17

2.1K 149 27
                                    

Jeon terbengong-bengong ketika melihat mansion yang dua kali lebih besar dari milik ayahnya.

Terperangah juga ketika melihat lokasinya. Di tengah hutan rimba.

Perlu waktu 1 jam untuk mencapai mansion itu dari pusat kota.

Ketika dia turun dari mobil. Banyak orang-orang yang lalu lalang memberinya hormat-sebab dia bersama Vicle.

Di depan rumah itu terlihat ada banyak meriam dan senjata-senjata perang lainnya, bergidik ngeri karena dia pikir pasti banyak penyusup yang ingin masuk.

Dan sedikit malu ketika tubuhnya digendong seperti koala. Punggungnya diselimuti oleh coat Vicle.

"Siapa kau?" ujar Jeon dalam gendongan Vicle.

"Aku? Tentu kekasihmu" ujar Vicle terkekeh pelan.

Kembali Jeon bergidik ngeri ketika di dalam rumah Vicle dia melihat ada hewan-hewan buas yang tidak wajar dipelihara. Mereka terperangkap dengan kandang besi. Dan mata Jeon menangkap seekor singa besar sedang menggigit kep*l* manusia.

Ceklek.

Dengan hati-hati, Vicle meletakan Jeon di atas ranjang besarnya.

"Kau harus diobati. Lukamu mengeluarkan banyak darah, lihat piyamaku? Basah karena darahmu" ujar Jeon sambil menunjuk-nunjuk baju bagian dadanya.

Tersenyum tampan, Vicle mencubit pipi Jeon.

"Ah!"

"Aku mau kau yang mengobati" ujar Vicle kemudian berjalan ke sebuah meja,

Memberi sebuah kotak kepada Jeon.

Dengan telaten Jeon mengobati luka-luka itu.

Setelah bersih, Vicle mengganti pakiannya dan melemparkan sebuah hoodie hitam kepada Jeon.

"Pakai itu, piyamamu terkena darahku kan? Ayo kita keliling mansion ini" ujar Vicle kemudian memberi satu kedipan nakal pada Jeon.

Dengan segera Jeon mengganti pakaiannya. Kemudian mereka keluar kamar, tangan pucatnya selalu setia digenggam oleh tangan kekar itu.

Melirik ke kanan dan kekiri, Jeon melihat ada banyak pintu di lorong yang mereka lewati. Beberapanya ada yang berisi bercak darah. Dan samar-samar dia  mendengar erangan.

"Wah, di mansionku tidak ada seperti ini"

"Itu adalah penjara penyiksaan bagi para pembelot" ujar Vicle.

Mereka memasuki sebuah lift.

Vicle merengkuh pinggang ramping sang kekasih, sedangkan Jeon sudah mengalungkan tangannya di leher kokoh Vicle.




"Nghhh...."

Menabrakan bibir mereka dengan cukup kasar. Jeon berjinjit, hendak memperdalam ciuman.

"Ahh..mhhh"

Melenguh ketika Vicle meremas p*nt*tnya.




Ting!

Lift terbuka, menampakan para penjaga yang menunduk hormat pada tuan besarnya yang sedang mencium seorang pemuda cantik.

Jeon hendak melepaskan ciumannya, namun Vicle menahan kepala bagian belakangnya. Jeon hanya malu karena ditonton oleh para bawahan Vicle.

Ciuman terlepas, Vicle mengusap sudut bibir Jeon.

Cup

Mengecup sekilas bibir Jeon sebagai akhir. Tersenyum tampan ke arah Jeon yang malu. Kemudian mengamit kembali tangan pucat kesukaannya.

VELOCITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang