0X1

912 63 1
                                    

Bekerja di ibu kota dengan gaji luar biasa adalah impian banyak orang. Ya, Soobin akui itu. Tapi, dirinya dengan yakin menyebut opini itu tidak sesuai dengannya sendiri.

Soobin tidak bermimpi bekerja di ibu kota. Tinggal di apartemen mewah. Pergi ke tempat kerja dengan seorang supir. Berpose di depan kamera dengan barang atau baju keluaran terbaru dan mendapat uang. Memiliki fans.

Tidak pernah sedetik pun lewat di pikiran Soobin, dirinya akan hidup dengan semua itu.

Tanah kelahirannya, Ansan, masih lebih baik dengan segala kesederhanaan dibanding ibu kota, Seoul, yang gemerlap.

Gedung-gedung tinggi ada di tiap sudut kota. Setiap hari begitu. Hanya gedung-gedung tinggi dan jalanan ramai yang retina Soobin tangkap dari jendela gedung tempatnya melakukan pemotretan. Belum ada jadwal pemotretan di ruang terbuka.

Lebih jelasnya, Soobin memang belum lama bekerja sebagai seorang model di ibu kota. Tapi, penghasilan dan jumlah fans-nya jangan dipertanyakan.

"Sudah tau hanya gedung tinggi dan jalanan ramai. Masih saja dipandangi."

Manager Soobin, Kim Seokjin, berujar sambil mendekati Soobin yang berdiri di pinggir jendela. Soobin menghembuskan napas panjang.

"Siapa tau ada ufo tiba-tiba datang dan memotong gedung-gedung tinggi itu." balasnya asal yang mengundang tawa Seokjin.

Soobin lalu menoleh pada Seokjin. Baru sadar, seingatnya Seokjin tadi sedang mempersiapkan macam-macam dengan orang-orang dari brand Soobin kali ini di ruang pemotretan.

"Persiapannya sudah?"

Seokjin mengendikkan bahu. Ia membalik tubuh, menatap ke arah tempatnya datang. Sebuah ruangan luas yang pintunya sedang tertutup.

"Mereka sedang meributkan sesuatu."

Sebelah alis Soobin terangkat. Ia melirik sekilas ke ruangan yang Seokjin tatap. Orang-orang meributkan apa lagi? Biasanya sih masalah set foto yang tidak sesuai. Tapi, Soobin tau pemotretan kali ini sudah sangat matang. Jadi, jikalau ada yang diributkan, tidak memakan waktu juga.

Seharusnya Soobin sudah memulai pemotretan sejak setengah jam yang lalu. Tapi, ada rapat dadakan dari pihak brand dan juga beberapa manager para model, selain Soobin, yang juga ada pemotretan.

"Apa yang diributkan memangnya?" tanya Soobin yang justru dibalas bahasa tubuh oleh Seokjin. Managernya itu menunjuk dengan dagu pada dua orang yang sedang adu argumen sembari berjalan dan kemudian masuk ke ruang pemotretan.

"Seharusnya ada satu lagi model yang datang. Tapi, dia tidak datang. Managernya hanya mengatakan bahwa modelnya sedang hiatus."

Soobin bingung lagi.

"Kalau sedang hiatus, kenapa tidak cari model lain saja sejak kemarin?"

Seokjin menggeleng pelan. Agaknya maklum dengan Soobin yang tidak tau berita apa-apa karena anak di bawah pengawasannya itu memang tidak terlalu minat berita-berita di sosial media.

"Model itu hiatus tanpa pengumuman resmi dari agensinya. Semua brand yang tanda tangan kontrak dengan model itu juga tidak diberitahu. Makanya, mereka belum sempat mengganti model itu. Sekarang sedang dicari pengganti." terang Seokjin.

"Sejak kapan memangnya dia hiatus? Kenapa juga hiatus padahal jadwal dia sepertinya cukup padat?"

Tawa Seokjin kembali terdengar. Ia menoleh pada Soobin yang sedang menatap Seokjin penasaran.

"Ada apa dengan mu? Tiba-tiba ingin tahu begitu."

Kedua alis Soobin bertaut. "Ingin tahu saja tidak boleh."

"Haha. Aku bercanda. Santai dong." Seokjin kembali menoleh pada ruang pemotretan. "Sejak seminggu sebelum ada kamu. Sekitar sebulan yang lalu. Kabarnya, dia hiatus karena masih berduka atas kematian kekasihnya. Sempat diberitakan sih kalau dia ambil cuti beberapa hari karena sedang berduka. Tapi ternyata, hingga sebulan. Banyak juga brand-nya yang mulai kesal dengan ketidakprofesionalan dia."

"Oh, masalah duka dan cinta. Geli sekali tidak profesional hanya karena hal seperti itu." komen Soobin spontan.

Lagi. Seokjin tertawa. Tapi, kemudian ia mengangguk setuju.

"Tapi kalau aku, maklum sih. Dia adalah model yang tertutup. Aku pernah bertemu managernya beberapa kali. Dia bilang, model itu hanya dekat dengan kekasihnya. Katanya, kekasihnya itu satu-satunya orang yang bisa memahaminya." tambah Seokjin.

Soobin terdiam. Ia mendadak teringat seseorang. Mantan kekasihnya yang tiba-tiba memutuskan hubungan mereka karena orang baru. Seseorang yang entah siapa yang Soobin benci karena membuat mantannya meninggalkannya.

Seorang Soobin yang biasa cerita dengan mantannya itu, kesal dan sedih tak ketulungan. Ia jadi emosian. Berbagai macam hal dilakukannya demi melampiaskan emosi karena tak punya seseorang untuk berbagi.

Derita anak tunggal yang orang tuanya sibuk kerja kerja dan kerja. Soobin juga merupakan anak yang dominan introvert. Lebih suka memedam banyak hal sendiri kecuali ada satu orang yang benar-benar mengerti dirinya, ia pasti akan berbagi.

Yah, kalau bukan karena Seokjin yang menemukannya dan mengajaknya jadi model di Seoul, Soobin mungkin hanya menghabiskan masa produktifnya dengan menggalau orang yang sudah pergi meninggalkannya demi orang lain.

"Kamu pernah di fase kehilangan begitu kan?" tanya Seokjin yang dibalas anggukan kecil oleh Soobin. Seokjin hanya tersenyum melihatnya.

"Model itu- dia siapa omong-omong?" tanya Soobin setelah beberapa waktu hening.

"Yah, karena kamu jarang buka portal berita, wajar sih gak tau. Tapi, agak heran sih kalau kamu gak tau. Masalahnya, dia famous banget." Soobin mendengus kecil.

"Dia model senior, tapi lebih muda dari kamu. Namanya, Choi Beomgyu."

Coming soon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Coming soon.
정현재.

•Love Song• [𝑐.𝑠𝑏//𝑐.𝑏𝑔] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang