*9*

1.9K 118 10
                                    

Aku dan Erka sudah di ruang makan. Kami memulai sarapan dengan keheningan. Erka diam tidak mengeluarkan kata sedikitpun. Aku hanya sesekali melihat ke arah Erka.

"Erka?" Panggil ku padanya memecahkan keheningan.
"Hmm?" Jawab Erka tanpa melihat ke arahku.
"Kau kenapa? Kau sedang tidak enak badan kah?" Tanyaku lagi. Jujur saja aku khawatir melihat Erka seperti ini.
Erka hanya menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaanku.
Aku kembali diam, tidak tau harus bertanya atau berkata apa lagi.

"Aku sudah selesai." Kata Erka yang telah selesai sarapan seraya bangun dari kursi makan.
"Aku mandi dulu ya, sehabis ini aku pulang ke apartemenku." Lanjutnya lagi meninggalkan ku diruang makan.

Erka, tingkahmu aneh sekali. Kau pasti bermimpi buruk tadi, bukan? Erka, kau bisa cerita padaku apa yang terjadi.

.

Aku sudah selesai membersihkan peralatan-peralatan kotor. Dan aku sedang menunggu Erka mandi didalam kamar.

Tak lama kemudian Erka keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang sudah dia kenakan.

"Erka." Panggilku seraya mendekati Erka di depan pintu kamar mandi.
Erka menatap ke arahku seraya bertanya "Ada apa?"

Tidak tau apa yang terjadi dan apa yang aku pikirkan, aku tiba-tiba memeluk Erka yang aku yakin Erka pasti kaget dengan apa yang aku lakukan.

"Erka, jika terjadi sesuatu padamu, kau bisa menceritakannya padaku." Kataku seraya berbisik ditelinganya.

Aku merasakan Erka membalas pelukanku.
"Pasti aku akan menceritakannya padamu. Tapi sungguh untuk saat ini aku tidak tau apa yang harus aku ceritakan padamu." Jawab Erka tepat ditelingaku.

Aku perlahan melepaskan pelukanku. Menatap Erka yang menundukkan wajahnya.

"Kau bermimpi buruk, kan?" Tanyaku yang masih menatap Erka.
Erka tidak langsung menjawab. Justru memalingkan wajahnya dari ku.

"Erka, siapa itu Rey? Kau menyebutnya dalam tidurmu." Lanjutku bertanya.
Seketika Erka kembali menatapku. Dan memalingkan wajahnya lagi.

Pasti ada sesuatu antara Erka dan orang yang bernama Rey itu.

"Tidak apa kalau kau belum mau menceritakannya padaku. Aku akan menunggu sampai kau siap menceritakannya." Kataku seraya menepuk pundak Erka dan tersenyum.

Erka menatapku dan tersenyum tipis. Aku langsung memeluk Erka lagi. Entahlah kenapa aku ingin sekali memeluk Erka. Aku yakin saat ini Erka memang membutuhkan seseorang. Lagi pula, Erka selalu ada disaat aku merasa terpuruk. Dan aku juga harus ada disaat Erka terpuruk. Itulah gunanya teman.

Ddrrttt... ddrrttt

Ponselku bergetar di atas meja samping ranjangku.

Aku langsung melepas pelukanku dan menghampiri ponselku yang bergetar dan melihat siapa yang menghubungiku.

Lana?

Segeralah aku menggeser tombol hijau dilayar ponsel pintarku.

"Halo?" Sapaku.

"Arva, kau ada acara hari ini?" Suara Lana menjawab dari seberang sana.

"Aku rasa tidak ada. Ada apa, Lana?" Jawabku dan kembali bertanya.

"Aku ingin mengajakmu pergi hari ini. Apakah kau bisa?" Ajak Lana. Eehhh? Lana mengajakku pergi? Berkencan gitu maksudnya? Kyaaaaa~

Aku senang Lana mengajakku pergi, tapi apa pantas aku bersenang-senang sedangkan temanku Erka sedang membutuhkan seseorang?

Give me your love...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang