"Ren, lu ngapa sih? Belom sarapan ya lo?"
"Lesu amat."
"Belom disemangatin sama ayang ya?"
"Bacot, diem lo pada."
"Dih galak."
"Eh si Nev—"
"WOI ADA BU SRI.."
Mendengar itu mau tak mau Lauren mengangkat kepalanya.
"Selamat pagi anak-anak, sudah sampai dimana materi kita?" Tanya sang guru.
"Terakhir tentang analisis karya ilmiah, Bu."
"Ibu sudah ambil nilai tugas ya?"
"Sudah, Bu."
"Kalau begitu berarti kita main game aja, Berhitung mulai dari sebelah kiri."
"Satu."
"Dua."
"Tiga."
"Empat."
"Lima."
"Enam."
"Tujuh."
"Delapan." Ucap Lauren
"Sembilan."
"Sepuluh."
Dan seterusnya...
"Oke jadi cara mainnya, nanti saya akan menyebutkan satu angka. Misalnya saya sebut angka tiga, siapapun orang yang mendapat nomor tiga harus menyebutkan nomor baru."
"Contoh nih, saya bilang Tiga. Fanesa kamu nomor tiga kan? Kamu harus sebut nomor lain. Contohnya 'Tiga, tujuh.' Jadi nanti yang nomor tujuh sebut nomor lain lagi."
"Peraturannya harus cepat, tidak boleh lama, dan tidak boleh dilempar lempar misalnya 'Tiga, tujuh, tiga.' Nah itu gak boleh. Terus juga kalian wajib menyebutkan nomor kalian terlebih dahulu baru nomor orang lain. Paham??"
"Paham Buu..."
"Yang lama menjawab, yang lempar-lemparan dan yang tidak menyebut nomornya...nanti akan disuruh maju ke depan. Pilih jujur atau tantangan."
"Disini melatih konsentrasi, dan ibu akan menilai tingkat sportifitas kalian. Mampu dan berani kah kalian menjalani hukuman."
"Oke langsung saja kita mulai. Dua."
"Dua, satu."
"Satu, tiga."
"Tiga, enam."
"Enam, sepuluh."
"Sepuluh, delapan belas."
"Delapan belas, dua puluh satu."
"Dua puluh lima—ehh."
"Adit...maju kamu."
Seorang siswa dengan nametag 'Aditya' itupun maju.
"Pilih jujur atau tantangan?"
"Saya pilih...dare."
"Ayo siapa yang mau memberi tantangan?"
Farel mengangkat tangannya. "Lari keliling lapangan sambil bilang 'Farel lo ganteng banget.' Harus teriak ya."
"Sebentar ibu catat."
"Baiklah kita lanjut. Adit kamu pilih nomor berapa?"
"Lima."
"Lima, dua belas."
"Dua belas, enam."
"Enam, tujuh."
"Tujuh, delapan."
"Delapan, sembilan."
"Sembilan, sepuluh."
"Sepuluh, sebelas."
"Sebelas, satu."
"....."
"...."
"Siapa nomor satu? Maju ke depan."
Mau tak mau, Rana maju ke depan.
"Kamu pilih jujur atau tantangan."
"Jujur."
"GAK SERU... GAK SERU...WUUUU...."
"Bodo, wleee."
"Ada yang mau bertanya? Rana kamu harus menjawab dengan jujur ya."
Rana mengangguk.
"Saya mau bertanya, lagi suka sama siapa?"
"Ganti please pertanyaannya..."
"Tidak bisa, kamu harus sportif."
"G-gue lagi suka sama anak MIPA 6."
"JIAKHHH...SIAPA TUH? SPILL DONG.."
"Kan gue pilih truth bukan dare, lo gak berhak nyuruh gue sebutin." Balasnya sinis.
"Yasudah lanjut, empat belas."
"Empat belas, dua."
"Dua, tiga."
"Tiga, lima."
"Lima, sepuluh."
"Sepuluh, satu."
"Satu, delapan."
"...."
"Lauren maju ke depan."
Lauren hanya bisa menghela nafasnya.
"Truth or dare?"
"Emmm...truth."
"YAH MASA LOREN CUPU?!"
"TIDAK BIASANYA."
"KHUSUS LOREN HARUSNYA PERTANYAAN NYA TUH 'DARE OR DARE?' GITU."
"Loren cupu gak asik."
"Ayo dong, Ren yang menantang dikit."
Lauren memutar bola matanya malas. "Yaudah dare."
"Nah gitu."
"Gue yang kasih tantangan."
"Apa?"
"Tembak anak kelas sebelah pake lagu."
“Wait...what?”
KAMU SEDANG MEMBACA
STICKY NOTE [COMPLETE] ✔️
Nouvelles[FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA] "Ini siapa sih ngirimin gua sticky note mulu"