14

1.4K 139 11
                                    

Oh siapa Vicle?

Apakah benar hanya bodyguard yang membalas budi atas jasa ayah Jeon yang menyelamatkan dirinya dan ibunya di masa lalu?

.......

"Tuan muda, pendapatan kita tahun ini menurun dari pendapatan sebelumnya. Dikarenakan ada pasar-pasar baru yang membuka perdagangan dengan kualitas yang lebih baik dari kita" ujar seseorang memakai kacamata.

Duduk angkuh di atas meja, Felix menatap datar ke arah sekertarisnya itu.

"Kalau begitu. Hancurkan pasar-pasar baru itu"

"Kami sedang mengusahakannya tuan, namun itu tidaklah mudah"

DOR

DOR

DOR

Suara tembakan bersautan di luar halaman mansion Felix.

Menghela nafas, Felix melihat siapa yang menganggu ketentramannya.

"Siapa dia berani sekali menginjakan kakinya di mansion suciku ini"

Satu persatu, Felix melihat pasukannya tumbang. Ini aneh, pasukannya adalah pasukan elit. Tapi mengapa begitu mudah dikalahkan?

Mengambil senjatanya, sejenis pistol dengan moncong panjang. Felix keluar dari ruangannya.

Ceklek

"F*cking b*stard, go to the hell"

DOR

"BR*NGS*K! KAU HAMPIR MEMBUNUHKU!"

"BERANINYA KAU MENYENTUH KEKASIHKU!"

DOR

DOR

Tembakan itu dilayangkan dengan brutal.

Menghindari tembakan itu dilakukan Felix dengan lincah. Juga, mencerna perkataan Vicle.

"KAU JANGAN MIMPI MENJADI KEKASIH TUNANGANKU!"

DOR

Felix melawan.

Sedangkan, diluar sana pasukan mereka sibuk baku hantam.

Felix semakin terkejut ketika Vicle yang begitu brutal menyerangnya, bahunya telah bersenggolan dengan peluru panas Vicle.

"KAU YANG SEHARUSNYA JANGAN MIMPI MENIKAHINYA! DIA MILIKKU!" Teriak Vicle.

DOR!

Senjata Felix tertembak kemudian terpelanting, menyebabkan Felix panik setengah mati ketika Vicle menghampirinya dengan sorot mata membunuh.

Secepat kilat, kaki-kaki Felix berlari keluar dari mansion itu. Felix mengakui kalau Vicle sangat mengerikan ketika mengejarnya.

Keluar melalui pintu belakang mansion, Felix berlari menuju hutan.

DOR!

DOR!

"Akh!"

Peluru panas itu sekarang menusuk lengannya, panas dan perih, namun dia harus tetap berlari karena Vicle mengejar sambil membidik kepalanya.

Dan sekali lagi, Felix mengakui kalau dia tidak sebanding untuk masalah baku hantam ini dengan Vicle.

Namun, Felix mengetahui seluk beluk hutan di belakang mansionnya ini.

"DIMANA KAU BR*NGS*K! AKAN KUBUNUH KAU!" Teriak Vicle dengan suara beratnya.

Membuat burung-burung yang sedang tidur di dahan pohon terbang ketakutan.

Sinar rembulan cukup terang, namun tidak begitu membantu Vicle dalam mencari Felix yang sedang bersembunyi.

Sedangkan, disebelah sini, Felix mati-matian menahan suara nafasnya dengan menutup mulut dengan kedua tangannya.

Menahan nafas ketika Vicle berjalan mendekat ke arah semak-semak tempat dia bersembunyi.

Felix melihat kaki-kaki Vicle yang mondar-mandir di semak-semak itu.

Mata Felix  membelalak ketika melihat simbol tato di mata kaki kanan Vicle dengan bantuan sinar rembulan.

..............

