Sehun mencoba menghubungi Lalisa. Berharap gadis itu mengangkat teleponnya. Namun hasilnya nihil. Nomornya berada diluar jangkauan. Gadis itu benar-benar pergi tanpa kata. Bahkan mengucapkan kata perpisahan pun tak ada.
Sehun bertanya pada dirinya sendiri. Apa yang salah? Apa yang kurang dari dirinya? Hingga gadis itu pergi meninggalkannya begitu saja.
Sehun masuk kerumahnya dengan gusar mencoba berpikiran jernih, menenangkan diri.
Sehun menghubungi pihak bandara, menanyai salah penumpang bernama Lalisa, namun jawaban disana sama hal dengan apa yang ia pikirkan. Gadis itu tidak pergi kemanapun karena namanya tidak terdaftar disana sebagai salah satu penumpang.
"Kemana kau pergi? Kenapa tidak memberitahuku?" Tanpa sadar air matanya mengalir begitu saja.
Apakah dia tidak sepenting itu bagi hidup gadis itu. Atau ada yang masih kurang dari dirinya. Setidaknya jika dia tidak bisa memberitahu langsung, gadis bisa mengirim pesan padanya. Atau menulis surat untuknya juga tak masalah. Sehun hanya ingin memastikan bahwa gadis itu pergi baik-baik saja. Menanyakan kemana ia akan pergi? Apa yang akan dilakukannya nanti? Benar-benar hilang tanpa jejak membuat Sehun stress dan pusing.
Panggilan dari sang kakek membuat Sehun mengabaikannya. Namun panggilan berulang membuat Sehun mengernyitkan dahinya. Tak biasanya, hingga dengan berat hati ia pun mengangkat panggilan itu.
"Ada apa?"
"Pulanglah. Kita akan membicarakan pernikahanmu dan Joy."
"Kakek, aku sudah pernah bilang kan kalau aku tidak ingin menikah dengan Joyi?"
"Gadis itu tidak pernah mencintaimu. Kenapa kau masih mempertahankannya?"
"Kata siapa?! Dia mencintaiku?!" Tanpa sadar suaranya meninggi. Pernyataan dari sang kakek membuat Sehun marah. Terlebih lagi saat Lalisa pergi begitu saja tanpa memberitahunya.
"Kau yakin? Dia bahkan pergi begitu saja meninggalkanmu."
Brengsek! Kakeknya baru saja membuatnya terluka seakan tahu hal yang terjadi. Lalisa-nya pergi tanpa memberitahunya, bukankah sama saja dia tidak mempercayainya? Kalau dua orang tidak saling mempercayai bukan berarti mereka tidak saling mencintai? Pikiran itu membuat Sehun membuangnya jauh. Ia yakin, jauh dilubuk hatinya, Lalisa-nya pasti mencintainya. Sehun yakin hal itu.
"Pulang kerumah. Kau sudah tidak berhak mengajar disitu lagi. Besok anak buah kakek akan membawa barang-barangmu disitu kesini."
"Tapi kakek....."
"Tidak ada tapi-tapian. Kau harus pulang! Atau kau mau lihat kakek mati disini?!"
✏️✏️✏️
"Aku yakin pasti kakek yang membuatnya pergi kan? Jawab kakek!"
"Kalau iya kenapa? Kalau tidak kenapa?"
"Kakek!" Emosinya memuncak. Sehun tidak pernah semarah ini pada kakeknya. Bahkan jika kakek menghukumnya pun Sehun tidak pernah merasakan emosi yang setinggi ini.
Sang kakek tampak tak peduli, lalu kembali membaca sebuah berkas dimana Sehun tak tau yang dibaca sang kakek saat ini.
"Beritahu aku, dimana kau menyembunyikannya?"
"Entahlah, yang pasti aku tidak akan memberitahumu sampai kau menikah dengan Joy."
Sehun mengusap wajahnya dengan kasar. Joy! Joy! Joy! Kenapa harus Joy?! Kenapa kakeknya begitu kekeuh menikahkannya dengan Joy?! Kenapa tidak wanita lain saja.