27. KEPUTUSAN

442 50 2
                                    

Malam ini, Dhiren, Agung, Pangeran dan Bagas datang ke tempat kost Rega karena cowok itu mengundang mereka entah untuk tujuan apa. Ternyata, saat mereka baru masuk, langsung disuguhkan makanan berbungkus kertas minyak yang mereka yakini Rega membeli dari luar untuk mereka.

"Rega! Mana lo?! Ada tamu ganteng nih!" teriak Bagas yang langsung dihadiahi jitakan dari tangan jahat Pangeran.

"Malu, bego! Ini tempat orang, jangan seenak jidat lo!"

Bagas mengusap keningnya yang baru saja dijitak oleh Pangeran sambil menggerutu. Satu minggu tak merasakan jitakan Pangeran, malam ini Bagas kembali merasakan jitakan Pangeran yang semakin kuat.

"Iya-iya, maap."

Dhiren dan Agung hanya geleng-geleng kepala melihat bercekcokan Bagas dan Pangeran. Tak lama kemudian, Rega datang dengan handuk melingkar di lehernya dan rambutnya yang basah. Ah, sepertinya cowok ini baru saja selesai mandi. Pantas saat mereka mengucap salam tidak dijawab, alhasil dengan tidak tahu malunya, Bagas membuka pintu kost Rega yang tidak terkunci dan melengos masuk begitu saja.

"Lha, udah dateng aja. Bentar-bentar."

Rega kembali ke arah dapur yang tak jauh dari mereka duduk kemudian membawa lima piring untuk mereka jadikan wadah makan. Rega meletakkan handuknya di atas kasur dan membagikan nasi bungkus kepada sahabat-sahabatnya. Maklum. Karena ini kost bukan kontrakan, jadi tidak ada tempat ruang tamu dan dapur. Semua dijadikan satu. Tetapi untuk alat-alat dapur? Tidak... untuk apa juga Rega menyimpan itu semua jika ia tidak bisa masak? Lebih baik membeli di luar.

"Tadi waktu pulang dari masjid, gue liat Mang Bujang lewat. Jadinya gue beli hehe.... Sorry, ya, cuma ada ini," jelas Rega bersamaan selesai membagikan nasi bungkus pada keempat sahabatnya.

"Alah, santai aja. Apa pun makannya gue sikaatttt," balas Bagas berapi-api kemudian membuka karet nasi bungkus dan menampilkan nasi ampok bersama dengan berbagai macam lauk yang membuat Bagas semakin ngiler.

Ada oseng pepaya, dadar jagung, trancam sayur, sambel terong campur pete, oseng tempe tahu, dan yang membuat Bagas sangat ingin sekali menyantap adalah ikan asin. Ganteng-ganteng gini, Bagas juga penyuka ikan asin kok.

"Ikan asinnya cuma tiga?" Bagas bertanya dengan wajah murung sambil menatap nanar ikan asin yang berjumlah tiga ekor saja.

"Nih, makan." Dhiren memberikan semua ikan asin miliknya pada Bagas karena memang Dhiren tidak menyukai ikan asin. Melihat ikan asinnya bertambah, Bagas tersenyum senang dan melanjutkan makan malamnya dengan khikmad karena terakhir ia makan tadi siang saat di Warnyak. Perutnya benar-benar lapar dan sekarang Bagas berterima kasih banyak pada Rega yang mengundangnya makan malam di kost cowok itu.

"Do'a dulu kali, Gas!" tegur Pangeran sambil geleng-geleng.

Dengan mulut yang masih penuh, Bagas menjawab. "Udwah kwok dwi dwalwam hwat---"

"MUNCRAT!" potong Agung sambil menyentil satu butir nasi yang keluar dari mulut Bagas ke arah luar karena kebetulan Agung duduk di dekat pintu.

Pangeran berdigik kemudian menggeser duduknya menjauh dari Bagas dan mendekat ke Dhiren lalu mulai makan dengan tenang.

"Ini sambel terongnya gak pedes, kan?" tanya Dhiren memastikan. Ia trauma dengan kejadian makan rujak milik Friska yang dimasukkan cabai sepuluh biji. Dan sambel buatan Sopia saat Dhiren makan di rumah Retta. Cukup kejadian itu yang membuat lidah Dhiren tersiksa.

Rega menggeleng. "Gue tadi udah request ke Mamangnya bikin sambel gak pedes buat lo, kok."

Dhiren tersenyum tipis. "Makasih."

DHIRENDRA (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang