu dari kedua kekasihnya.
"Maaf jika aku tidak bisa melakukan apa pun yang kau harapkan. Setidaknya, bukan sekarang."
Sarada tidak menyahut. Ia kelewat sakit dan tak ingin menambah lagi sakit di hatinya dengan meladeni semua yang hanya akan berakhir sia-sia. Tak ada gunanya mengharapkan Boruto untuk memberikan seluruh cinta untuknya seorang. Pria itu tak bisa melakukannya.
"Sampai kapan?" tanya Sarada lirih. Ia tersenyum miris, sembari meneteskan air mata. "Aku tidak yakin masih bisa bertahan di sisimu lebih lama lagi jika kau masih menggenggam dua hati. Aku tidak yakin bisa menanggung luka ini sendirian. Jika aku ingin kita berakhir saat ini juga—"
"—Kumohon jangan."
Sarada tersentak saat tubuh Boruto menubruk punggungnya. Kedua lengan pria itu melingkari perutnya, mengunci tubuhnya dalam satu pelukan posesif yang berhasil menghentikan deru napasnya sesaat. Darahnya berdesir cepat, ada gelenyar aneh menyerang seluruh sel sarafnya ketika hawa hangat tubuh Boruto menyebar,menembus kemeja sekolahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Love [BoruSara]
Fanfiction21+ Area Dewasa Bagaimana jika kau dibingungkan oleh perasaan yang bercabang? Boruto telah jatuh cinta kepada seorang gadis yang baru pertama kali ia temui di SMA. Uchiha Sarada, makhluk Tuhan yang begitu menawan yang sanggup membuat Boruto berlutut...