"Jangan gila," Boruto menepis lengan Mitsuki dari bahunya. Bagaimana bisa Mitsuki berpikir dia akan mengejar gadis lain sementara ia masih memiliki ikatan dengan Sumire.
"Apa kau tidak merasa bosan setiap hari hanya menempel pada Sumire. Oh ayolah Boruto, kau bisa mendapatkan kekasih lebih dari satu."
Inojin terkekeh dengan perkataan Mitsuki yang terdengar gila. Bagaimana bisa Mitsuki membujuk Boruto untuk berselingkuh. Teman macam apa yang menggoda untuk melakukan hal yang tidak baik.
"Jangan dengarkan mulut Mitsuki, Boruto," sergah Shikadai yang tiba-tiba muncul di antara mereka. Ia merosot duduk di lantai lapangan, menyandarkan punggunnya pada pagar pembatas lalu menguap lelah. "Kau tak akan mendapatkan keduanya jika menurut pada mulut Mitsuki. Jangan mencurangi kekasih yang mencintaimu. Jika kau serakah, kau akan gagal dan kehilangan keduanya."
"Cih, aku tahu itu. Lagi pula, untuk apa aku memperdulikan dua orang tolol ini?"
"Baguslah."
Mitsuki dan Inojin tertawa lebar. Mengundang delikan kesal dari mata biru Boruto. "Dasar teman sesat," gerutu Boruto.
"Tapi, bagaimana pendapatmu tentang Sarada, Boruto? Aku serius bertanya, apa dia gadis yang pantas untuk di kejar?" Inojin mengerling pada Boruto. Satu alisnya terangkat menunggu pendapat dari sahabatnya itu.
Sekali lagi Boruto menoleh ke arah Sarada yang tak lagi duduk sendirian, di sisinya ada seorang gadis tambun berkulit eksotis yang tampak manis. Keduanya sedang mengobrol asyik di sana.
Ia mengawasi lagi bagaimana sosok Sarada. Gadis yang baru pertama kali ia lihat. Dari segi wajah, postur tubuh, bagi Boruto gadis itu benar-benar terlihat sempurna. Garis tawa yang terukir di bibirnya membuat kedua matanya menyipit.
"Cantik." Ujarnya tanpa sadar. Mata safirnya masih mengarah pada Sarada yang tertawa bersama temannya. Dan Boruto, terkunci oleh pesona gadis itu. Jantungnya kembali menghentak, berdebar satu kali lebih cepat dari biasanya.
Inojin dan Mitsuki mencibir. "Lihat. Dia terpesona," bisik Inojin pada Shikadai. Shikadai melongo mengawasi bagaimana Boruto memandang sosok Sarada. Sorot mata Boruto tak bisa membohonginya bahwa dia terpesona dengan Sarada.
"Berhenti memandangnya Boruto, atau kekasihmu akan marah dan kau akan kesulitan," Shikadai berusaha memperingati karena ia melihat sosok Sumire yang berjalan menuju area dalam lapangan untuk menghampirinya.
"Sadar Boruto, ada yang datang," lanjut Inojin. Kalimatnya bernada. Dan untung saja sebelum Sumire sampai di hadapan Boruto, Boruto telah menguasai dirinya dan mengumbar satu senyuman senang pada Sumire.
"Hai," sapa gadis itu dengan begitu riang. "Sudah makan?" Tanyanya pada Boruto yang terperangah sedikit terkejut atas kedatangannya secara tiba-tiba.
Tanpa menghilangkan senyumnya, Boruto menggeleng. Salah tingkah karena hampir ketahuan sedang memperhatikan gadis lain. "Mau ke kantin?"
Sumire mengangguk sembari meraih lengan Boruto, menggamitnya dengan begitu mesra. Namun ia tak bisa mengabaikan tingkah Inojin dan Mitsuki yang terkikik sembari meliriknya. Sangat aneh baginya. Dengan gerakan lambat Sumire mengalihkan tatapannya dari Inojin dan Mitsuki ke Shikadai yang tampak cuek di tempatnya kemudian beralih ke Boruto yang jelas sekali tampak salah tingkah.
"Kalian kenapa?" Tanya Sumire lagi. "Boruto?" Desaknya dengan kerlingan penuh curiga.
"M-memangnya kenapa?"
"Kalian... Sedikit terlihat... Aneh," ujar Sumire dengan kalimat yang begitu lambat, mencurigai tentang suasana yang tiba-tiba menjadi begitu canggung setelah ia datang.
"Hanya perasaanmu saja, sayang. Ayo pergi," dengan cepat Boruto menarik lengan Sumire untuk pergi dari sana.
Bukan salah Sumire jika mencurigai gelagat aneh mereka berempat. Di tambah bagaimana cara Boruto membawanya pergi dari lapangan dengan terburu-buru. Ia mengawasi wajah Boruto yang tampak gugup dan aneh. Wajahnya bersemu kemerahan. Namun langkah cepat Boruto telah mengaburkan perasaan curiga Sumire dan ia hanya mengikuti Boruto begitu saja.
