"Aya naon sih bangsat?" Lauren menerobos kerumunan.
"Itu loh ada anak Bima Sakti."
Lauren membulatkan matanya.
"Gua kan udah bilang, tujuan gua kesini mau ketemu sama orang. Bukan nyari masalah sama lo."
Nevan menyeringai. "Mata mata lo ya?"
Cowok yang diketahui bernama Bara itu terkekeh singkat kemudian...
"Lauren Anggita." Panggilnya pada seorang gadis yang berdiri tak jauh dari mereka.
Lauren menunjuk dirinya sendiri, Bara mengangguk.
Lauren menggaruk tengkuknya salah tingkah ketika mendapati Nevan menatapnya.
Bara berjalan menghampiri Lauren.
"Hai? Kita ketemu lagi."
"Hai?" Sapa Lauren kikuk.
"Thanks soal kemaren." Ya, Bara adalah cowok yang ia temui di supermarket kemarin.
Lauren menganggukkan kepalanya.
"Ini, gua nemuin ini kemaren. Pengen gua balikin tapi lo nya keburu pergi."
Lauren mengambil kartu itu dengan bernafas lega, syukurlah kartu perpustakaan nya tidak hilang.
"Thanks...." Lauren menggantungkan ucapannya.
"Bara." Ucap Bara yang seolah paham.
"Ah iya, thanks Bar."
Bara mengangguk. "Kemaren kan lo bilang gua gak perlu ganti duit lo?"
Lauren hanya menjawab dengan deheman, sejak tadi tatapan Nevan sama sekali tak lepas dari nya.
"Gimana kalo sebagai gantinya...gua traktir lo."
Lauren tersenyum kikuk. "Gak perlu, gue ikhlas kok."
"Gua juga ikhlas."
"Tapi kalo lo traktir gue kan sama aja hitungannya sebagai ganti?"
"Engga dong, traktir lo makan doang gak bakal bisa ganti total belanjaan gua. So?"
Lauren menggaruk tengkuknya, padahal Lauren sengaja tidak ingin berurusan dengan murid sekolah yang ternyata merupakan rival dari sekolahnya.
"Lo mau?"
Lauren membasahi bibirnya yang kering karna gugup, baru ingin mengangguk namun..
"Lo tuli apa bodoh? Dia kan udah bilang gak usah." Lauren menatap Nevan yang tiba tiba saja menyahut.
"Gak ada urusannya sama lo." Balas Bara.
Nevan berjalan mendekat. "Lo liat dulu cewek yang ada didepan lo itu pake seragam apa?"
Bara menyeringai. "Terus?"
"Mau melawan hukum Cipta Bangsa-Bima Sakti?"
Oke buat kalian yang bingung..
Jadi Cipta Bangsa dan Bima Sakti memang dikenal sebagai rival.
Kedua sekolah favorit ini selalu berlomba lomba dalam hal apapun.
Ketika ada lomba, olimpiade, dan apapun itu persaingan diantara keduanya benar benar tak dapat di elak.
Dari tahun ke tahun piala tak hanya jatuh kepada satu pihak, kedua sekolah itu selalu bergantian menang yang mana membuat persaingan semakin ketat.
Awalnya hanya persaingan umum, sampai akhirnya ketika di adakan turnamen basket antar sekolah dimana yang menjadi pemenang adalah Cipta Bangsa.
Salah seorang siswa Bima Sakti tidak terima dengan itu, dan menyerang seorang murid Cipta Bangsa yang diketahui juga mengikuti turnamen itu hingga koma.
Akibatnya? Terjadi tawuran pelajar antara kedua sekolah ini yang menyebabkan tewasnya dua orang siswa Bima Sakti dan Cipta Bangsa.
Sejak saat itu hubungan kedua sekolah ini menjadi tidak baik.
Lauren menatap Bara canggung kemudian berdehem. "Gapapa gak usah diganti."
"Yaudah kalo gitu gua minta nomor lo."
"Ck, punya nyawa berapa lo deketin cewe gua?" Lauren menatap Nevan yang saat ini tengah merangkulnya dengan mata yang membola.
Tak hanya Lauren, bahkan seluruh siswa yang sejak tadi hanya menonton pun tak kalah terkejut.
Bara terkekeh, "sorry? cewe lo?"
"Tuli beneran lo ya?" Nevan menatap Bara dengan senyum remehnya.
"Circuit biasa ntar malem." Bara menatap Nevan tak kalah sengit sebelum akhirnya pergi meninggalkan sekolah itu dengan motornya.
Nevan melepas tangannya yang tadi merangkul Lauren.
"Jangan geer, gua ngelakuin ini karna gak mau ada anak Cipta Bangsa yang berurusan sama anak Bima Sakti."
Setelah mengatakan itu Nevan pergi meninggalkan Lauren yang masih terdiam kaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
STICKY NOTE [COMPLETE] ✔️
Short Story[FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA] "Ini siapa sih ngirimin gua sticky note mulu"