12. INSIDEN DI LAPANGAN

537 55 5
                                    

Ketik “Dhirendra” buat absen🤓

Happy reading!

****

12. INSIDEN DI LAPANGAN

Dhiren bersama Pangeran, Rega, dan Bagas tengah berada di parkiran sekolah dan duduk di atas motor mereka masing-masing. Sedangkan Agung sudah melakukan tugasnya untuk mengecek atribut sekolah murid-murid sejak pukul enam pagi.

“Gas, lo bawa rokok gak?”

Bagas menoleh ke arah Pangeran sambil menggelengkan kepala. “Kagak. Dhiren bawa gak?”

Dhiren mengangguk kemudian merogoh saku celananya dan mengeluarkan satu bungkus rokok lalu diberikan pada Pangeran. Di antara mereka berlima, hanya Bagas dan Pangeran saja yang merokok. Agung dan Dhiren tidak merokok karena orang tua mereka tidak mengizinkan meski mereka pernah mencobanya sekali. Itu pun hanya satu hisapan dan mendapat hasutan dari Pangeran. Sedangkan, Rega tak ingin merusak organ tubuhnya dengan merokok.

Jika kalian bertanya kenapa Dhiren yang tidak merokok membawa rokok. Jawabannya adalah Dhiren sengaja membawa sebagai stok untuk Pangeran dan Bagas yang sering merokok itu.

“WOI! KALO MAU NGEROKOK JANGAN DI SINI LAH!!” teriak Aaron dari depan gerbang sekolah, berjalan menghampiri Pangeran dan Bagas yang bersiap menghidupkan rokok dengan korek api.

“Sini rokoknya,” pinta Aaron seraya mengulurkan tangannya pada Pangeran yang membawa bungkus rokok.

“Bentar lah, Ron. Satu batang ye.”

Aaroon menganggukkan kepala lalu kedua tangannya berada di pinggang menatap Pangeran dan Bagas bergantian. “Satu hisapan sepuluh push up. Gimana? Deal?

Dengan cepat Bagas memaberikan satu batang rokok dan korek api pada Aaron.

“Kagak.”

“Lo gimana, Ran?” Aaron menatap Pangeran dengan senyum khas cowok itu.

Pangeran berdecak kemudian memberikan bungkus rokok pada sang ketua OSIS. “Ck! Ya udah nih.”

Thanks.

Keempat cowok itu menatap kepergian Aaron yang membawa rokok dan korek api milik mereka.

“Gak asik tuh anak. Ngerokok aja gak boleh. Padahal kalau jadwal pulang dia selalu ngerokok di Warnyak,” gerutu Bagas yang langsung mendapat jitakan dari Rega.

“Ngerokok mulu sih pikiran lo! Kalau mau ngerokok juga mikir-mikir kali! Udah tau area sekolah masih sempet-sempetnya ngerokok. Lo juga, Ran,” semprot Rega membuat keduanya menipiskan bibir.

Pangeran membenarkan bandana putih yang melingkar di dahinya. “Ya ya ya .... Orang ganteng emang selalu salah.”

“Kelas,” kata Dhiren singkat kemudian turun dari atas motornya karena lima menit lagi bel akan berbunyi.

“Retta!!” panggil Rega dan Bagas sambil melambaikan tangan pada adik mereka.

Dhiren dan Pangeran yang berjalan mendahului mereka menoleh ke belakang, menatap Retta yang datang ke sekolah sendiri. Sepertinya Oliv belum sembuh dari demam. Terlihat Retta membalas sapaan mereka sambil melambaikan tangan seperti yang dilakukan Rega dan Bagas tadi.

Saat Retta melewati Dhiren dan Pangeran, cewek itu hanya menatap sekilas dua seniornya dan kembali melanjutkan jalannya seolah mereka tidak saling kenal.

“Tuh anak kayaknya udah gak kepikiran kejadian kemarin,” celetuk Bagas yang sudah berdiri di samping Dhiren.

“Ya bagus lah kalau dia gak kepikiran kejadian kemarin. Gue juga ngerasa gak enak karena udah bikin dia hampir celana gara-gara Dewa.”

DHIRENDRA (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang