10. KORIDOR

567 48 12
                                    

HALO!!!

ABSEN DULU YUK!!

VOTE DAN KOMENNYA JANGAN LUPA💙💙💙💙

SHARE CERITA INI KE TEMEN-TEMEN KALIAN BIAR AKU MAKIN SEMANGAT UPDATE DHIRENDRA!!💖💖💖💖💖

KETIK “DHIRENDRA” BIAR KALIAN SELALU INGET SAMA JUDUL CERITA INI🤓🤓🤓

HAPPY READING!

****

10. KORIDOR

Malam ini, Dhiren dan Arga pergi ke rumah Sean dan Dina sesuai kegiatan mereka setiap sebulan sekali dan besoknya ke rumah Rafi dan Gita, disusul lusa ke rumah Fikri dan Nayla. Arga memang sengaja mengajak Dhiren setiap bulan ke rumah nenek dan kakek cowok itu agar Dhiren tidak merasa canggung saat keluarga mereka mengadakan pertemuan dengan keluarga besar atau kolega.

“ADIK KECILLLL!!!!” teriak Friska dari teras rumah menyambut kedatangan Dhiren dan Arga yang baru saja turun dari mobil.

Dhiren merotasikan bola mata malas melihat kakak sepupunya menatapnya dengan mata berbinar. Dhiren berjalan di sebelah Arga memasuki rumah bertingkat dua itu tanpa membalas sapaan Friska pada Dhiren. Melihat Dhiren melewati Friska begitu saja, Arga menyenggol lengan Dhiren.

“Jangan gitu. Gak sopan,” tegur Arga dengan suara pelan membuat Dhiren menghela napas.

Dhiren menoleh ke Friska yang menatapnya kesal. “Ya.” jawaban Dhiren yang singkat itu semakin membuat Friska kesal sedangkan Arga menggelengkan kepala tak habis pikir dengan reaksi Dhiren yang sangat datar.

Friska yang terlampau kesal dengan adik sepupunya pun memutuskan masuk ke dalam. Tak lupa sandal swallow yang Friska kenakan sengaja menginjak sepatu Dhiren saat perempuan itu melewati adik sepupunya.

Dhiren mengangkat kaki kanannya yang baru saja diinjak oleh Friska. Injakan itu tak main-main sehingga membuat kuku-kuku kakinya seketika berdenyut sakit.

“Sinting,” gumam Dhiren lirih dengan mata yang fokus menatap Friska berjalan di dalam rumah ini.

Arga menepuk pundak sang putra dibarengi oleh kekehan kecil. “Tabah.”

****

Usai makan malam bersama dengan keluarga besar almarhumah Bundanya, Dhiren memutuskan keluar dari keluarga besarnya yang tengah duduk-duduk santai di ruang tengah sembari bercengkrama, membahas hal-hal ringan dan random. Terlebih adanya Friska––putri semata wayang Farhan dan Viola membuat suasana semakin di selimuti tawa.

Dhiren duduk di gazebo, taman belakang rumah yang dipenuhi rumput hijau segar serta hiasan pot bunga yang memanjakan matanya. Melihat pot bunga tersebut, Dhiren jadi teringat saat ia mengantarkan Retta pulang waktu hampir dirampok tiga preman di jalan tol. Itu pertama kalinya ia ke rumah Retta dan melihat keharmonisan hubungan antara Ibu dan anak yang mampu membuat Dhiren iri setengah mati.

Tiba-tiba hati Dhiren mulai menilai Retta. Gadis pintar yang menerima beasiswa penuh di sekolahnya. Gaya sederhana dan tidak neko-neko. Suara tawa dan ucapannya yang lemah lembut. Gadis itu sama sekali tidak malu dengan kondisi ekonomi keluarganya. Jika anak remaja sekarang lebih suka berbaring di kasur dengan bermain handphone, Retta justru membantu ibunya berjualan keliling kota Jakarta. Satu lagi. Jepit rambut kupu-kupu berwarna ungu yang menjadi ciri khas Retta membuatnya memiliki daya tarik paling unik yang pernah Dhiren lihat.

DHIRENDRA (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang