Delapan Belas

976 70 18
                                    

"Wow," mata Sarada berbinar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Wow," mata Sarada berbinar. Ia tidak pernah menyangka bahwa dalam menara namsan terdapat restoran mewah bintang lima. Dari sana ia bisa melihat keindahan kota Seoul. Lampu-lampu kota, jalanan yang ramai tampak seperti galaksi di bawah langit. Indah sekali. Ia bahkan tidak bisa berkata-kata lagi.

"Bagaimana? Sudahkah merasa bahagia hari ini?" Dengan percaya diri, Boruto yakin ia berhasil membahagiakan kekasihnya. Entah sudah berapa dolar uangnya terkuras hari ini, baginya semua setimpal dengan kebahagiaan yang terukir jelas di wajah Sarada.

"Tentu saja. Terima kasih Boruto. Apa kita akan menuju tempat lain lagi setelah ini?"

"Hm, sepertinya hari ini cukup sampai di sini saja, sayang. Setelah ini kita istirahat."

"Tidak pulang?"

"Kita pulang besok."

Jantung Sarada mencelos. Pulang besok berarti menginap. Menginap? Karena terlalu senang berbelanja, Sarada sampai melupakan misi menggoda Boruto. Seolah semesta merestui rencananya, atau memang imannya sedang di uji oleh Tuhan, entahlah. Tapi, ini adalah sebuah kesempatan dimana ia bisa menggenggam Boruto. Persetan jika Boruto sudah pernah melakukannya dengan Sumire atau belum. Meski pun ia berharap Boruto belum pernah melakukannya.

Sarada hilang konsentrasi. Bahkan makan malam yang ia nikmati terasa hambar karena ia terlalu gugup. Pikirannya melayang jauh pada malam yang akan ia lewati bersama Boruto. Apa yang harus ia lakukan untuk merayu Boruto malam ini. Sampai ia tidak sadar, ia sudah berada di lobby hotel.

"Hei."

Sarada tersentak saat Boruto menjentikkan jarinya di depan wajah Sarada.

"Apa yang kau pikirkan?" tanya Boruto dengan alis terangkat.

"Tidak ada."

"Kenapa melamun?"

"Hah? Aku melamun?"

"Ya, sejak makan malam tadi. Kau sedang tidak memikirkan Jimin, kan?"

Sarada tertawa hambar. "Tidak. Tentu saja tidak."

"Ya sudah, ayo."

Ahh, kaki Sarada rasanya menjadi begitu berat. Seolah-olah ada ratusan ton besi yang membelenggunya. Ia bahkan tak berani berjalan di sisi Boruto dan hanya mengikuti pria itu di belakang.

Sial! Seharusnya ia menggoda Boruto, bukan malah bersikap malu-malu dan gugup.

Sarada berjalan cepat mengikuti Boruto lalu menggandeng lengan pria itu. Sarada bergelayut manja sembari menyandarkan kepalanya pada bahu Boruto. Boruto melirik sekilas kemudian tersenyum tipis.

"Kenapa?" tanya Boruto yang terheran oleh sikap Sarada yang tiba-tiba terasa semakin manja. Masih bersandar pada bahu sang kekasih, Sarada menggeleng.

Tak ada percakapan sampai Boruto membuka pintu hotel dan memberi ruang pada Sarada untuk memasuki kamar. Sekali lagi Sarada di buat takjub oleh kemewahan dan kemegahan yang Boruto suguhkan padanya.

Another Love [BoruSara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang