Bonus Chapter (1) ; Kehilangan Mewa

37 5 0
                                    

Bonus part from chapter 1!

Setelah mengurungkan niatnya berkali-kali. Sang adik pun mendekati mamanya pelan-pelan. "Mama ... Adek mau cerita," gumamnya ragu.

"Kenapa, sayang?" tanya sang mama yang sedang bersantai di ruang tengah.

"Tapi, Mama jangan marah ya."

"Tergantung."

Seketika sang adik langsung menggelengkan kepalanya penuh penolakan. "Kalau gitu, adek nggak jadi cerita," tangkasnya.

"Iya, Mama nggak marah," janji sang mama.

"Oke," ujar sang adik. Seraya menenangkan degup jantungnya yang tidak keruan, dia bercerita begitu pelan hingga terdengar seperti bisikan. "Jadi gini, Ma. Adek ada denger cerita dari temen, katanya Abang suka main ke ... Itu Ma, gimana ya jelasinnya."

"Abang kenapa?"

"Katanya kalau Abang nggak pulang, biasanya pergi minum-minum," terang si adik yang takut-takut.

Sang mama langsung saja menegakkan posisi duduknya kala mendengar berita mengejutkan itu. "Yang bener? Adek ini bukan masalah main-main loh. Kalau ini prank, mama bakalan marah sama adek," tekadnya memberikan peringatan.

"Enggak Ma, adek serius. Justru karna adek nggak mau abang begitu, makanya adek kasih tau Mama."

Enggan menyalahkan satu pihak. Sang mama terlebih dahulu memberikan pengertian. "Tapi kan abang sibuk ngurus acara di sekolah, sayang. Nggak mungkin aneh-aneh, di sana banyak penjaga malamnya."

Kini, si adik pun menggigit bibirnya, takut memberikan kabar buruk lain. "Justru itu, Ma. Adek udah nanya, katanya anak OSIS nggak ada yang di sekolah," gumamnya.

"Adek cepetan ambil hp mama!" suruh sang mama tanpa bisa menutupi kegundahannya.

Si adik sontak berdiri enggan bergerak. "Mama kan udah janji nggak marah," tutur si adik yang takut ikut kena marah.

Sang mama pun langsung memberikan senyum kepada anak perempuannya itu. "Iya sayang, kan mama nggak marah sama Adek," katanya. Namun, sepersekian detik raut wajahnya berubah dan kembali menggeram, "Tapi sama Abang. Jadi, cepetan ambil hp mama mau nelfon Abang."

Ragu-ragu, si adik pun beranjak untuk pergi mengambil ponsel sang mama. Sebelum menghilang dari pandangan, ia terlebih dahulu berpesan. "Iya, tapi Mama jangan bilang adek yang cerita, ya. Nanti Abang ngambek sama adek," katanya teringat akan sifat sang abang yang mudah mengambek.

••••👩🏻‍💻⚜️👨🏻‍💻••••

"Maaa ... Mewa-nya malam, Ma," pinta Malam yang baru saja diomeli habis-habis oleh sang mama akibat ulah nakalnya yang terbongkar. Beralih kepada sang papa, Malam memujuknya, "Pa, kasih tau dong. Mewa Mama bawa kemana?" tanyanya memelas.

Nihil jawaban, Malam pun beralih memohon kepada sang mama. "Ma, malam janji nggak bakalan minum lagi."

Begitu mendengar janji si anak, sang mama kembali mengomel. "Kamu tu, ya! Kamu minta apa pun, mama kasih. Bukannya digunain bener-bener, malah buat yang nggak-nggak!" tekannya, kecewa dengan kelakuan Malam.

"Malam minta maaf, ma ... Janji nggak bakalan gitu lagi," ungkapnya. Tak-tik lain pun diberikannya, harap-harap sang mama meluluh dan mengembalikan motor kesayangannya itu. "Nanti Malam pergi sekolah gimana, Ma? Pulangin Mewa ya, Ma."

Pendirian sang mama pun tidak tergoyahkan. "Nggak bisa, nggak ada Mewa lagi!" putusnya "Siapa yang nyuruh kamu berulah kayak gitu! Biarin aja ke sekolah jalan kaki."

Sadar mamanya tidak bisa untuk dirayu, Malam pun beralih kepada sang papa yang daritadi mengamati. "Pa, Mewa Pa," panggil Malam. "Masa ke sekolah bawa mobil? Ntar nggak bisa parkir Pa," lanjutnya beralasan.

Sang papa yang terkenal mudah meluluh kepada anak-anaknya, lantas memberikan tatapan penuh arti kepada sang istri. Ia tau anaknya, Malam, memang salah, tapi setidaknya sang anak mengakui itu. Sungguh, ia sebenarnya tidak ingin ikut campur, karena dulu ketika masih remaja, ia juga pernah melakukan kesalahan yang sama.

Menghela napas ketika melihat tampang sang suami ikut memelas, sang mama pun memberikan keringanan. "Besok mama beliin motor baru," ujarnya.

Ketika mendengar janji sang mama, air wajah Malam langsung berubah senang. Dengan banyak harapan, ia bertanya, "Mewa baru, ya?! Yang waktu itu malam tunjukin?"

Sang mama pun mendengus, "Enggak! Enak aja kamu ngomong. Besok mama beliin beat."

Seketika Malam pun mematung, "Hah? Ma, itu motornya kecil banget, kayaknya nggak bakalan kuat buat badan malam. Masa mama tega anaknya make itu."

"Udah, diem. Mending kamu masuk ke kamar sana! Syukur-syukur mama masih mau beliin motor baru," protes sang mama yang mengalihkan pandangannya ke televisi.

Bersungut-sungut, Malam pun menuruti. Menaiki anak tangga satu demi satu hingga sampai di kamarnya yang dingin. Tanpa sempat mengganti baju ia pun tertidur, karena efek minuman keras yang diteguknya masih sedikit terasa.

Keesokan harinya, Malam terbangun di siang hari. Seperti janji sang mama semalam, motor baru ada untuk Malam. Bukan seperti yang diancam sang mama, ia pun mendapatkan motor honda vario yang syukurnya tidak seramping beat. Tidak lagi berwarna merah, hanya putih yang menyapanya. Kalau kata sang mama, 'biarin, nggak ada lagi merah menawan.'

Selamat MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang