*Author POV*
Ponsel Arva berdering disela-sela makan siangnya bersama Erka. Perlahan Arva melirik layar ponselnya mencari tahu siapa yang menghubunginya. Arva menekan tombol pada samping ponselnya dan mematikan layar.
Erka yang sedang makan, memperhatikan gelagat Arva yang tidak menjawab panggilan tersebut. "Kenapa tidak diangkat?" Tanyanya kemudian.
"Kalau sedang makan tidak boleh menjawab telepon." Jawab Arva dengan cengirannya dan melanjutkan makannya.
"Kalau sedang makan tidak boleh menjawab pertanyaan orang." Ujar Erka sambil menyuapi makanannya kedalam mulut.
"Kalau sedang makan tidak boleh bertanya." Ujar Arva tak mau kalah.
"Ka------"
"Sudah hentikan, Ka." Arva buru-buru memotong ucapan Erka. Erka melirik sambil tersenyum meledek.
"Memang tadi siapa yang menelepon, Ar?" Tanya Erka yang masih penasaran sambil menenggak minumnya.
"Hmm Lana." Jawab Arva sambil mengunyah makanannya.
"Kenapa tidak kau jawab? Siapa tahu penting."
"Memang kenapa kalau aku tidak menjawabnya?"
"Ya terserah saja sih."
Mereka pun kembali makan dalam diam. Sesekali ponsel Arva masih terdengar berdering, namun Arva tetap enggan menjawabnya.
Ini sudah hari ke tujuh Arva tidak mau menjawab panggilan maupun membalas pesan dari Lana. Bukan tanpa alasan Arva melakukannya. Pasalnya Lana sudah mulai mengekangnya, entah kenapa. Awalnya Arva suka, tapi lama kelamaan Arva menjadi risih dengan sikap Lana yang seperti itu.
Sepuluh bulan berhubungan dengan Lana harusnya membuat Arva paham benar dengan sifat Lana. Bukan Arva tidak paham akan sifat kekasihnya itu, hanya saja Arva merasa sebulan ini Lana menunjukkan sifat yang sebelumnya tak pernah Lana tunjukkan.
Lana yang tak pernah mempermasalahkan kedekatannya dengan Erka, sekarang jadi mempermasalahkannya. Mungkin karena Lana takut Erka merebut Arva. Hanya saja dipikiran Arva itu tidak akan mungkin terjadi. Bagaimana pun Erka itu hanya sebatas sahabat meski keduanya menyayangi satu sama lain. Beda hal nya kalau Lana benar-benar seperti itu, mungkin dengan perlahan Arva akan meninggalkannya.
Pernah suatu hari saat Arva sedang kencan dengan Lana, tiba-tiba Erka menghubungi Arva dan meminta Arva untuk segera menemuinya. Pada saat itu Arva langsung mengiyakan dan segera menemui Erka dan pergi meninggalkan Lana dengan hembusan nafas kecewa.
Tidak sekali dua kali Arva melakukannya. Jika Erka menghubungi, dengan segera Arva meluncur sebisanya. Bagaimana seorang Lana tidak mempermasalahkan kedekatan mereka? Tapi ya memang seperti itu hubungan Arva dan Erka.
"Aku masih penasaran kenapa kau tak menjawab panggilan Lana. Apa kalian sedang bertengkar?" Tanya Erka yang masih penasaran.
"Tidak kok. Lagi males saja." Jawab Arva tersenyum.
"Terus aku juga sudah lama tidak bertemu dengannya. Hmm mungkin sebulanan ini." Ujar Erka yang sudah terlebih dahulu menyelesaikan makannya.
"Dia sedang sibuk, aku juga sekarang lumayan jarang bertemu dengannya." Balas Arva sambil menyuapi suapan terakhir kedalam mulutnya.
"Tapi komunikasi kalian tetap berjalan kan?" Tanya Erka.
Arva tersedak saat Erka menanyakan hal itu. Segera ia meraih gelas dan meminumnya.
"Tentu. Komunikasi kami lancar." Jawab Arva kemudian.
"Lantas yang tadi itu apa?" Erka menunjuk ponsel Arva yang tergeletak diatas meja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Give me your love...
Fiksi Umum[NOTE] : Cerita ini masamuneRei tulis pada tahun 2015 secara spontan saat sedang perjalanan pulang dari bekerja. Sempat vakum di tahun 2016 dan mencoba kembali publish di tahun 2017 namun publishnya jadi semaunya. Penggunaan bahasa tidak baku dan ga...