*18*

579 35 15
                                    

*Author POV*

Sinar matahari mengintip dari sela-sela jendela. Mengusik ketenangan Erka yang tengah tertidur pulas. Matanya perlahan mengintip, menyesuaikan sinar yang masuk menyusup. Meregangkan otot-ototnya setelah ia bangun dari posisi tidurnya menjadi duduk diatas ranjang kesayangannya.

Melihat jam weaker yang berada dimeja nakas sebelah ranjangnya. Jam menujukkan pukul 07.00 pagi. Tangannya meraih ponsel yang juga berada disebelah jam weaker tersebut. Melihat isi layar ponselnya dan segera menekan nomor yang sudah ia ingat sebelum meletakkan ponselnya ditelinga.

Tuutt.. Tuutt..

Klek..

"Halo, Arva. Bagaimana keadaanmu?" Sapanya yang langsung menanyakan keadaan yang ditelponnya.

"Aku sudah baik-baik saja. Lana merawatku dengan baik." Jawaban dari Arva dari seberang telpon.

"Oh begitu rupanya..." Jeda sejenak. "Syukurlah. Kau jangan merepotkan dia ya." Lanjutnya.

Tidak ada jawaban dari Arva.

"Baiklah, semoga kau bisa segera masuk kantor. Kerjaanmu terbengkalai." Ucap Erka sebelum ia memutuskan sambungan telponnya.

Erka meletakkan dengan sembarang ponselnya diatas ranjang. Kembali ia membaringkan tubuhnya. Matanya menerawang menatap langit-langit kamarnya. Ada sesuatu yang membuat didalam dadanya sakit. Sesak lebih tepatnya.

"Aku tahu kalau kau tidak akan pernah meninggalkanku bukan?" Tanya Arva dengan tampang imutnya.

"Kenapa kau terlihat begitu yakin?" Erka balik bertanya. Tangannya masih berkutat dengan peralatan dapur yang sedang ia bersihkan.

"Tidak tahu. Tapi aku yakin kalau kau tidak akan meninggalkanku..." Jeda sejenak. "Meskipun kita hanya sebatas sahabat..." Lanjutnya sambil menebar senyum manis khas Arva. Erka menatap ke arah Arva saat ini. Sudut bibirnya naik. Erka tersenyum.

"Sahabat? Kau menganggapnya demikian?" Tanya Erka yang kembali pada kegiatannya.

Arva mengangguk. Dia menghampiri Erka saat itu juga. Tangannya menggenggam pergelangan Erka, membuat Erka berhenti membersihkan peralatan dapur. "Tentu. Karena sahabat tidak akan pernah mengkhianati bukan?" Ucap Arva sambil tersenyum memandangi Erka. Erka mengusap puncak kepala Arva sambil tersenyum.

Erka menggelengkan kepalanya. Menyingkirkan pikiran-pikirannya yang membuatnya tak karuan. Mengusap pelan wajahnya dengan telapak tangannya agar ia tersadar pada kenyataan yang ada.

Mata Erka kembali menerawang menatap langit-langit kamarnya.

"Kau tahu, didunia ini yang membuatku bahagia cuma satu."

"Apa itu?"

"Saat aku bisa memilikimu. Itu adalah hal yang membuatku bahagia."

"Apa kita akan terus seperti ini?"

"Tentu! Aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Aku mencintaimu, Erka."

"Aku juga mencintaimu, Rey"

Tanpa sadar, Erka merasakan matanya panas. Sudut matanya mengeluarkan air. Dia biarkan air itu menetes sesuka hatinya. Membiarkan semua pikirannya tumpah dalam air mata itu.

.

Siang harinya Erka memutuskan untuk keluar mencari hiburan. Siapa tahu bisa menyegarkan pikirannya sementara waktu. Mobil audy hitam miliknya berhenti tepat didepan sebuah cafe. Setelah memarkirkan mobilnya, Erka bergegas memasukin cafe tersebut. Kedatangan Erka disambut oleh beberapa pelayan disana.

Give me your love...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang