Lauren berdecak kesal.
Bagaimana tidak? Sedari tadi ia di dorong-dorong.
Jangan tanya kenapa
Semua karena dare sialan itu.
"Ekhem." Lauren berdehem
Cowok yang awalnya sedang memainkan hpnya dengan layar landscape itu lantas menatap Lauren.
"Sorry, ini dare."
Lauren mengulurkan tangannya.
"Baby take my hand... i want you to be my boyfriend. Cuz you my Ironman. And I love you three thousand."
Lauren tersenyum singkat, hendak menurunkan tangannya jika saja cowok itu tidak membalas uluran tangannya.
"I will take your hand. Girl, i want to be your boyfriend... Cuz i'm your ironman, and i love you three thousand."
"Jangan kan tiga rebu, lima rebu juga gua kasih buat lu." Lanjut cowok itu.
Sorak sorai terdengar.
"ANJAY ANJAY ANJAY."
"CINTA KU BERAWAL DARI DARE."
"GAPAPA REN GAPAPA."
"BETUL....SEKALI KALI ELU YANG JADIIN ORANG DARE, JANGAN LU MULU YANG DIJADIIN BAHAN DARE."
Terlihat jelas menyindir bukan?
Dengan segera Lauren menarik tangannya dari genggaman cowok itu. "Thanks."
Ucap Lauren sebelum akhirnya pergi meninggalkan Kantin.
"Seneng?"
Lauren menghentikan langkahnya ketika mendengar suara yang tak asing.
Suara yang menjadi favoritnya.
Dulu.
Lauren berbalik dan menatap orang itu.
"Apa?"
"Seneng ditembak cowok?"
"Urusannya sama lo?" Lauren mengangkat kepalanya angkuh.
"Belum genap sehari putus—"
"Terus?"
Nevan menatap Lauren dalam diam.
Lauren membalas tatapan Nevan dengan tatapan datarnya.
"Udah? Gak ada yang mau lo omongin lagi? Gue duluan." Lauren berjalan menjauh.
"Wih ada yang baru jadian."
"WOI PJ PJ...."
"Gak usah ngadi-ngadi lo bangsat, gue tau nama cowok itu aja kaga." Amuk Lauren memasuki kelas.
"Makanya kenalan."
"Berisik, kalo gak gara gara dare sialan itu juga gue ogah."
"Galak amat kenapa sih."
"WOI....HOT NEWS...HOT NEWS....NEVAN JADIAN SAMA NATA."
*Deg.
“Jangan kesel Lauren, jangan.”
Lauren mencoba untuk 'bodoamat' dan memasang airpods untuk menutupi telinganya.
“Pergi lo suara suara sialan.”
—o0o—
"Woi apaan tuh rame-rame?"
"Itu loh...anak Bima Sakti yang kemaren, dateng lagi."
Lauren menerka-nerka apakah orang yang dimaksud adalah Bara?
Tanpa ragu Lauren menerobos kerumunan.
Terlihatlah disana, Nevan dan Bara saling mengcengkram kerah satu sama lain.
"BARA..."
Lauren 'sedikit' menyesali perbuatannya, karena semua orang menatapnya sekarang.
Lauren berjalan menghampiri kedua cowok tersebut.
"Gue kan udah bilang kalo mau jemput tunggu di luar aja, batu ya lo. Hobi banget bikin keributan." Dumel Lauren.
Sedangkan Bara hanya terkekeh, cengkraman nya pada kerah Nevan pun perlahan terlepas.
"Hai." Sapa nya seolah omelan Lauren tadi bukan apa-apa.
Lauren menghela nafasnya. "Ayo pulang."
"Mau langsung? Gak mau jalan jalan dulu?"
"Males, udah buru gece ngapain sih lo ngeladenin orang ini." Lauren melirik Nevan yang mengepalkan tangannya.
"Latte macchiato?" Tanya Bara tiba-tiba.
Lauren melongo.
Hey apa-apaan ini? Dirinya disogok?
"Eng—" Lauren melirik Bara ragu. "Oke berangkat."
Bara terkekeh.
Ber-terimakasih lah kepada Senan.
Lauren menghampiri Bara dan menggenggam tangannya, melangkah pasti mengabaikan tatapan mencemooh yang mereka terima.
*BUGHH..!!
Lauren memekik terkejut.
Nevan memukuli Bara dengan membabi buta, netranya menggelap seolah mengisyaratkan ia benar-benar marah saat ini.
"NEVAN LO APA-APAAN SIH...??!" Lauren menarik Nevan menjauh dari Bara yang terbaring di tanah dengan lebam di wajahnya.
"APA? MASIH NANYA LO??!" Bentak Nevan.
"BIAR APA LO GITU? BIAR ORANG TAU LO YANG PALING HEBAT??! IYA?!" Lauren membalas bentakan Nevan.
"Harusnya gua yang nanya, lu ngapain sama dia?" Nada bicaranya lebih tenang dari sebelumnya, namun matanya masih dipenuhi dengan amarah.
"Sekarang gue tanya, urusannya sama lo apa??!" Balas Lauren tanpa takut sedikitpun.
Nevan terdiam sejenak.
"Gua rasa lu gak terlalu bodoh untuk gak tau seragam apa yang bajingan ini pake." Nevan menunjuk Bara.
"GUE TAU...GUE GAK BUTA. Masalah itu biar jadi urusan Cipta Bangsa sama Bima Sakti. Lo terlalu menyamaratakan semua orang."
"Cuma karena beberapa orang yang terlibat lo nganggap semua anak Bima Sakti sama. Gue sama Bara gak punya masalah sebelumnya. Gak ada alasan lo untuk ngelarang gue deket sama dia."
Lauren membantu Bara berdiri dan memapahnya menuju mobil cowok itu.
Sebelum pergi Nevan dapat melihat Bara menyunggingkan senyum miringnya.
Seolah itu senyum kemenangan.
Dan Nevan benci itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
STICKY NOTE [COMPLETE] ✔️
Cerita Pendek[FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA] "Ini siapa sih ngirimin gua sticky note mulu"