"Tuan, pelanggan-pelanggan kita telah diambil alih oleh pasar-pasar baru. Menurunnya suntikan dana dari Felix juga membuat perusahaan kita terseok-seok" ujar seorang wanita berpakaian formal.

"Bukankah kita sudah memperluas pasar kita ke beberapa negara? Apakah pelanggan kita yang di beberapa negara itu diambil alih oleh pasar-pasar baru itu?" ujar Tuan Doki yang sedang duduk santai di sofa single. Menonton presentasi dari bawahannya.

"Benar tuan"

"S*alan, aku harus melakukan sesuatu" ujar ketua mafia itu, berdiri dan meninggalkan ruangan.

Ketua mafia tua itu melajukan mobilnya cepat ke arah mansionnya.

Mobilnya disambut oleh para penjaga, kemudian memarkirkan mobilnya di sembarang tempat. Turun dengan tergesa, memasuki mansionnya.

"Dimana Felix?"

"Tuan Felix sudah pulang ketua" jawab seorang penjaga.

"Apa Jeon sudah pulang?"

"Sudah ketua, tuan muda sedang berada di kamarnya"

Mendengar hal itu, ketua mafia itu langsung menuju kamar anaknya.

Ceklek.

Melihat anaknya duduk dengan piyama kusut di tepi kasur dengan wajah sembam.

"Kau kenapa?" ujar tuan Doki dingin sambil bersandar di kusen pintu.

"B*j*ngan itu memp*rk*s*k*"ujar Jeon tanpa menoleh ke arah ayahnya.

Tuan Doki mengusap wajahnya kasar.

"Seharusnya kau menyerahkan diri saja, maka dia tidak akan memaksamu"

Deg

Jantung Jeon seakan berhenti berdetak, nafasnya tercekat.

Iya memang, ayahnya itu kejam padanya jika menyangkut bisnis. Kalian tau kan kalau Felix itu bekerja sama dengan perusahaan ayahnya?

Jeon menahan semuanya. Dari pemaksaan perjodohan, terpaksa mengikuti kehendak Felix, berusaha tersenyum ramah ke keluarga Felix.

Tapi, Jeon tidak bisa menahan ini. Mentalnya hancur. Harga dirinya runtuh.

Dan sekarang mendengar hal tersebut keluar dari bibir ayahnya sendiri sungguh membuat dadanya sesak.

Perlahan, Jeon menoleh ke arah ayahnya dengan air mata yang membanjiri pipinya.

"Ayah? Kau memperlakukanku seperti boneka hiks, k-kau tidak pernah memikirkan perasaanku, tidak pernah memikirkan bagaimana tertekannya aku ketika dipaksa menuruti semua perintah ayah hiks...kau egois!" ujar Jeon dengan suara yang bergetar.

Menghela nafas pelan, tuan Doki berdiri tegak, berhenti bersandar pada kusen pintu dan menatap lurus anaknya.

"Kau memang seharusnya menuruti semua kata-kata ayah. Semua yang ayah perintahkan adalah hal terbaik untukmu"

Jeon menggeleng brutal.

"KAU LEBIH MEMILIH SEMUA BISNISMU KETIMBANG AKU ANAKMU SENDIRI! KAU EGOIS!"







PLAK

Tamparan keras itu mengenai pipi Jeon. Pria manis itu tersungkur di atas kasur. Bibirnya sampai pecah mengeluarkan darah.

"Hiks...hikss"

Tuan Doki langsung meninggalkan anaknya.

Memikirkan kembali, Jeon menyadari kalau dirinya hidup di keluarga mafia adalah sesuatu yang berat. Dengan situasi seperti itu, bertahun-tahun Jeon berusaha kuat, namun dia juga hanya manusia biasa. Hidup tanpa cinta dari dia kecil. Satu-satunya cinta yang diharapkan Jeon adalah dari seorang ibu. Namun, ibunya sudah meninggalkannya lebih dahulu.






Tbc....

VELOCITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang