(edisi flashback sebelum jadian)
Yang berkata jika menjalin hubungan yang terpenting itu cinta, mereka salah besar. Nyatanya itu bukan hanya tentang kita saling cinta atau saling sayang. Tapi bagaimana kita menerima satu sama lain. Dan proses yang mungkin bisa dibilang tersulit adalah proses penerimaan. Jika melihat kembali kebelakang bagaimana proses hubungan Adel dan Ashel tentu tidak semudah dan se simple keliahatannya. Dua orang itu bukan yang sama sifatnya sehingga dapat dengan cepat saling menerima. Ada sisi egois dan kekanakannya masing masing.
Seperti waktu itu, dipinggir kolam renang base camp mereka. Suasana yang tadinya biasa saja mulai berubah.
" Kan aku udah bilang cel, Posesif itu bakal menjurus ke toxic " ucap Adel
" Loh yaaa ngga lah, sekarang gini posesif dengan minta kabarin lagi dimana, pulang jam berapa emang toxic? Itu okay posesif tapi itu perhatian del " balas Ashel. Yup suasana memanas karna pembahasan tentang toxic-toxic ini.
" Okay perhatian tapi kalo ujungnya jadi kaya dicurigain, ditahan main sama siapa siapa apa ngga toxic namanya?" Ashel langsung menoleh ke arah Adel
" Yaa emamg salah aku nanya nanya sama siapa ? Salah aku minta kamu pap ? "
" Yaa jelas salah cel, pasti ujungnya bakal ada curiga dan segala macem" Ashel terdiam sebentar, suara Adel sedikit membentak soalnya. Untung saja disana hanya mereka berdua.
" Kalo lu ngga suka sama sifat gua bilang dan udahin dari sekarang sebelum kita mulai sesuatu yang lebih dan kejauhan " setelah mengucapkan itu Ashel langsung pergi masuk ke dalam, meninggalkan Adel disana . Adel diam saja ditempatnya. Ia tidak mengejar karna ia tau ia sedang sedikit emosi apalagi Ashel. Belajar dari pengalaman dari pada suasana semakin runyam lebih baik ia biarkan Ashel pergi dulu.
Yang tadinya mereka kira masalah akan selesai malam itu juga ternyata tidak. Sudah 2 hari sejak perdebatan itu mereka tidak saling sapa dan bicara bahkan berhubungan. Mereka sama-sama menarik diri untuk sementara. Memerikan waktu untung masing-masing saling berfikir.
" Nih yaa del, hubungan tuh cinta doang ngga cukup, tapi harus saling nerima " saat ini Adel sedang curhat dengan seniornya alias Oniel.
" Yaelah ka gua kurang nerima apa sih, dia kalo marah diem doang gua terima, dia ngambekan gua terima. Kurang terima apa coba gua " ucap Adel sambil meminum minumannya
" Ashel posesif lu ngga terima " Adel langsung menoleh ke arah kakanya itu di jkt48
" Ka posesif bukan hal yang harus diterima " Oniel tersenyum mendengarnya. Adel benar, tapi posesif tidak selalu bernilai negatif
" Del yang dia lakuin yang dia posesifin wajar ko kalo kata gua, sekedar mastiin lagi dimana sama siapa mah wajar. Yang ngga wajar kalo sampe dia sadap hp lu, neror cewe yang deket sama lu. Gua jadi lu gua diskusiin si del kaga diem aja kaya gini " Adel mendengus mendengarnya. Ia disindir
***
Sedangkan ditempat dan waktu yang sama Ashel sedang mengerjakan tugas sekolahnya sembari menemani Kathrin live showroom. Hubungan boleh renggang tapi jangan sampai mengaruh pada tugas. Pintu theater dibelakangnya terbuka ia menoleh sejenak dan kembali lagi ke depan saat tau itu adalah orang yang saat ini sedang bermasalah dengannya. Kathrin sedikit melirik pada Ashel. Ia , Indah, dan Marsha tau permasalagan Ashel dan Adel karna malam sehabis perdebatan itu Ashel bercerita pada mereka dan tentu mereka memberi masukan.
" Kata gua sih cel, lu harus omongin ke dia baik baik. Ngomongnya tuh jelasin kalo, yaa lu emang gini, tapi ngga seburuk yang dia pikirin "
" Lgian heran belum jadian masalah udah ada aja cel "
" Sialan lu kath"
Begitulah kira-kira pembahasan mereka
Malam itu setelah show selesai saat Ashel sedang membereskan barangnya , orang yang sedang ia hindari malah menghampirinya
" Ngomong berdua yuk " ucap orang itu
" Mau pulang " tolaknya
" Pulang sama aku " bujuk orang itu lagi
" Ngga del apaan sih" Adel menghela nafas dan kemudian langsung saja ia tarik pelan tangan gadis itu keluar theater sampai memasuki lift
" Apaan sih del ngapain sih kaya gitu, gua bilang gamau ya gamau " Adel menghela nafas mendengar amarah gadis itu
" Aku mau ajak ngobrol, tadi udah bilang sama mommy dan abi" Ashel mendengus saja. Percuma berbicara pada gadis keras kepala macam Adel. Sampai akhirnya disinilah mereka sekarang. Coffe shop ternama. Tapi mereka masih saling diam belum ada yang angkat bicara
" Aku minta maaf untuk omonganku tempo lalu, kalo kamu nyuruh aku berenti buat deket sama kamu maaf aku gabisa ak-"
" Aku juga gabisa nurutin mau kamu terus del " ucap Ashel memotong omongan Adel
" Shel dengerin dulu, aku ngga suka posesif karna takut kamu curigaan terus hubungan kita jadinya adanya cuman curigaaa mulu karna kamunya terlalu posesif " Ashel menghembuskan nafasnya. Berfikir sejenak, ia belum jadian tapi sudah ada masalah
" Ini nih yang ngga aku suka dari kamu. Kamu selalu menyamaratakan semuanya. Aku anaknya emang posesif tapi aku ngga segila itu sampe curigaan mulu ya del, dah lah ngapain ngomongin hubungan hubungan segala, kita ngga jadian " terkadang omongan Ashel memang sangat dalam. Kini saatnya Adel mengontrol dirinya untuk tidak kesal
" Iyaa iyaa maafin aku yaaa cel, kita kaya kemarin lagi yaaa, jangan kaya gini yaaa kita belajar ngertiin satu sama lain yaa cel" Ashel hanya mengangguk. Masih badmood dengan calon pacarnya itu mungkin.
Sejak saat itu entah bagaimana mulanya tapi mereka mulai belajar untuk menerima sifat satu sama lain yang semakin kesini semakin terlihat aslinya. Seperti Adel yang sebenarnya mudah tersinggung, Ashel yang mudah emosi. Tapi mereka tau batasan sifat dan sikap mereka. Mereka sudah dewasa, tau bagaimana harus bertindak dan menyesuaikan diri dengan keadaan. Mereka juga perlahan tau, ada sifat-sifat yang memang seharusnya mereka buang. Dan seperti kata Oniel. Cinta aja ngga cukup, tapi harus saling menerima.
****
Semoga suka part ini dan jangan dibawa ke dunia nyata yaaa.