*kring (anggap aja gitu)
Bel di atas pintu berbunyi menandakan ada orang yang baru saja memasuki kafe.
Lauren masih fokus pada tumpukan kertas di hadapannya.
Senan menyambut baik orang itu. "Gercep juga lu."
"Lumayanlah, gua juga lagi gabut."
"Ren, kenalin ini Bara sepupu gua."
Mendengar nama yang tidak asing, Lauren sontak mendongak.
Lauren terkejut.
Bara terkejut.
Author ikut terkejut.
"Lo?!" Ucap keduanya bersamaan.
Senan menatap keduanya bergantian, "kalian...saling kenal?"
Bara menarik kursi dan mengambil duduk di hadapan Lauren dan Senan.
"Lauren ini cewek yang kemaren gua ceritain."
"Buset gue di gibahin."
Senan terkejut namun secepat mungkin menetralkan ekspresinya. "Dunia se sempit ini ternyata."
"Yaudah Ren, Gua tinggal dulu ya..Lu tanya aja apa yang gak lu paham ke Bara. Nakal nakal gitu juga dia pinter."
"Lu niat muji apa ngehina?" Sewot Bara.
"Kalo bisa dua kenapa harus satu? Gua tinggal dulu masih ada urusan." Senan menepuk bahu Bara sebelum pergi.
"Mana yang gak paham?" Tanya Bara memecah keheningan.
Lauren menghela nafasnya.
Salah gak sih kalo dia minta tolong sama musuh dari pacarnya?
Persetan sama semuanya, tugasnya kali ini lebih penting..toh Lauren cuma minta ajarin bukan selingkuh.
Lauren menyerahkan bukunya.
Bara menatap buku itu, seperkian detik ia mengangguk.
"Ini mah gampang, secara matematis..debit atau Q itu jumlah volume fluida yang mengalir per satuan waktu atau secara matematis ditulis Q = V / T." Bara mencoret coret kertas yang ada di meja.
"Volume bisa lo cari dengan mengalikan luas penampang pada selang dengan panjang selang atau V = A cdot L. Jadi persamaan debitnya menjadi Q = A / T."
"Panjang selang yang dilalui air bisa didapat dari kecepatan air dikali dengan waktu, atau dengan kata lain kecepatan adalah panjang selang dibagi waktu, v = frac{L}{t}. Sehingga persamaan debit menjadi Q = A . u."
"Atau hukum Kontinuitas A¹ u¹ = A² u² = A³ U³ = ..... = konstan."
Lauren mengangguk, ia mulai paham.
"Coba kerjain."
Lauren mengambil alih pena ditangan Bara.
Terlalu fokus mengerjakan Lauren sampai tidak sadar Bara menatapnya tanpa berkedip.
"Lucu banget sih dia."
"Bar?"
"Bara?" Lauren mengibaskan tangannya didepan wajah Bara yang sedang menatapnya.
Lauren memiringkan kepalanya menatap Bara bingung.
"Bara??"
Masih tak ada jawaban.
Lauren menepuk bahu Bara. "Bar."
"Eh...iya Ren?"
"Lo kenapa?"
"Gapapa, lo..cantik."
Lauren hanya bisa mengerjap bingung.
"Gemes banget anjing."
"Eh iya, gimana? Udah?" Tanya Bara sebelum keheningan melanda.
Lauren mengangguk. "Nih, coba lo cek."
Bara mengambil kertas dari tangan Lauren, tak lama ia mengangguk.
"Gue gak nyangka ternyata lo anak ipa, pinter pula." Lauren mengaduk-aduk Macchiato nya yang sudah dingin.
"Kenapa? Berandalan kayak gua gak pantes masuk ipa ya?" Tanya Bara.
Lauren menggeleng cepat.
Takut Bara tersinggung dengan ucapannya.
"G-gak gitu, gue cuma heran aja. Biasanya kan yang barbar itu anak ips. Dan dari tampang lo gak ada ipa ipa nya, makanya gue kaget. Bukan berarti lo gak pantes jadi anak ipa tapi-"
"Gapapa, santai aja kali. Gua udah biasa dibilang gitu." Bara terkekeh, Lauren dengan wajah paniknya terlihat sangat menggemaskan dimatanya.
Lauren tersenyum canggung.
"Duh mulut goblok, harusnya lo berterimakasih bukannya malah komen." Batin Lauren memukul mukul bibirnya tanpa sadar.
"Eh, jangan dipukul." Bara menahan tangan Lauren.
"Sorry ya, Bar..gue gak bermaksud bikin lo tersinggung. Sorry banget sekali lagi."
"Kenapa minta maaf? Santai aja kali."
"Gue gak enak sama lo, lo udah baik mau ngajarin gue tapi gue dengan gak tau dirinya malah bilang gitu."
Bara menggeleng. "Sans."
"Gimana kalo sebagai tanda terimakasih sekaligus permintaan maaf gue traktir lo."
Bara menggeleng, "anggap aja kita impas, lu juga udah bantuin gua kemaren."
Bara mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna merah dan menyerahkan pada Lauren.
"E-eh, gak usah Bar. Gue ikhlas."
"Gua juga ikhlas."
Lauren menggeleng tak setuju.
"Mending uangnya lo simpen, lo sendiri yang bilang kita impas kan."
Bara mengangguk kemudian memasukkan kembali uangnya.
"Abis ini lu mau kemana?"
"Kemana ya?"
"Makan ditempat langganan gua mau?"
Lauren terdiam, bingung harus apa.
Ia hampir melupakan fakta bahwa cowok yang dihadapannya ini merupakan musuh dari pacarnya.
“Cuma makan gak masalah kan?”
Lauren mengangguk. "Boleh."
KAMU SEDANG MEMBACA
STICKY NOTE [COMPLETE] ✔️
Historia Corta[FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA] "Ini siapa sih ngirimin gua sticky note mulu"