12

1.4K 131 8
                                    

BLAAARRRR

"Jeon!"

'WIUU-WIUUU-WIUUU' *Sirine mobil

Granat yang dilemparkan Vicle menghancurkan tempat itu beserta mayat yang ada di dalamnya, Vicle menggeram frustasi ketika setelah ledakan, ada beberapa mobil polisi yang datang entah dari mana.

Bukan hanya itu, Vicle memanggil Jeon dengan suara keras  ketika bos sekaligus kekasihnya itu melarikan diri terlebih dahulu. Meninggalkan Vicle sendirian disana.

Ya, tentu kesal dirasakan oleh Vicle.

Mobil polisi semakin mendekat, secepat kilat Vicle bersembunyi dibalik beberapa tong sampah yang tentu berbau busuk.

'Tega sekali Jeon meninggalkanku sendiri' batin Vicle mantap sembari menutup hidungnya agar aroma busuk itu tidak merusak penciumannya.

.
.

Keluar dari mobilnya, Jeon segera masuk ke dalam mansion ayahnya dan menyerahkan beberapa kantong yang sudah berisi Org*n-*rg*n manusia kepada anak buah ayahnya untuk ditukar dengan uang.

Melepas mantel hujannya kemudian ekor matanya menangkap ada seseorang yang duduk di depan tv.

"What are you doing here?"

pertanyaan itu terkesan dingin dan penuh penekanan, membuat orang yang duduk di sofa terkekeh geli.

"Of course to see my love"

Menajamkan matanya, Jeon kesal karena melihat orang yang tidak disukainya berada di rumah.

"Felix, i'm not your love! Never!" ujar Jeon jengah.

Angkuh, hentakan kaki Jeon menghentak lantai mansion mewah itu dengan kasar. Menghampiri Felix yang tersenyum lebar, berdiri merentangkan tangannya seolah akan menerima pelukan.

"F*cking b*stard! Get out from this mansion!"

Teriakan Jeon menggelegar, hal itu tidak menggoyahkan Felix sama sekali.

Sadar bahwa Jeon tidak akan memeluknya, Felix memasukan kedua tangannya ke kantong celananya.

"Nope baby, aku tidak akan keluar dari mansion ini. Aku rindu sekali denganmu. Aku juga sudah mendapat ijin dari ayahmu untuk menemuimu cantik" ujar Felix tenang.

Mengeraskan rahangnya, Jeon sangat kesal. Tapi kalau sudah kehendak ayahnya, maka dia tidak bisa berbuat apapun.

Memutuskan kontak mata dengan Felix adalah pilihan Jeon. Dia sudah lelah berhadapan dengan pria yang tubuhnya dua kali lebih besar darinya itu.

Menghela nafas, akhirnya Jeon berjalan melewati Felix.










Tep

"Where will you go?" ujar Felix dengan suara beratnya.

Menahan sebelah tangan pucat milik Jeon.

Berjengit, Jeon berusaha melepaskan genggaman tangan Felix. Bukannya terlepas, malah sakit yang dirasakannya.

"LET ME GO!" perintah dari Jeon beserta tatapan bengisnya tidak membuat Felix takut.

Malahan, Jeon mulai merasa terintimidasi oleh tatapan datar Felix yang menyeramkan. Pemuda cantik itu meneguk ludahnya kasar.

"HEI KALIAN! TOLONG AKU! JANGAN DIAM SAJA!" Jeon berteriak kepada seluruh penjaga di mansion itu.

Namun, ada yang aneh. Semuanya hanya menunduk dan tidak menjalankan perintah dari Jeon.

Di depannya, Felix tersenyum penuh kemenangan.

"Kau apakan para penjagaku hingga mereka membelot?" ujar Jeon dengan mata yang mengedarkan pandangannya ke seluruh penjaga yang menunduk di ruangan itu.

VELOCITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang