"Belum selesei?"
"Belum, sedikit lagi. Kamu tidur duluan aja. Udah jam segini loh."
Seungmin manyun. Sudah lima kali dia bolak balik melemparkan pertanyaan yang sama hanya untuk dibalas dengan jawaban yang tidak jauh berbeda.
Semenjak suaminya naik jabatan, lingkaran hitam khas mata panda hampir tidak pernah absen menghiasi wajah Minho. Membuat Seungmin khawatir dengan kesehatannya sekaligus merasa tidak puas karena wajah paripurna suaminya berkurang sedikitnya 30%.
Selain itu, hitungan dia tidur sendiri semakin meningkat setiap bulannya. Kasur yang biasa hangat menjadi dingin karena Minho sering tidur dengan punggung melengkung di atas meja makan atau berbaring di sofa ruang keluarga saat yang terakhir masih memiliki sedikit kesadaran.
Biasanya untuk meringankan sedikit lelah suaminya, Seungmin selalu menyeduh teh chamomile sebelum ditinggal Minho bekerja malam.
Tapi hari ini dia sangat merindukan suaminya dan berniat untuk menunggunya untuk tidur bersama. Jadi setelah mendapat jawaban Minho yang menolak untuk istirahat, Seungmin hanya bisa berdiri di ambang dapur dengan air muka yang tidak sedap dipandang, menatap punggung suaminya dari belakang.
"Widya mau bikin mie, Aris mau?"
Ini sudah pukul 11 malam dan Seungmin tidak lapar, justru sangat mengantuk. Tapi karena malam ini dia benar-benar ingin menyeret Minho untuk tidur, dia harus memberi suaminya makan dulu. Kalau perut kenyang, tidurpun gampang, iya kan?
"Boleh, goreng ya."
Diam-diam, Seungmin bersorak dalam hati tapi membalas dengan 'hmm' samar lalu membuat seporsi mie goreng.
Dengan kekuatan cinta untuk ayang, kurang dari tiga menit mie sudah disajikan. Menarik kursi supaya duduk bersebelahan dengan suaminya, Seungmin berkata, "Awasin laptopnya."
"Cuma bikin satu?" Minho menggeser laptop dan menerima garpu yang Seungmin beri, "Kamu gak akan kenyang kalo dibagi dua kaya gini."
"Adanya satu yaudah---"
"Kamu aja yang makan kalo gitu---"
"Jangan udah ih makan aja berduaaaaaaa, jangan bawel."
Minho tersenyum tipis, "Iya, aku makan."
Seungmin manggut-manggut, "Maem yang banyak."
Di tengah malam yang sunyi, suara berdenting pelan antara ujung garpu yang bertemu dengan permukaan piring terdengar samar. Sejalan dengan apa yang dia katakan, Seungmin sengaja menyisihkan lebih banyak makanan untuk Minho. Dengan sangat pelan mengunyah mie sebelum mengambil sedikit.
"Pengen melihara hewan."
"Tumben?"
"Gak tau, pengen aja." Memangku pipi menggunakan telapak tangan, Seungmin menggigit garpu, "Kayanya punya kucing seru."
"Miaw?"
"............."
"Miaw."
"Aris ngapain?" Tanya Seungmin horor.
Minho menatapnya dengan tatapan polos, "Jadi kucing."
"Jangan gitu ah. Lucu, Widya gak kuat nanti pingsan."
"Orang klinik bilang aku kaya kucing." Minho memberi suapan terakhir untuk Seungmin, "Tapi kucing yang garang."
"Siapa yang bilang Aris garang?" Seungmin memukul meja dan melanjutkan, "Bener banget, bakal Widya kasih dua juta dipotong pajak."
"Kapan aku kaya gitu???"
"Sekarang mah udah enggak kalau dulu jangan ditanya. Aris yang gak senyum plus ngomong irit tuh auranya dingin nyes nyes, Widya yakin banyak yang mikir kalau Aris keliatan serem."

KAMU SEDANG MEMBACA
ASTERIN ✔
Fanfiction"Aku baru tau kamu pengen punya anak empat?" "Ohh iya dulu pernah bilang gitu hahaha, tapi yaa segimana dikasihnya aja." "..." "..." "Yuk." "??? Hmm??" Intinya ini cerita tentang Aris, Widya, dan buntut--ekhem maksudnya...buah hati mereka. _____ War...