Voment guys💕
Tentu saja memendam rasa bertahun-tahun ditambah hanya dijadikan pemuas membuat Vicle sedih.
Tapi, berada di samping Jeon adalah kebahagiaan untuknya.
Kembali ke Vicle yang sedang menangisi mayat ibunya.
Pemakaman dilakukan dengan lancar. Orang-orang terdekat Vicle yang semuanya adalah keluarga Jeon. Hadir disana. Di tempat pemakaman.
Semuanya berpakaian serba hitam.
Jeon dengan setia memegang jari-jemari besar Vicle yang dingin.
Ayah Jeon menatap sedih pada Vicle yang terlihat kacau.
Mata sembam, wajah pucat, kantong mata, rambut yang biasanya disisir rapi sekarang sudah acak-acakan, bibirnya yang kering.
Mendekati Vicle, ayah Jeon langsung memeluk erat Vicle.
Menyebabkan genggaman tangan Jeon terlepas dari jari jemari besar Vicle.
"Vicle, kau tidak sendiri. Masih ada kami disini. Kau akan baik-baik saja"
Perkataan dari ayah Jeon cukup membuatnya tenang.
"Terimakasi tuan Doki"
Satu persatu orang-orang mulai meninggalkan tempat pemakaman.
Jeon kembali menggenggam tangan dingin Vicle.
Hingga tersisa Jeon dan Vicle disana.
"Ayo kita pulang Vic, aku akan menunggumu di mobil"
Sett
Jeon hendak melepaskan gengamannya pada jari Vicle, namun Vicle menahannya.
"Jeon. Tatap aku"
Jeon menurut.
"Jeon. Aku tau hal ini tidak kau sukai. Kau sudah beberapa kali bilang ini. Aku sudah tau jawabannya akan seperti apa. Tapi aku hanya ingin mengungkapkan-"
"Vicle, kau mencintaiku brengsek?"
Perkataan Vicle dipotong langsung dengan dugaan Jeon yang tentu saja benar.
Kelu dirasakan pada lidahnya, Vicle menunduk. Melepaskan tangan Jeon yang menggenggamnya.
Kemudian berjalan melewati Jeon yang sedang terdiam, menatapnya tanpa ekspresi.
Berjalan gontai ke arah mobil. Vicle hancur.
"Berhenti bersedih. Sampai air matamu keringpun ibumu tidak akan kembali hidup. Ikut aku. Aku mau mengambil uangku"
Menghela nafas berat, Vicle mengikuti Jeon yang sudah berjalan di depannya menuju mobil.
.
.Berhenti tepat di sebuah bangunan tinggi menjulang, Jeon mengeratkan coatnya sebab, cuaca dingin menusuk kulitnya.
Keluar dari mobil dan tidak lupa mengambil sebuah koper dan mengambil sebuah handgun yang tergeletak begitu saja di dashboard mobil.
Mengikuti dari belakang, Vicle bisa melihat kalau Jeon sedang tergesa. Melirikan matanya ke segala arah.
'What the hell, aku pernah kesini. Tempat neraka'
Dari luar gedung itu memang seperti gedung seperti biasanya, namun ketika Jeon masuk ke dalam lift dan terhenti di lantai 9, 'tempat neraka' yang dimaksud Vicle terlihat.
Asap rokok sangat pekat, bernafaspun susah disini. Hell.
Dengan santai, Jeon duduk di sebelah pria berambut panjang yang diikat ke belakang. Berdiri tegak di samping Jeon, Vicle menerka bagaimana cara pujaan hatinya itu akan menagih hutang pada pria rambut panjang yang bebal itu. Ngomong-ngomong Vicle pernah bertemu dengannya beberapa kali dan menghajarnya karena hendak menyerang Jeon.
KAMU SEDANG MEMBACA
VELOCITY
RandomKim Vicle jatuh cinta pada anak ketua mafia yg sudah punya tunangan. Vicle hanya seorang bodyguard dan calon mertuanya itu tentu tidak sudi untuk menjadikannya menantu. Tapi apakah Vicle benar-benar bodyguard biasa?