Dua Puluh Delapan

214 26 3
                                    

Maaf banyak typo...
Vote dulu sebelum baca,,berhenti jadi silent riders... Tekan vote kan gak bayar 🙄🙄🙄

Mati rasa atau apalah itu... Yang jelas setelah kehilangan Sumire dan Sarada, Boruto memilih untuk memfokuskan perhatiannya pada perusahan keluarganya. Ya, dua tahun telah berlalu dan Boruto telah resmi menjadi pemimpin Uzumaki Corp. Ia telah mengambil alih jabatan sang ayah sebagai CEO di perusahaan keluarganya.

Selama dua tahun pula Boruto menutup hatinya dari seluruh wanita yang berusaha mendekatinya. Terlalu cuek, terlalu dingin dengan siapa pun wanita yang ingin menarik perhatiannya.

Perubahan sikap Boruto cukup membuat ibu dan neneknya khawatir. Sementara Naruto memilih untuk mempercayai Boruto tentang kisah asmara sang putra.

"Apa kau tidak mau mencoba melakukan kencan buta, nak?" tanya Kushina pada sang cucu saat makan malam di suatu hari.

Boruto yang hendak menyuapkan nasi kare nya tampak membeku sedetik lalu melahap sendoknya dengan santai. Ia berusaha menulikan telinganya ketika nenek dan ibunya mendesaknya untuk mencoba dekat dengan seorang wanita.

"Boruto! Dimana sopan santunmu? Kau tidak dengar nenekmu sedang bertanya padamu?" Hinata menyentak kesal.

Sementara Boruto tetap datar dan tidak perduli. Sampai akhirnya ia memilih untuk meletakkan sendok dan garpunya kemudian beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan meja makan tanpa mengatakan apa pun. Tentu saja yang di lakukan Boruto cukup membuat ibunya marah. Ketika Hinata nyaris berteriak, Kushina menahan Hinata dengan mengusap bahu sang menantu dengan lembut.

"Berhenti mendesak Boruto, ibu," kata Naruto. "Pasti ada sesuatu yang membuatnya memilih untuk sendiri."

"Ibu tahu. Tapi usia Boruto sudah dua puluh enam. Sudah selayaknya dia memiliki kekasih. Apa kau tidak tahu bahwa lelaki seusianya bisa saja memilih untuk hidup sendiri selamanya jika tidak segera di dekatkan dengan wanita? Lagi pula kita perlu penerus."

"Jadi menikah hanya untuk garis keturunan yang tidak boleh putus?" tanya Naruto yang tampak mengangkat sebelah alisnya.

"Tentu saja. Apa Boruto akan mengurus perusahaan sampai dia tua? Kau bahkan menyerahkan perusahaan padanya di usia yang masih prima, Naruto," Kushina mendengus kesal sebab ia tahu bahwa Naruto hanya tidak ingin di pusingkan dengan problem perusahaan sehingga ia memilih untuk menyerahkan jabatan perusahaan kepada Boruto ketika anak itu sudah siap dan matang.

"Kenapa aku harus berlama-lama jika putraku saja sudah bisa menggantikan ku," Naruto terkekeh. "Jangan terlalu mengkhawatirkan Boruto. Nanti aku akan bicara padanya."

Dan setelah selesai melakukan makan malam, Naruto benar-benar mendatangi kamar Boruto untuk bicara dengannya. Tidak berniat untuk mendesak atau memaksa Boruto untuk melakukan kebcan buta, ia benar-benar inging Boruto tahu bahwa ia mempercayainya.

Tok tok tok

"Boruto, ini ayah. Apa ayah boleh masuk?"

Boruto melangkah malas menuju pintu kamar untuk membukakan pintu. Ia kemudian langsung berbalik menuju meja kerjanya setelah mengijinkan ayahnya masuk ke dalam kamarnya.

"Tidak ada kendala yang berat di perusahaan, kan?" tanya Naruto sembari mendudukkan dirinya pada kursi sofa di tengah-tengah ruangan kamar.

"Tidak ada," jawab Boruto datar.

Naruto terdiam, ia mengawasi punggung putranya. Boruto tampak terfokus dengan layar laptopnya. Benar-benar sedang bekerja meski ia sudah berada di rumah. Sepertinya kesibukan yang Boruto jalani di perusahaannya semata-mata untuk mengalihkan perhatiannya dari sesuatu hal yang membebani pikirannya. Dan desakan nenek dan ibunya mungkin semakin memperkeruh perasaannya.

Another Love [BoruSara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang