Lalisa menangis. Gadis itu baru saja mendengar semua cerita dari sang ibu.
Tidak, semua tuduhan dari Tyuzu tidak benar. Kakek dan neneknya memang menjodohkan ibunya dan ayahnya. Tapi semua itu memang keinginan dari orang tua ibunya. Karena kebetulan kakek dari sang ayah yang meminta kerja sama antar perusahaan. Alhasil hasil negoisasi dan segala macam utang piutang dibayar dengan pernikahan orang tuanya.
Sementara disatu sisi sebenarnya ibunya Tyuzu memang berpacaran dengan ayahnya. Bahkan setelah menikah dengan ibunya pun ayahnya masih berhubungan dengan ibunya Tyuzu.
Alasan kenapa ayahnya sering melakukan kekerasan pada ibu karena pada dasarnya semua perusahaan yang dikelola sang ayah tidak jatuh pada ayah Lalisa melainkan ditangan Lalisa.
Ayah yang berusaha menyuruh sang ibu untuk meminta Lalisa menandatangi surat kuasa pemindahan hak waris mau tak mau harus mendapat kekerasan tiap harinya karena sang ayah tak kunjung mendapat tanda tangan itu.
Alasan kenapa Lalisa menangis karena tidak habis pikir dengan semua pengorbanan sang ibu. Rela dipukul hanya untuk mempertahankan hak Lalisa. Tidak ingin harta itu jatuh pada sang ayah karena ayahnya memang berniat meninggalkan mereka setelah mendapatkan semua kemauannya.
Dan Lalisa semakin sakit hati karena tau fakta bahwa ayahnya menyayanginya waktu kecil adalah sebuah kepalsuan. Ia hanya ingin memanfaatkan Lalisa agar mendapatkan apa yang ia mau.
Lalisa memukul dadanya karena terlalu sesak. Ia sungguh tidak sanggup. Ia ingin menandatangani surat kuasa itu namun jika ia melakukan hal itu, berarti segala pengorbanan ibunya hanya sia-sia.
Lalisa menghapus air matanya dengan cepat. Gadis itu berniat untuk pergi dari rumah ini. Ia butuh udara segar karena disini terlalu sesak baginya.
"Lalisa kau mau kemana?" Tanya sang ibu.
Pertanyaan itu hanya angin lalu karena Lalisa buru-buru keluar. Ia tidak ingin ibunya melihat wajahnya yang penuh air mata saat ini.
Lalisa melihat kearah rumah yang berada disamping rumahnya.
Lalisa mengetik nama gurunya disana bermaksud mengajaknya jalan bersamanya namun hasilnya nihil. Karena nomor sang guru sedang tidak aktif.
Lalisa mengetik sesuatu di sana. Mengirim pesan pada Sehun.
Lalisa :
"Ssaem, apa kau sibuk?"
"Aku ingin mengajakmu keluar."
"Jika urusanmu selesai, datang saja ke taman. Aku ada disana menunggumu."
Setelah selesai mengirim pesan, gadis itu pun melanjutkan langkahnya menuju lokasi yang ingin ia kunjungi saat ini.
Butuh 15 menit baru sang guru tersebut membalas pesannya.
Saaem :
"Masih ada urusan."
"Kau bisa menunggu 'kan?"
"Kalau terlalu lama, lebih baik pulang saja."
"Jangan lewatkan makan siangmu."
Bibir Lalisa melengkung membentuk senyuman saat membaca pesan tersebut.
Kira-kira apa urusan Sehun hingga khawatir jika Lalisa akan menunggu terlalu. Namun bukan Lalisa namanya jika tidak menunggu. Gadis itu tetap memilih menunggu sampai guru kesayangannya datang.
✏️✏️✏️
Kakek Sehun baru saja menghubunginya untuk makan siang di rumah. Jika sudah diajak seperti ini pasti terjadi sesuatu yang penting. Entah apa yang terjadi Sehun akan menemukan jawabannya di sana.