Sehun membaca biodata bernama Lalisa Park tersebut. Dia penasaran terhadap siswa itu. Bagaimana dia masih berkeliaran dan terlihat biasa saja saat melakukan kesalahan. Seingat Sehun waktu SMA dulu, ia tak senakal itu. Bahkan jika ada murid yang nakal pun sudah pasti dikeluarkan. Kalau pun dia anak dari sponsor terbesar disekolah, pantaskah jika dipertahankan jika dia melakukan kesalahan.
Oke, bisa dikatakan Sehun baru melihat kesalahan siswa itu tadi pagi. Lalu bagaimana dengan besok? Atau lusa? Atau seterusnya? Bisa gila Sehun berhadapan dengan siswa seperti itu.
Sehun melihat catatan merah dari beberapa siswa. Namun dia tidak menemukan nama Lalisa disana.
Sehun cuma menggeleng kepala tak percaya. Seberapa berpengaruh ayah gadis itu hingga kesalahannya pun tidak ditulis didalam catatan merah itu. Sehun mengusap keningnya karena mendadak kepalanya pusing. Ia memilih keluar untuk mencari udara segar.
Sehun terkejut saat Tyuzu ada didepan ruang guru.
"Apa yang kau lakukan disini? Kau mau menemui seseorang?" Tanya Sehun.
"Ah~ssaem, aku ingin memberikan ini." Tyuzu memberikan sebuah paper bag yang mana Sehun tidak tahu apa isi didalam paper bag tersebut.
Sebelum Sehun bertanya lebih jauh lagi, gadis itu sudah berlari pergi begitu saja. Sehun yang penasaran membuka paper bag tersebut.
"Makanan? Dia tahu kalau sangat lapar sekarang."
Sehun kembali ke ruangannya lalu membuka paper bag berisi makanan tersebut lalu makan dengan santai. Wah~ Sehun tidak menyangka kalau murid-muridnya sebaik itu.
Karena bel masu kelas tiba, Sehun pun bergegas membereskan makanan tersebut lalu mencuci tangannya sebentar.
Saat kembali matanya tidak sengaja menangkap seorang gadis yang berdiri diatas atap dan melihat kearah bawah.
Sehun membulatkan matanya karena kaget. Bagaimana bisa seorang siswa melakukan bunuh diri disekolah. Sehun bahkan belum 24 jam di sekolah. Tapi ada saja masalahnya. Sehun bergegas berlari kearah dimana gadis itu berada.
Sehun akan benar-benar mengurangi poin murid itu bila dia nekat melompat dari atas. Suara ngos-ngosan terdengar sendiri oleh telinganya. Bahkan beberapa murid yang melihatnya pun tak ia hiraukan. Yang terpenting adalah dia harus menyelamatkan nyawa murid itu sebelum murid itu macam-macam.
Sehun tiba diatap sekolah, sosok yang ada dipinggir atap itu sangat familiar. Karena tidak punya waktu lagi, Sehun menghampiri gadis itu lalu menariknya dengan cepat. Keduanya yang tidak punya keseimbangan sama sekali jatuh kelantai dengan gadis diatas tubuhnya.
Gadis itu terkejut dengan apa yang Sehun lakukan. Wajahnya yang kaget kini berubah marah dan memukul-mukul dada Sehun.
"Yaaaa berengsek! Kau gila? Kau ingin membuatku jatuh!" Lalisa masih memukul dada Sehun. Sedangkan Sehun berusaha menangkis pukulan Lalisa dan berusaha menahan tangan Lalisa.
"Apa maksudmu? Bukannya kau ingin melompat?" Tanya Sehun saat berhasil menangkap kedua lengan itu.
Lalisa meniup poninya kesal lalu menatap Sehun dengan garang, "Siapa yang melompat? Tidak ada yang melompat bedabah!"
"Wah~selain kau tidak punya sopan santun, kau juga punya mulut seperti air bocor. Kalau kau tidak lompat lalu apa yang kau lakukan? Kenapa harus berdiri dipinggir seperti itu? Bagaimana kalau kau jatuh?" Lalisa menyentak kedua tangannya dari pegangan guru itu lalu berdiri.
"Itu jelas bukan urusanmu. Mau aku lompat atau tidak itu bukan urusanmu. Hari ini aku maafkan karena kau ikut campur dalam masalahku. Jika sekali lagi kau datang dan ikut campur, aku tidak segan-segan menghabisimu." Tunjuk Lalisa dengan mata nyalang.