*7*

2.1K 143 34
                                    

Aku menatap keluar jendela restoran tempat aku makan dengan Erka ketika aku melihat sosoknya.
Erka seperti melihat ke mana mataku mengarah.
"Lana." Aku memanggilnya tapi dengan suara yang sangat pelan. Aku tak tahu Erka mendengar atau tidak.

Seketika itu juga Erka langsung bangkit dari duduknya dan keluar dari restoran. Aku melihat ke mana Erka pergi. Aku kaget karena Erka menghampiri Lana di sana. Aku segera menyusulnya.

"Hei, kau. Kau Lana bukan?" panggil Erka pada Lana seraya memukul pundak Lana. Aku melihat Lana menghentikan langkahnya dan menengok ke belakang.

"Iya, aku Lana. Ada apa?" jawabnya ramah dengan tersenyum. Aku beberapa langkah di belakang Erka.

"Arva!" Lana yang melihatku berada di belakang Erka langsung menghampiriku.

Aku merasakan pipiku merona. Tadinya aku menatap ke arahnya, tapi justru sekarang aku memalingkan wajahku. Marah kah? Bukan, aku menyembunyikan rona merah di pipiku.

"Arva, aku minta maaf soal kemarin." Dia membuka pembicaraan. Seketika juga aku melihat ke arahnya. Terlihat dari raut wajahnya dia sangat menyesal.

Aku tidak menjawab apa-apa.

"Kau marah padaku?" tanyanya lagi.

"Ti..ti-tidak. Aku tidak marah padamu." Aku langsung menjawab segera, takut Lana berpikir aku benar marah padanya.

Aku melirik ke arah Erka yang melihat percakapan kami, mungkin mendengarnya mengingat jarak kami sangat dekat.

Lana menengok ke arah Erka juga.

"Kau sedang kencan?" tanyanya tiba-tiba.

"E..eh??!! Apa maksud mu?" tanyaku balik kaget.

"Dia, pacarmu bukan?" tanya Lana lagi menunjuk ke arah Erka.

Aku hanya menggeleng-gelengkan kepalaku.

"A..a-ku ti..ti-dak.. bu..bu-kan." Berkata pun aku gugup.

Erka menghampiri kami, ketika Erka melihat wajahku gugup seperti tertekan.

"Kita belum berkenalan," kata Erka seraya menepuk pundak Lana.

"Aku Erka, dan kami tidak berpacaran," lanjut Erka memperkenalkan diri dan menjawab pertanyaan Lana yang diajukan padaku.

"Ah, maaf. Aku pikir kalian pacaran," jawab Lana. "Aku Lana." Lana mengulurkan tangannya.

"Yeah, aku sudah tau." Erka membalas uluran tangan Lana.

.

Aku dan Lana ditinggal berdua, sedangkan Erka meminta pulang duluan ke apartemenku, mengingat mobilnya berada di apartemenku.

Kami duduk di tempat duduk biasa penumpang menunggu kereta.

"Aku benar-benar minta maaf untuk yang kemarin." Lana memulai percakapan.

"Hari itu aku ada jam lembur tambahan, aku juga bingung mau menghubungimu ke mana. Karena aku tidak punya nomer hp mu," lanjutnya. Aku mendengarkan.

"Kalau begitu, mari kita bertukaran nomer hp," kataku tiba-tiba. Aku langsung menutup mulutku dengan kedua tangan. Duh, Arva! Masa kau duluan yang meminta bertukar nomer hp. Pride woy pride!

"Kau tak keberatan kah?" tanyanya melihat kearahku.

Aku hanya menggelengkan kepalaku. Berat dari mana coba, kau kan tidak sedang menindihku.

Aku melihat Lana tersenyum seraya mengeluarkan ponselnya dari saku celana.

"Kalau begitu, berapa nomermu?" tanyanya lagi.

Give me your love...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang