Siarannya selalu selesai pukul setengah lima tapi biasanya Seungmin akan meluangkan waktu sejenak untuk meluruskan pinggang dengan melakukan peregangan atau sekedar rebahan di sofa. Setelah rasa kesemutan itu pergi, dia mengambil tas dan sekali lagi mengambil posisi duduk untuk menyetir kendaraan roda empat.
Ingat pesanan si kembar tadi siang, Seungmin mampir ke tenda pinggir jalan yang menyediakan ayam bakar. Sambil menunggu, dia pergi ke indimaret yang tidak jauh dari sana.
Menenteng keranjang, berbagai cemilan mulai dari keripik singkong; stik biskuit; sampai mie instan bermacam rasa dia ambil. Saat hendak membayar, Seungmin hampir melupakan barang yang paling penting. Mundur beberapa langkah, dia fokus untuk mencari benda itu dan seketika matanya bersinar.
'Gotcha.'
Makan malam hari itu berlalu seperti biasa. Setelah tulang ayam menumpuk, satu persatu mengantuk kemudian pergi tidur.
Keesokan harinya adalah hari Sabtu. Tidak ada kegiatan belajar mengajar selain ekstrakulikuler yang jam masuknya lebih siang, membuat si kembar tidak grasak grusuk berebut kamar mandi dan menjadi lebih tenang, entah sedang melakukan apa di kamar masing-masing.
Anak tengah dan anak bungsu yang masih duduk di bangku awal dan menempuh pendidikan di sekolah yang sama, secara kebetulan mendapat hari libur karena guru mengadakan rapat. Tidak diragukan lagi, mereka masih tidur.
Suasana yang tenang juga meliputi kamar utama. Tirai menghalangi cahaya pagi untuk masuk dan lampu yang masih dimatikan memberi kesan agak dingin, namun sebenarnya terasa hangat dibalik selimut.
Pergerakan kecil terlihat. Lengan putih yang ramping ditarik ke atas diikuti dengan lenguhan pelan, sedang melakukan peregangan. Mengedipkan mata beberapa kali, Seungmin mengumpulkan nyawanya perlahan.
Turun dari kasur saat kesadarannya sudah terkumpul cukup banyak, hanya butuh beberapa langkah untuk mencapai kamar mandi, melakukan ritual pagi dan keluar dengan penampilan yang lebih segar.
"Pagi."
Minho duduk di kasur dengan rambut acak-acakan, terlihat agak linglung. Tapi setelah mendengar suara suaminya, cahaya di matanya berubah. Mungkin karena sekarang masih pagi dan dia belum lama bangun, Minho kehilangan sedikit kendali atas perasaanya, menjawab dengan kebahagiaan yang kentara meski suaranya serak, "Pagi."
Seungmin menyibak gorden, membuka jendela supaya udara pagi masuk, kemudian berbalik hanya untuk melihat tatapan bercahaya yang Minho arahkan untuknya. Terpengaruh olehnya, Seungmin tidak bisa menahan senyum manis untuk merekah, "Kenapa? Mimpi ketiban duit? Seneng banget kayanya."
"Enggak juga." Senyum muncul di matanya.
Seungmin mengangguk. Berjalan untuk membuka pintu sambil berkata, "Widya mau ke depan, nyegat tukang bubur."
Melihat suaminya pergi begitu saja, Minho tidak bisa tidak bingung. Arus di dalam kepalanya begitu cepat saat memikirkan beberapa hal sembari merapihkan selimut. Hanya setelah mencuci muka, dia mendapatkan kembali ketenangannya yang biasa dan menyingkirkan perasaan bingung yang sempat hadir, keluar dari kamar dengan semangat baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASTERIN ✔
Fanfiction"Aku baru tau kamu pengen punya anak empat?" "Ohh iya dulu pernah bilang gitu hahaha, tapi yaa segimana dikasihnya aja." "..." "..." "Yuk." "??? Hmm??" Intinya ini cerita tentang Aris, Widya, dan buntut--ekhem maksudnya...buah hati mereka. _____ War...