☘️☘️☘️
Sial, sejak Inojin dan Mitsuki memperlihatkanku pada gadi ini kenapa aku terus menerus berpapasan dengannya?
Boruto mengawasi sosok gadis bernama Uchiha Sarada yang sedang memilih buku di salah satu rak di perpustakaan. Ini adalah kali ke lima Boruto bertemu dengan Sarada.
Pertama ia berpapasan dengan Sarada di gerbang sekolah. Kemunculan Sarada sempat membuat Boruto kaget sekaligus terpaku kala Sarada berjalan dengan begitu anggun sembari mengibaskan helaian hitamnya yang terurai di punggungnnya.
Kedua saat ia mengambil buku tugas di ruang guru, Sarada sedang berbincang dengan salah satu guru di sana. Suara nyaring Sarada berhasil menghentakkan jantung Boruto.
Ketiga, saat ia kembali lagi ke ruang guru karena ada buku yang ketinggalan, ia kembali berpapasan dengan Sarada. Kali ini begitu dekat hingga wangi parfum Sarada masing melekat di indra penciuman Boruto.
Ke empat, saat jam istirahat tanpa sengaja Boruto melihatnya berjalan menyusuri koridor sekolah menuju kelasnya.
Lalu ini yang ke lima. Gadis cantik itu tampak berdiri di depan salah satu rak tinggi. Wajahnya menengadah ke atas, mencari-cari buku yang ia inginkan. Boruto mengintip di balik rak, mengawasinya. Kembali menilai bagaimana sosok Sarada di matanya.
Ia belum pernah mengakui kecantikan seorang gadis selain kekasihnya sendiri. Tapi Sarada, telah membuatnya mengakui, betapa menariknya sosok Uchiha Sarada di matanya. Bahkan ketika gadis itu muncul di hadapannya, sosok Sumire menghilang begitu saja dari benak dan pikirannya. Mungkin terdengar jahat, tapi memang ini kenyataannya.
Tubuh Boruto menegak ketika ia melihat Sarada kesulitan untuk mengambil buku yang letaknya lebih tinggi dari tubuhnya. Ia nyaris berlari, berniat membantunya kemudian menghentikan pergerakannya kala seseorang sudah lebih dulu membantunya.
"Terima kasih," ucap si gadis lembut.
"Hm," jawab si lelaki sedikit terdengar angkuh. "Kau bisa minta bantuan jika kesulitan—"
"—aku selalu ada untuk membantu kesulitanmu," Sarada menyahut kalimat pria itu.
Si pria yang terdiam seketika karena Sarada menghafal dialognya tertawa kemudian mengacak puncak kepala Sarada. Perlakuan itu sempat membuat darah Boruto mendidih. Tak terima Sarada di sentuh seenaknya. (Memangnya kau siapa, Boruto?)
"Sekali lagi, Terima kasih Kawaki."
"Yeah, sama-sama. Ku lihat kau sendirian. Dimana si gendut?"
"Jangan mengatai Chocho gendut atau dia akan menghajarmu jika memdengarnya."
"Sepertinya aku beruntung karena kali ini dia tidak mendengar."
"Hentikan Kawaki."
Tepat ketika Sarada tertawa sembari memukul lengan Kawaki dengan bukunya, Boruto berbalik pergi. Bersama denyutan nyeri di dadanya yang membuatnya merasa aneh. Mengapa ia merasa kesal? Ia bertanya-tanya tentang hubungan Sarada dengan Kawaki.
Frustasi, ia mengacak rambutnya sendiri. Melampiaskan kekesalan yang muncul di benaknya. Perasaan yang datang tak sesuai dengan yang ia inginkan.
"Mereka hanya berteman. Kau tak perlu sefrustasi itu." Mitsuki muncul secara tiba-tiba di balik punggung Boruto.
Boruto yang terkejut dengan kemunculan Mitsuki hanya mendelik kesal kepadanya. "Apa maksudmu?"
"Sarada dan Kawaki. Mereka hanya berteman. Asal kau tau, Kawaki sudah memiliki kekasih di sekolah lain. Kekasihnya masih berkerabat dengan Sarada. Masih ada kesempatan untuk mendapatkannya kawan."
"Berhenti bersikap gila, Mitsuki."
"Bibir bisa berkata tidak. Tapi hati, siapa yang tahu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Love [BoruSara]
Fiksi Penggemar21+ Area Dewasa Bagaimana jika kau dibingungkan oleh perasaan yang bercabang? Boruto telah jatuh cinta kepada seorang gadis yang baru pertama kali ia temui di SMA. Uchiha Sarada, makhluk Tuhan yang begitu menawan yang sanggup membuat Boruto berlutut...