26. BAIKAN

452 48 20
                                    

"Jadi mereka berantem cuma gara-gara cewek?"

Bagas mengepulkan asap rokok di udara lalu mengangguk, mengiyakan pertanyaan Rega. Setelah menghajar Dewa tadi, Bagas kembali ke Warnyak untuk berkumpul bersama Agung dan Rega dan menceritakan apa yang ia lihat tadi. Kejadian di taman belakang sekolah tadi membuatnya mengambil kesimpulan bahwa Dhiren dan Pangeran sama-sama menyukai Retta. Bahasa gaul jaman sekarang sih, cinta segitiga.

"Gue jadi gak suka sama Retta. Gara-gara dia, dua sahabat kita kayak musuh bebuyutan." bertepatan setelah Rega menyelesaikan kalimatnya, mereka bertiga melihat Retta berjalan bersama Oliv dan Kelisha melewati Warnyak.

Bagas hanya menatap kepergian Kelisha tanpa berniat mengejarnya. Hal itu membuat Agung dan Rega bingung.

"Lo nggak ngejar Keli?" tanya Rega dibalas gelengan kepala dari Bagas. Cowok itu melempar batang rokok ke bawah dan menginjaknya sampai apinya padam dan menyisakan abu. "Gue mau lupain dia. Kenapa gue harus pertahanin orang yang gak pantes buat gue dapetin? Dia berhak bahagia sama cowok lain. Dan sekarang gue bebasin dia."

Agung menggeser duduknya agar lebih dekat dengan Bagas lalu tangannya bertengger di bahu Bagas dan menepuknya beberapa kali. Agung dan Rega sudah tahu jika Bagas telah vakum dari dunia per-buaya-an karena patah hati dengan Kelisha. Di sisi lain, Agung bersyukur karena Bagas tidak lagi bermain perempuan dan menyakiti hati kaum hawa. Tetapi di sisi lain juga Agung tidak tega melihat kondisi Bagas yang lebih buruk setiap harinya. Bagas sering ke club hanya untuk menenangkan diri dari masalah kedua orang tuanya yang selalu menyudutkan dan menyalahkan Bagas yang tidak tahu apa-apa. Agung takut dengan kesehatan Bagas karena Bagas terlalu sering merokok dan minum alkohol dosis tinggi.

"Gak semua hidup tentang cewek, Gas. Masih ada kita-kita yang selalu ada buat lo." Bagas menanggapi ucapan Agung dengan senyum tipis.

"Betul tuh, Gas. Jangan galau gara-gara cewek ah. Bukan Bagas banget ini. Mending lo pesen mie goreng ke Mak Nyak buat kita bertiga," sahut Rega membuat Bagas berdecak kesal namun tetap menuruti permintaan Rega.

Sekarang, hanya tersisa Agung dan Rega.

"Rega?" panggil Agung membuat Rega menoleh lalu menaikkan kedua alisnya untuk menunggu kalimat yang akan diucapkan oleh Agung.

"Gue gak setuju sama lo tadi yang katanya benci Retta gara-gara bikin Dhiren sama Pangeran berantem. Gue juga gak bela Retta karena gue gak tau yang pasti masalahnya. Menurut gue, Retta yang tahu apa-apa soal ini. Dia juga nggak mungkin sengaja bikin Dhiren sama Pngeran berantem."

Agung menjeda ucapannya. Ia menepuk bahu Rega lalu mencekramnya. Tidat kuat sehingga Rega tidak meringis kesakitan.

"Daripada kita sibuk beropini siapa yang salah dan siapa yang bener, mending kita cari cara biar Dhiren sama Pangeran baikan dan kita bisa kumpul berlima lagi kayak dulu."

****

Hari berlalu dengan cepat sampai tak menyangka hari ini Dhiren kembali masuk sekolah setelah menjalani hukuman skorsing selama lima hari. Saat Dhiren baru menginjakkan kaki di dalam kelas, tiba-tiba ia dikejutkan oleh teriakan temen-temen sekelasnya.

"WELCOME BACK MAS BUJANG!!"

"YA ALLAH DHIREN MAKIN GANTENG, IEU!!!" pekik Hanum membuat siulan dari para cowok saling bersautan. Lain dengan Rega yang justru mencibir.

"Mulut lo kayak toa nggak pernah dilaundry. Berisik!"

Bagas bersiul mendengar cibiran Rega kemudian berteriak. "CEMBURU TUH,  NUM! REGA GAK IKHLAS LO MUJI DHIREN!! AWW!!"

Gelak tawa di kelas ini terdengar sampai luar kelas dan kelas sebelah membuat Dhiren menggelengkan kepala pelan. Ini suasana yang membuatnya rindu saat menjalani hukuman skorsing. Saat meletakkan tas di atas mejanya, Dhiren melihat Pangeran yang menunduk---sibuk memainkan ponsel. Dhiren menghembuskan napas berat karena merasa kehadirannya seperti setan. Ada tapi tak dianggap.

DHIRENDRA (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang