Takdir

1K 117 7
                                    

Selamat Membaca♡








Doyoung membuka mata saat merasakan usapan di rambutnya, dia berusaha menegakkan punggung dan posisi duduknya. Mata sembab itu menatap sosok rapuh dihadapannya, senyum pedih tergambar jelas diwajah keduanya.

"Ada yang sakit?" Sosok itu mengedipkan matanya dua kali, tanda dia baik-baik saja. "Aku ke toilet dulu yah." Satu kedipan tanda dia menjawab iya.

Setelah kabar duka satu minggu lalu kini keadaan mulai kembali membaik, doyoung berusaha membantu yedam untuk bangkit dan melupakan semua yang sudah berlalu.

Jadi saat itu yedam tertabrak mobil ketika akan menyebrang menuju Ayen dan saat sampai rumah sakit, dokter berusaha menyelamatkan keduanya namun sayang setelah berjam-jam yedam berjuang tapi hanya dia yang bisa bertahan. Buah hatinya harus mereka relakan untuk lebih dulu berada disisi sang pencipta, benturan sangat kuat itu juga membuat yedam divonis tidak lagi bisa mengandung.

Kenyataan pahit begitu deras menghujani keluarga Kim doyoung, tanpa bisa ditolak semuanya terjadi sangat cepat. Setelah operasi pengangkatan jabang bayi yang sudah meninggal didalam kandungan, yedam mengalami kritis selama beberapa saat, kemudian si manis itu dinyatakan koma dan syukurnya dia bisa kembali sadar setelah lima hari terlelap tanpa bergerak sedikitpun.

"Minum duluyah !!" Doyoung menyodorkan sedotan yang sudah tertancap dibotol minum milik yedam, lelaki tampan itu mengurus pria manisnya dengan sangat telaten.

Setelah selesai memberi yedam minum, doyoung kembali duduk di kursinya. Senyum hangat tak pernah dia lunturkan dari bibirnya, netra jernihnya dia pakai untuk menatap lamat si teman hidup. Yedam berusaha tersenyum walaupun sangat tipis, dia masih susah bergerak.

Keningnya terlilit perban, leher dia memakai penyangga yang kokoh, satu kakinya terbungkus perban juga dan tengahnya ditempati jarum infus. Bergeser sedikit saja tubuhnya akan merasakan nyeuri yang luar biasa, jadi doyoung memberi saran agar istrinya berkedip atau berucap tanpa suara dengan pelan-pelan saja.

"Hari ini Kaka udah bisa makan tapi baru boleh bubur cair, gakpapa kan?" Ucap doyoung dengan raut senangnya.

Yedam memberikan satu kedipan tanda setuju, dengan bibir yang berusaha berucap.

Mereka berdua setuju untuk tidak membahas apapun saat ini, begitupun dengan warga Bomul yang berjanji agar tidak bertanya yang aneh-aneh. Pokoknya nunggu waktu aja, kalo yedam udah sanggup pasti dia bakal cerita.

Si pelaku penabrakan itu juga bertanggungjawab jadi doyoung memutuskan untuk tidak membawa nya kejalur hukum, mereka sedang berada di fase belajar memaafkan lalu mengikhlaskan.

Doyoung memperhatikan gerak bibir yedam yang menyebutkan nama nayun, mungkin yedam menanyakan kabar putri semata wayangnya yang gagal menjadi seorang kaka.

"Nayun baik-baik aja ko, dia lagi seneng soalnya kemarin baru pulang dari peternakan junghwan bareng bomha juga. Kaka cepet sembuh yah, nayun juga kangen mamahnya." Ucap doyoung.

Seteteh bulir benih jatuh dengan lancar di pipi tirus yedam, sekarang penampilan si manis sudah kembali normal. Pipi yang kemarin terlihat gembul sekarang sudah lenyap, hanya menyisakan kenangan kelam yang sulit yedam lupakan.

"Kenapa? Ada yang sakit?" Tanya doyoung panik, dia juga perlahan menghapus jejak bulir itu.

Yedam hanya bisa menggumamkan kata maaf dengan suara terputus-putus, mendengar itu hati doyoung terasa disayat dengan pisau berkarat lalu sengaja disiram dengan larutan air garam. Perih, sakit, sesak dan berbagai rasa lainnya doyoung tengah rasakan saat ini. Sosok kepala keluarga itu menggeleng pelan, sambil tetap tersenyum.

Komplek Bomul PermaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang