*Erka POV*
Aku sudah terbangun dari tidurku seperti biasanya. Aku sempatkan untuk membereskan ranjangku. Setelah selesai dengan ranjangku, lantas aku bergegas untuk ke kamar mandi.
Sesampainya di kamar mandi yang terletak didalam kamarku, aku berdiri didepan wastafel dan mencuci wajahku.
Aku melihat pantulan wajahku dicermin yang telah basah karena air. Saat itupun juga, wajah seseorang yang sudah ilang dari ingatanku kembali hadir. Rey. Dengan segera aku menggelengkan wajahku dan kembali membasuh wajahku lagi.
Aku pun memutuskan untuk mandi mengingat hari ini aku bekerja. Dengan segera aku melepas piyama yang aku pakai untuk tidur. Melepaskan semuanya hingga tak ada sehelai benangpun menutupi tubuhku.
Aku berdiri tepat dibawah shower dan memutar kran air. Membiarkan air membasahi tubuhku layaknya hujan yang turun.
Kembali bayangan Rey menghinggap dipikiranku. Kenapa kau hadir lagi dalam pikiranku, Rey? Susah payah aku melupakanmu.
Setelah selesai mandi, aku mengambil handuk yang memang ada didalam laci kamar mandiku. Aku mengeringkan tubuhku. Setelah itu melilitkan handuk dipinggulku lalu keluar dari kamar mandi.
Aku menuju lemari pakaian untuk mengambil pakaian yang hendak aku kenakan untuk ke kantor.
Aku memilih setelan jas bewarna hitam keabu-abuan, dasi merah marun serta kemeja bewarna putih. Setelah memilih, aku langsung mengenakannya satu persatu.
Berdiri didepan cermin melihat pantulan diriku yang lain. Erka, kau memang tampan. Aku berusahan menarik bibirku untuk tersenyum. Tapi aku malah merasakan senyumku palsu. Hhah~
Setelah rapih dengan diriku dan kamarku yang juga sudah rapih, aku langsung keluar kamar. Rencana awal ingin membuat sarapan. Tapi seperti biasa, aku tak ingin membersihkan peralatan yang telah aku gunakan untuk membuat sarapan.
Aku meraih ponselku yang terletak di meja samping ranjangku. Mencari nama Arva didaftar kontak ku. Setelah menemukan nama Arva, aku langsung menggeser tombol berwarna hijau untuk menelpon Arva.
Tuutt... Tuutt...
Klek..."Selamat pagi, Erka. Ada apa kau menelponku? Kau tidak masuk kerja? Jangan bilang kau sakit. Kau sakit apa, Erka? Kau demam?" Sapa Arva dari seberang sana. Tidak sekedar menyapa, tapi rentetan pertanyaan dilontarkan oleh Arva. Bahkan akupun belum mengeluarkab suara.
"Arva, aku belum bicara kau sudah menyuguhkan beberapa pertanyaan." Jawabku cuek. Aku mendengar Arva hanya terkekeh.
"Pertama, aku menelponmu bukan karena aku tidak masuk kerja. Kedua, aku tidak sakit. Ketiga, aku tidak demam. Itu jawabanku atas pertanyaanmu." Jawabku atas semua pertanyaan Arva.
"Hahaha. Lantas, ada apa kau menelponku, Erka?" Tanya Arva lagi.
"Aku ingin kau buatkan sarapan untukku. Seperti biasa aku malas membuat sarapan. Ya, kau tau alasannya kan." Jawabku jujur.
"Baiklah. Nanti akan aku buatkan sarapan untukmu." Kata Arva.
"Kau ikut sarapan bersamaku. Jadi, kau jangan sarapan dulu dirumah." Kataku lagi.
"Iya, Erka. Nanti aku sarapan bersamamu. Aku buat makanan yang simple saja ya." Balas Arva.
"Terserahmu saja." Balasku juga. "Kalau begitu, sampai ketemu dikantor." Lanjutku mengakhiri telponku.
Setelah selesai menelpon, aku memasukkan ponselku kedalam saku celana.
Aku menuju dapur, membuka lemari es dan mengambil 1 kotak susu vanilla kesukaanku lalu meminumnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Give me your love...
General Fiction[NOTE] : Cerita ini masamuneRei tulis pada tahun 2015 secara spontan saat sedang perjalanan pulang dari bekerja. Sempat vakum di tahun 2016 dan mencoba kembali publish di tahun 2017 namun publishnya jadi semaunya. Penggunaan bahasa tidak baku dan ga...