✨Gladi Resik

720 104 87
                                    

Hujan poyan. Hujan yang turun saat sinar matahari masih menyinari bumi, umumnya rintik air yang turun tidak terlalu deras cenderung kecil seperti gerimis, dan dalam banyak kesempatan diiringi dengan kemunculan pelangi.

Pemandangan indah dari lengkungan warna warni di langit ini terlihat menakjubkan di mata anak-anak. Logan tidak terkecuali.

Memakai jas hujan warna kuning dan membawa payung kecil untuk melindungi kepalanya supaya tetap kering, bocah kecil ini berdiri di halaman belakang rumah sembari mendongakkan kepala ke langit. Terdiam dengan posisi seperti itu untuk waktu yang cukup lama.

Sementara itu Seungmin duduk di teras, ikut menikmati suasana yang damai. Tangannya mengelus perut dengan gerakan lambat dan tatapannya menerawang ke kejauhan.

Suara langkah kaki yang buru-buru terdengar mendekat dan menarik Seungmin dari dunia lamunan. Dia melihat Sunghoon yang berlari kecil dengan penuh semangat, sampai rambutnya ikut melompat seirama dengan langkah kakinya.

"Pih, tolong fotoin pelanginya." Pintanya sambil menyodorkan ponsel milik Seungmin.

Minho dan Seungmin membatasi penggunaan gadget untuk anak-anak. Si kembar tetap bermain dengan macam-macam permainan di ponsel tapi diwaktu-waktu tertentu yang sudah disepakati. Sisanya, mereka kurang mengenal fungsi dan aplikasi lainnya.

Jadi saat Seungmin meraih ponselnya, dia bertanya, "Mau digambar atau gimana itu pelanginya?"

Sunghoon memberinya pertanyaan lain, "Papih punya nomer Ulan?"

Menyebut nama Ulan, Seungmin tidak mengalami mental breakdown seperti terakhir kali.

Ternyata anak perempuan itu adalah teman sebangku Sunghoon dan keduanya menjalin pertemanan yang murni. Seungmin juga memberi definisi yang lebih detail tentang kencan supaya si kembar tidak mudah melabeli sesuatu dengan 'kencan' sepeti yang terjadi di angkringan bajigur waktu itu.

Jadi, dia menjawab dengan hati yang tenang, "Enggak tapi nomer orangtuanya Ulan pasti ada di grup kelas, emang kenapa sama si cantik?"

"Ulan gak sekolah, nginep di rumah sakit. Kean minta tolong Papih buat ngirimin foto pelangi biar Ulan gak bosen di sana." Balasnya panjang lebar.

"Oh oke." Seungmin mengambil beberapa foto, mencari kontak orangtua Ulan di grup kelas sambil bertanya lagi, "Sakit apa sampe nginep? Udah lama?"

Sunghoon menghitung dengan jarinya, "Tiga hari, katanya sakit di dalem. Enggak tau gak ngerti."

"Mau sekalian ngirim pesan gak?"

"Iyaa. Tulisin cepet sembuh Ulan."

Jemarinya dengan lancar mengetik di atas layar, "Ada lagi?"

Sunghoon memasang pose berpikir sebelum matanya berkilau, "Ulan cepet sekolah, minggu depan ada matematika, kalo Ulan gak sekolah nanti Kean nanya siapa kalo gak ngerti. Gitu aja hehe."

Seungmin geleng-geleng kepala, "Kenapa gak nanya Kian?"

"Kian juga kadang gak ngerti."

"Oh iya lupa, turunan Papih banget kalian tuh. Musuhan sama angka."

Setelah memastikan kalau pesan singkat berhasil dikirim, Sunghoon bergabung dengan Logan untuk menikmati hujan poyan. Tidak lupa memakai jas hujan dan payung.

"Papih~"

Pergi satu, muncul satu lagi. Sungchan mengambil langkah lebar saat menghampiri, "Itu! Kian liat ada mobil berhenti di depan, kayanya itu---"

Ningnong~

Bel rumah berbunyi diikuti seruan yang lantang dan jernih, "Paket!"

Setelah mengambil barang, mereka semua berkumpul di ruang keluarga. Seungmin membuka paket menggunakan gunting sementara tiga anak lainnya menanti dan bertanya-tanya apa yang ada di dalamnya.

ASTERIN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang