29. KOMIK

408 48 35
                                    

Hai, pren!

Apa kabar?

Ketik "Dhirendra" biar selalu inget sama judulnyaaaaaa🤓

Sebelum baca, ada yang nau disampaiin buat aku gak? Hehe....

Jangan lupa vote dan komen yaaaa🤸🏻‍♀🤸🏻‍♀

Terima kasih buat yang udah support cerita iniii💖💖💖💖💖💖

Love you💙💙💙💙💙

HAPPY READING!

****

29. KOMIK

Dhiren dan ketiga sahabatnya sedang makan di kantin tanpa Agung karena cowok itu melaksanakan rapat OSIS dadakan.

Meja yang biasanya selalu ramai karena suara Rega dan Bagas, kini mendadak sunyi. Rega dan Bagas sedang saling lirik dengan mulut diam. Hari ini mereka merasakan hawa yang berbeda karena Pangeran dan Dhiren yang terlihat begitu dingin. Jika melihat Dhiren bersikap dingin itu sudah hal lumrah bagi mereka. Tetapi jika Pangeran ikut bersikap dingin, maka dunia sedang tidak baik-baik saja.

"Khem." Rega berdeham keras untuk menetralkan jantungnya yang berdegup kencang. Terlebih saat Dhiren dan Pangeran menatapnya datar. "Lusa ada bazar yang diadain kelas dua belas. Dateng gak kalian?"

"Ya jelas dateng lah!" seru Bagas berusaha mencairkan suasana.

"Apalagi ada banyak makanan. Gak sabar dah gue. Terus, Ga. Nanti gue temenin lo beli skin---"

Suara decitan kursi yang berasal dari Dhiren membuat Bagas tidak dapat menyelesaikan ucapannya. Bagas, Rega dan Pangeran saling tatap saat Dhiren berlalu pergi meninggalkan mereka.

Bagas menghembuskan napas kesal lalu meletakkan kepalanya di atas meja. "Dia kenapa sih?" dengan mata terpejam, Bagas menanyakan itu pada kedua sahabatnya yang sudah pasti jawabannya 'tidak tahu'.

"Ritual Dhiren tiap tahun. Seminggu sebelum tanggal dua puluh delapan, dia hibernasi. Setelah itu, ngurung diri."

Sontak Bagas membuka mata dan menegakkan tubuhnya lalu kepalanya mendongak, menatap Agung yang tahu-tahu sudah duduk di tempat yang tadi diduduki Dhiren.

Bagas menatap kosong ke depan. Ia kembali mengingat kejadian tahun lalu. Satu hari setelah ulang tahunnya, Dhiren akan izin dua hari sampai empat hari dengan menghabiskan waktu mengurung diri di dalam kamar. Dan Dhiren melarang siapa pun menemuinya. Sekalipun mereka.

Setelah selesai dengan mengurung diri. Dhiren keluar kamar dengan wajah pucat pasi seperti mayat hidup. Tubuh yang lebih kurus dari terakhir kalinya mereka menemuinya.

"Dia masih terpukul sama kepergian Bunda-nya."

Rega menoleh ke Bagas yang masih menatap kosong ke arah depan. Lelaki itu ikut menerawang ke depan. Sekilas bayangan tentang kedua orang tuanya melewati memorinya, sehingga ia merasa kembali di masa lalu yang menyedihkan itu.

"Sekuat-kuatnya anak. Kalau udah menyangkut orang yang disayangi terlebih orang tuanya pergi jauh. Gak mungkin buat anak itu kuat lagi. Sekalipun kuat, itu hanya topeng."

Agung menatap Rega. "Jangan nyindir diri sendiri, lawak!" tukas Agung yang justru mendapat balasan kekehan ringan dari Rega. Kekehan yang terdengar menyakitkan.

DHIRENDRA (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang