15

1.4K 139 9
                                    

Beberapa hari berlalu setelah kejadian itu, Jeon tidak bertegur sapa dengan ayahnya. Bahkan dia tidak sarapan dan makan malam di mansionnya.

Memilih melakukan semuanya di kantor. Seperti sekarang, makan berdua dengan Vicle yang menatapnya lembut.

"Tuan harus makan yang banyak, tuan bertambah kurus"

"Aku tidak nafsu makan setelah banyak mencongkel Org*n-*rg*n para bajingan yang lari dari hutangnya itu. Bukan hanya kelakuan mereka yang busuk, namun juga dalam tubuh mereka busuk sekali astaga..."

Vicle terkekeh mendengar penuturan dari kekasihnya itu.

"Oh ya, apa kau benar-benar datang ke mansion Felix?" ujar Jeon menyelidik.

"Tentu, tapi b*j*ngan itu berhasil kabur" ujar Vicle santai.

Menutup mulutnya dengan sebelah tangan dilakukan oleh Jeon.

"Astaga...ba-bagaimana kau masuk ke markas bandar narkoba semudah itu? " ujar Jeon kemudian melihat Vicle dari bawah ke atas.

"-dan tanpa luka sedikitpun?"

"HAHAHAHA! itu mudah sekali. Jangan pikirkan itu, yang penting aku sudah menembakinya walau tidak mati..." ujar Vicle sambil menyuapi Jeon.

"Te-terimakasih"

Sendok itu melayang karena Vicle tertegun.

"Apa aku tidak salah dengar? Kau baru saja mengucapkan terimakasi? Demi apa? Seorang renternir galak macam Jeon mengucapkan terimakasi?"

"Bodoh" ujar Jeon karena Vicle tidak merespon ucapan terimakasinya dengan benar. Dan malah terheran-heran.

Vicle tersenyum ketika melihat kekasihnya itu merajuk.

Tetap menyuapkan sup itu ke mulut Jeon dan diterima.

"Tunggu sebentar, kuahnya berceceran di sudut bibirmu" ujar Vicle.

Dengan raut wajah polos, Jeon hanya terdiam menatap Vicle.

"Mhh...."

Perutnya serasa dipenuhi kupu-kupu ketika Vicle menj*l*t* bibirnya lembut, kemudian m*l*m*t bibir tipisnya.

Jeon terbuai oleh ciuman lembut itu, tangannya terkalung di leher kokoh milik pria tampan di atasnya.

Cup

Cup

"Nghhh..."

Ciuman semakin panas ketika Vicle memeluknya erat dan menyelusupkan tangan besarnya ke dalam jaket Jeon.

Kepala Vicle bergerak ke kanan dan ke kiri, memperdalam ciuman.

Melepas ciumannya, Vicle menatap lembut ke arah Jeon yang sedang terengah.

"Aku mencintaimu..."

Tak ada respon apapun dari Jeon, hanya saja mata cantiknya bergulir ke arah kanan dan kiri. Tampak gelisah.

Terkekeh pelan, Vicle tau kalau Jeon masih bingung.

"Tak apa baby, kau tak perlu menjawab"

Cup

Mengecup pucuk hidung Jeon gemas, membuat Jeon merona.

"Mhhh....."

Kembali menyatukan bibir mereka dengan mesra.























BRAKKK

"BR*NGS*K KAU Vicle! TIDAK TAU DIRI!"

Entah sejak kapan, ayah Jeon tiba-tiba sudah disana dan menendang Vicle hingga tersungkur di lantai

VELOCITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang