Tujuh Belas

620 58 5
                                    

Sial!

Semua perkataan Chouchou berhasil mempengaruhi Sarada. Mengacaukan seluruh pikiran waras Sarada sepanjang hari setelah hari itu. Sejak Chouchou menyarankannya untuk melakukan seks bersama sang kekasih, Sarada gelisah setiap malam.

Pikiran-pikiran kotor bergema di otaknya. Tiba-tiba saja ia membayangkan Boruto yang bertelanjang dada menggodanya. Bahkan Boruto muncul dalam mimpi-mimpinya secara erotis. Mencumbunya dengan ciuman panas, mengecup seluruh permukaan kulit lehernya, lalu memberikan sentuhan di seluruh tubuhnya.

Semua mimpi-mimpi itu berhasil membuat Sarada terbangun dalam keadaan kacau, berkeringat, dan berhasil pula mengeringkan kerongkongannya hingga ia harus meneguk segelas air putih di meja nakasnya hingga tandas dalam sekali minum.

Ia hanya berharap tidak mengigau dalam tidurnya. Apa yang akan terjadi jika mama atau bahkan papa nya mendengarnya mendesah saat tidur. Bukankah di usianya kini bukan lagi waktu untuk puber dan penasaran mengenai hal-hal semacam itu.

Sarada bergidik ketika ia mengingat mimpi yang baru saja ia alami, dimana tubuh Boruto mengukungnya, mendominasi tubuhnya yang mungil.

"Sarada?"

Sarada tersentak seketika kala suara mama nya memanggil di balik pintu kamarnya di sertai ketukan kecil. Tubuhnya masih basah oleh keringat dan ia tidak mau bertemu ibunya dalam keadaan yang sangat kacau.

"Iya, ma," sahut Sarada memberi respon.

"Oh, ya sudah jika kau sudah bangun. Kau bilang kau akan pergi bersama teman mu, aku hanya mengingatkan. Sekarang sudah pukul sembilan sayang. Mama dan papa harus berangkat sekarang."

"Iya, ma."

Jam sembilan? Astaga, Boruto akan menjemputnya setengah jam lagi untuk berangkat liburan ke Korea. Sarada berlari ke kamar mandi, melepas piamanya yang setengah basah lalu membersihkan diri.

Akhirnya hari dimana ia mendapatkan satu hari penuh waktu Boruto untuknya. Tak akan ada yang mengganggu. Tak akan ada yang menghancurkan semua yang sudah terencana. Tak akan ada Sumire di Korea, tak akan ada siapa pun yang ia kenal di sana. Hari ini, ia akan menggoda Boruto hingga pria itu setengah mati tak bisa menahan diri.

Sarada tidak memerlukan banyak waktu untuk mendandani dirinya. Ia sudah cukup puas dengan penampilannya yang sederhana. Rambut hitam yang ia simpul bergelung rapi, gaun selutut dengan potongan bahu rendah berwarna putih. Hels lima senti, anting mutiara hitam, kalung pemberian Boruto, tas jinjing mungil, sempurna. Ia berkedip pada bayangannya sendiri, mengagumi betapa gen sang papa telah menolong banyak penampilannya.

"Baiklah Sarada, hari ini kau seksi," Sarada berkata pada bayangannya di cermin. "Dia harus kau genggam malam ini."

'Oh, dan ada hal yang perlu kau ingat, Sarada. Gunakan pengaman.'

Sarada menarik napas panjang, ia menekan dadanya kemudian menghembuskan napasnya secara perlahan.

"Tenang Sarada. Kau sudah berperang batin semalaman penuh dan kau sudah mengambil keputusan. Tidak ada yang perlu kau khawatirkan." sekali lagi ia berkata pada dirinya sendiri.

Detik berikutnya ia tersentak saat suara klakson terdengar. Ia mengintip dari balik tirai jendela kamarnya, dan mobil Boruto sudah terparkir di luar pagar rumahnya.

Sebelum ia melangkah pergi, Sarada beritual menarik dan menghembuskan napas panjang berkali-kali untuk menenangkan diri. Mengusir kegugupan dan kegelisahan hatinya.

Ketika membuka pintu rumah, Boruto sudah berdiri di sisi pintu mobil yang terbuka. Ia mengenakan kaos putih, jaket abu tua, celana jins hitam panjang, sepatu, dan kacamata hitam. Astaga, betapa tampannya penampilan lelaki itu.

Boruto langsung memberikan kecupan ringan di bibir Sarada ketika gadis itu sudah berdiri di hadapannya. Bahunya tersentak karena kaget. Entah karena hal apa satu kecupan dan senyuman Boruto detik itu meningkatkan frekuensi debaran di dada Sarada.

"Jangan lakukan hal itu secara tiba-tiba," Sarada menepuk bahu Boruto dengan keras. Membuat lelaki itu mengaduh, meski pukulan Sarada sama sekali tidak terasa.

"Maaf. Aku tak bisa menahan diri saat melihatmu terlihat cantik."

Sarada merona malu.

"Berangkat sekarang? Tidak ada apa pun lagi yang ingin kau bawa?"

"Kau bilang tidak perlu membawa apa pun."

"Yeah, kau bisa membeli apa pun yang kau mau di sana nanti. Kita hanya akan berkeliling Seoul. Atau kau ingin ke pulau Jeju? Aku tidak yakin kau mau pulang jika sudah berada di sana." Boruto tergelak sembari mengusap sisi wajah Sarada.

"Apa boleh?"

"Boleh saja, tapi tidak sekarang ya?"

Sarada menggembungkan pipinya lalu Boruto mencubitnya. Meninggalkan bekas kemerahan di pipi Sarada.

☘️☘️☘️

Jarak penerbangan dari Tokyo ke Seoul hanya memerlukan waktu dua jam setengah. Liburan bersama orang kaya memang berbeda. Boruto sengaja memborong tiket bisnis class hanya agar di dalam pesawat hanya ada dirinya dan Sarada. Boruto bilang dia berniat membawa pesawat pribadi milih ayahnya, namun ia tidak mau menjawab banyak pertanyaan yang mungkin akan menimbulkan masalah besar. Karena tentu saja, pesawat pribadi sering di gunakan ayahnya untuk perjalanan bisnis. Lagipula, Boruto tidak ingin terlihat menyombong di depan Sarada karena melakukan perjalanan menggunakan pesawat milik keluarganya.

Sesampainya mereka di Seoul, Boruto langsung mengajak Sarada ke sebuah restoran untuk makan siang sebelum menuju kota Gangnam untuk berbelanja.

Di Gangnam, Boruto membebaskan Sarada memborong apa pun. Entah pakaian, sepatu atau pun tas. Bahkan jika Sarada ingin menghabiskan seluruh waktunya untuk berbelanja di distrik Gangnam, Boruto akan setia mengekorinya, membayar semua yang gadis itu inginkan. Karena seluruh rasa sakit hati Sarada belum tentu bisa di bayar dengan semua apa pun yang bisa dia berikan sekarang.

"Boruto, ku dengar di kota ini banyak kantor-kantor agensi K-Pop, ya?"

"Yeah. Kenapa?"

"Aku menyukai salah satu idol K-Pop. Apa aku bisa bertemu dengannya?"

"Ah, ku pikir kau hanya menyukaiku saja," Boruto mencibir.

"Tentu saja aku hanya menyukaimu. Tapi pria ini beda. Aku menyukainya lebih dari aku menyukaimu"

Boruto menghentikan langkahnya, melirik kesal pada Sarada yang terkekeh padanya.

"Hanya bercanda, sayang."

"Ya ya ya, aku tahu. Lalu?"

"Apa kau bisa membawaku bertemu dengannya?"

"Siapa?"

"BTS"

"Hah?"

"BTS, Boruto. Kau tidak tahu mereka? Astaga."

"Kau pikir dengan aku membawamu ke agensi mereka kau bisa langsung bertemu dengan mereka? Jangan bermimpi, Sarada. Ini masih sore."

Sarada merengek dengan wajah sedih.

"Maaf sayang, untuk yang satu ini aku tidak bisa."

"Aku ingin bertemu Jimin."

"Astaga Sarada. Sudahlah, ayo belanja lagi. Kau belum membeli sepatu."

"Boruto..."

"Lihat di sana ada sepatu bagus, sayang. Kau mau beli berapa? Apa saja ambillah tapi jangan meminta Jimin padaku."

Sarada mendengus kesal. Ia berjalan mendahului Boruto semeter di depannya. Kakinya ia hentakkan kasar dalam setiap langkahnya. Bibir tipisnya tak berhenti cemberut bahkan sampai Boruto membawanya ke Namsan Tower.

Another Love [BoruSara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang