*12*

1.9K 105 46
                                    

Hari ini aku berangkat ke kantor bersama dengan Erka karena memang Erka masih bermalam di apartemenku. Sepanjang perjalanan menuju kantor, Erka sama sekali tidak bersuara. Kecuali jika aku ajak bicara. Setelah itu Erka kembali diam dan fokus menyetir.

"Erka." Panggilku pada Erka yang masih fokus menyetir.

"Hmm?" Jawab Erka yang sesekali melirik kearahku.

"Kalau aku boleh tau, Rey siapa?" Tanya ku pelan. Aku takut kalau Erka tak suka aku tanya-tanya seputar Rey.

Erka meminggirkan mobilnya dan berhenti. Menatap kearahku. Tatapan mata Erka menunjukkan kalau dia tak suka mendengar nama Rey. Aku hanya menelan ludahku saking takutnya membuat Erka marah.

"Jangan membuat mood ku tidak bagus pagi ini, Ar." Katanya dengan tatapan mematikannya.

Aku mengalihkan pandanganku. "Ma..maaf, Ka." Kataku meminta maaf.

"Hhah~ sudahlah, kau tak perlu minta maaf, Ar." Jawab Erka yang kembali menjalankan mobilnya.

"Erka, jangan marah padaku." Kataku lagi menatap Erka dengan memasang puppy eyes andalanku.

Erka melirikku sebentar. "Aku tidak marah padamu, bodoh." Jawab Erka yang kembali fokus pada jalanan.

"Tapi, jika kau berbicara lagi, aku akan marah padamu." Kata Erka yang kali ini benar-benar menatapku dengan tatapan mematikan ketika mobil yang kami tumpangin terjebak lampu merah.

Aku hanya mengangguk takut sambil menundukkan wajahku. Tidak berani melihat Erka. Erka sungguh menakutkan kalau hawa iblisnya sedang keluar.

.

Kami sudah berada di kantor, seperti biasanya aku langsung menuju mejaku dan Erka juga langsung menuju mejanya. Aku menaruh tas kerjaku, mengeluarkan laptop dan menyalakannya. Aku melihat Erka setelah menaruh tasnya, dia langsung keluar dari ruangan. Mau kemana kau, Erka?
 

Aku duduk dikursiku dan mengecek kerjaanku yang belum aku selesaikan. Aku memang mengerjakan kerjaanku, tapi pikiranku tetap tertuju pada Erka. Aku khawatir pada Erka. Aku takut dia tidak bisa menyelesaikan kerjaannya dengan baik seperti biasa.

Aku memutuskan untuk skip menyelesaikan kerjaanku. Aku menyusul Erka, mencari kemana dia pergi.

Aku berhenti di tempat biasa karyawan gunakan untuk merokok. Aku melihat sosok Erka yang sedang berdiri bersandar tembok sambil menyesap rokok. Kalau sudah seperti ini, pikiran Erka pasti benar-benar sedang kalut.
 

Aku memberanikan diri untuk mendekati Erka. "Erka. Sudah lama sekali aku tidak melihatmu merokok." Kataku yang membuat Erka menatap kearahku.

"Aku sedang ingin saja merokok. Kau juga ingin?" Jawabnya seraya menawarkan rokok untukku. Aku mengambil 1 batang rokok yang disodorkan Erka.

Aku menyelipkan rokok disela bibirku, Erka mengambil korek api didalam saku celananya, menyalakan korek apinya untukku. Akupun menyulut korek api yang dinyalakan Erka. Kenapa juga aku harus merokok? Biarlah hitung-hitung menemani Erka disini.

 
"Kau pasti sangat ingin tau siapa Rey, bukan?" Erka bersuara seraya menghembuskan asap rokoknya dan menatap kearahku. Akupun langsung menatap Erka seraya menyelipkan rokokku di sela-sela jariku.

"Rey itu masa laluku. Bisa saja kau sebut mantan pacarku. Kami berpacaran saat aku masih kuliah. Sudah lama sekali." Erka mulai bercerita sambil terus merokok. Aku mendengarkan dengan seksama dan terus merokok juga.

"Rey memutuskan hubungan kami disaat hari jadi kami yang ke 2." Lanjutnya lagi, kali ini dengan menjetikkan abu rokoknya ke tempat sampah.

"Maaf, Ka. 2 bulan maksudnya? Cepat sekali." Kataku memotong pembicaraan Erka. Seketika itu juga, Erka menatap kearahku. A..apa yang salah? Kenapa Erka menatapku seperti itu?

Give me your love...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang