Dua Puluh

1.2K 72 9
                                    

Tubuh Boruto menjulang di hadapan Sarada. Sesuatu yang besar di balik celananya menantang Sarada, tepat di depan wajahnya. Tangan Sarada terulur, gemetar hebat. Setengah ngeri, namun juga penasaran.

Resletingnya sudah turun. Terbuka, menampilkan celana dalam bermerek di baliknya. Perlahan Sarada menurunkannya hingga terhenti di lutut Boruto.

Sekali lagi Sarada menelan ludah kasar saat ia melihat betapa besarnya sesuatu di balik celana dalam Boruto. Apa pun itu, Sarada tidak yakin benda itu bisa dengan mudah memasukinya. Ia merinding saat membayangkan rasa sakit yang akan ia alami ketika sesuatu itu memaksa masuk menembusnya.

"Kau boleh menyentuhnya, sayang," ujar Boruto. Pria itu membelai puncak kepala Sarada dengan begitu lembut. "Buka saja," katanya dengan sangat percaya diri.

Sarada mendongak menatap wajah Boruto dengan ngeri. Meski Boruto mengumbar senyuman menawan, rasa takutnya tak juga menghilang dari benaknya. Benar-benar sial. Sarada tidak pernah memperkirakan bahwa milik Boruto akan sebesar ini.

Masih dengan tangan yang gemetar Sarada menurunkan celana dalam Boruto. Kedua matanya menutup rapat, tak punya nyali untuk melihatnya.

Dadanya bergemuruh oleh debaran yang tak beraturan. Apa yang harus ia lakukan dengan benda sebesar itu di hadapannya.

Apa yang harus aku lakukan sialan?

Boruto menuntun tangan Sarada untuk menyentuhnya. Sarada menahan napas lagi saat hawa panas dari benda itu menyebar di telapak tangannya. Ia merasakan denyutannya. Tangannya terasa begitu penuh hingga tanpa sadar Sarada memberikan remasan. Di luar kendalinya tangan nakalnya justru membelai benda itu. Ia kembali menemukan kesadarannya saat mendengar desisan Boruto. Gerakan tangannya berhenti dan ia kembali mendongak menatap Boruto. Pria itu sedang menengadahkan wajahnya, menikmati permainan tangan Sarada.

Boruto menatap Sarada saat ia merasakan tangan Sarada berhenti mengocoknya. "Kenapa berhenti? Kau tahu? Kau melakukannya dengan baik, sayang."

"Apa tidak sakit?" tanya Sarada dengan wajah lugu yang menggemaskan.

Boruto menggeleng. " Tidak. Aku ingin yang lebih lagi, sayang. Maukah kau menghisapnya?"

"Apa?"

"Menghisapnya, sayang. Seperti yang ku lakukan padamu sebelumnya."

Menghisapnya? Berarti memasukannya ke dalam mulut? Astaga! Apa mulutnya sanggup menampung benda sebesar itu? Untuk kesekian kalinya Sarada menelan ludahnya dengan kasar. Rahangnya terlalu kecil untuk menampungnya.

Meski ragu, Sarada ingin mencobanya. Pertama ia mengulum ujungnya lalu memberi jilatan disana. Kemudian perlahan ia memasukkan ujung benda itu kedalam mulutnya, memberikan satu hisapan kecil yang membuat Boruto mendesis dan mengerang.

Sarada mengecap rasanya. Ada sedikit rasa asin ketika ia kembali menjilatnya. Rasa yang muncul akibat lendir bening yang keluar dari ujung kejantanan Boruto. Sarada mencoba mendorongnya masuk lebih dalam lagi. Sial, baru setengahnya saja benda itu sudah menyodok pangkal tenggorokannya hingga membuat kedua matanya berair, ia nyaris muntah karena memaksanya masuk lebih dalam lagi. Rahangnya tak sanggup menampung seluruhnya.

"Maaf, mulutku tidak bisa menampung seluruhnya," ujar Sarada sembari mengusap sudut matanya yang berair.

"Pelan-pelan saja," kata Boruto menyarankan.

Sekali lagi Sarada mencoba memasukannya lagi, sedikit memberikan hisapan. Semakin lama ia melakukannya ia semakin menikmatinya. Rasanya benar-benar candu, ia semakin bersemangat saat Boruto mengerang dan meracau dan mulai berani memberikan gigitan kecil.

Boruto menarik wajah Sarada dari miliknya setelah waktu berlalu cukup lama. Ia tak bisa menahan lebih lama lagi karena hisapan Sarada benar-benar sanggup menarik dirinya keluar. Napasnya tersendat-sedat namun ia memaksa mengulum bibir Sarada dengan sangat rakus.

"Aku bisa meledak hanya dengan sentuhan bibirmu, Sarada," katanya dengan napas memburu.

Ia mendorong tubuh Sarada hingga kembali terkulai di atas ranjang. Menyerang tubuh Sarada dengan bersemangat. Boruto membuka kedua kaki Sarada mencengkeram paha Sarada. Lalu perlahan ia menekan ujung kejantanannya pada Sarada. Berusaha menerobos masuk secara perlahan. Matanya fokus pada usahanya menyatukan tubuhnya dengan Sarada. Memberikan dorongan-dorongan lembut agar Sarada tidak terlalu merasa kesakitan.

"Jangan lupa gunakan pengaman."

Kalimat terakhir yang ia dengar dari bibir Chouchou menggema di otak Sarada.

Sarada tersentak, ia menahan jeritannya saat Boruto berhasil memasukinya. Rasanya ingin mati oleh rasa sakit yang merobeknya. Sarada nyaris kehilangan napas, ia menangis tanpa ia minta. Rasanya benar-benar menyakitkan. Hampir saja ia menendang Boruto karena tak sanggup menerima rasa sakit akibat kejantanan Boruto yang memaksa masuk.

"Sakit?" tanya Boruto. Pria itu memeluk Sarada. Ia menggigit bahu Sarada menahan erangannya karena denyutan di dalam Sarada menghisap kuat miliknya.

Sarada mengangguk. Ia mendesis karena rasa perih yang ia rasakan. Perlahan rasa perih itu berangsur menghilang. Denyutan yang ia rasakan semakin terasa nikmat. Lalu ia merasa dirinya benar-benar di penuhi oleh Boruto.

Semenit berlalu untuk meredamkan rasa perih, Boruto mulai menggerakkan tubuhnya, menarik separuh miliknya keluar lalu memberikan hentakan dalam. Ia melakukannya secara perlahan dengan tempo yang stabil. Meski ia ingin melakukan gerakan yang lebih cepat lagi, ia berusaha menahan diri karena ingin menikmatinya.

Ini adalah pengalaman pertama bagi mereka berdua, jadi Boruto ingin malam ini berkesan dan tidak bisa di lupakan.

"Sarada, aku mencintaimu," racau Boruto dalam gerakannya yang semakin cepat.

Boruto mendominasi tubuh Sarada. Ia membuka lebar kedua paha Sarada menekan lipatan kaki Sarada, bergerak bebas di sana melakukan penetrasi pada penyatuan mereka dengan gerakan yang berangsur cepat.

Tubuh keduanya basah oleh keringat. Mereka benar-benar melakukannya dengan sepenuh hati dan niat ingin menikmati penyatuan mereka secara bertahap agar meninggalkan kesan yang tak akan pernah mereka lupakan.

Persetan dengan pengaman. Apa pun yang terjadi malam ini akan menjadi malam spesial yang harus mereka lewatkan tanpa penyesalan sedikit pun.

Hingga pada akhirnya gerakan Boruto mulai tidak beraturan, denyutan Sarada yang semakin menggila membuat Boruto serasa di remas kuat. Saat itu pula akhirnya Boruto sampai pada pelepasannya.

Boruto menekan dalam miliknya. Benar-benar menenggelamkan sepenuhnya di dalam Sarada. Mengerang kuat saat akhirnya ia mencapai puncak nikmatnya di dalam Sarada. Dua hentakan hebat terakhir adalah puncak permainannya malam itu.

Ia tidak akan menyesal membuangnya di dalam Sarada. Jika Sarada akhirnya hamil karena permainan malam ini, Boruto siap mempertanggung jawabkan semuanya.

"Boruto, kau tidak menggunakan pengaman," ujar Sarada di sela napasnya yang tersengal.

Boruto mengecup bibir Sarada lalu ambruk di atas tubuh kekasihnya. Ia menarik napas lalu menghembuskannya secara perlahan. "Kau akan baik-baik saja," bisik Boruto.

Sarada salah ketika ia berpikir permainan itu akan berakhir saat itu. Ternyata Boruto tidak cukup puas dengan satu kali permainan. Sarada berani bersumpah jika ia akan kesulitan berjalam esok pagi. Percuma saja ia mengkhawatirkan hal-hal yang kemungkinan bisa terjadi setelah ini karena sepertinya Boruto tidak perduli dengan semua itu.

Another Love [BoruSara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang