32. ULANG TAHUN DHIRENDRA

464 56 30
                                    

Hai, friends! Apa kabar?

Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan💙

Semoga kita semua bisa lebih baik dari hari-hari sebelumnya, aamiin.

Gimana? Udah siap vote dan komen?😍

Pastinya harus siap dong!

Semoga aku bisa rajin update🙏🏿

Happy reading!

****

32. ULANG TAHUN DHIRENDRA

28 Mei 2022.

Dhiren tersenyum getir melihat kalender di tanggal itu. Ia mengambil pulpen di atas nakas lalu mencoretnya secara abstrak dan melempar kalender itu sembarang arah. Tangan kekar itu menarik selimut sampai ujung kepalanya. Tak lama kemudian, bahunya bergetar. Menangis.

"Bunda...."

Kalimat yang lolos dari mulut Dhiren.

"Dhiren? Hari ini kamu izin lagi?" suara Arga di balik pintu kamar Dhiren terdengar parau, membuat hati Dhiren tersayat. Setiap tahunnya, Arga tidak pernah absen mengizinkan Dhiren di tanggal dua puluh delapan Mei. Hari ulang tahunnya, sekaligus kepergian sang Bunda.

"Dhirendra anak Bunda yang kuat."

Mata Dhiren terbuka lebar saat mendengar samar-samar suara Kanaya memasuki gendang telinganya. Meski tidak pernah bertemu dengan Kanaya, tetapi Dhiren bisa mengenali suaranya karena Arga pernah memutar rekaman suara Kanaya saat bernyanyi di acara ulang tahun sekolah.

"Bunda di mana?" lirih Dhiren saat ia sadar jika sedang berhalusinasi. Tetapi, suara itu terdengar nyata di telinga Dhiren.

"I miss."

"Dhirendra? Kamu belum bangun?" suara Arga lagi-lagi terdengar dari balik pintu.

Lama tak mendengar jawaban dari Dhiren, Arga menghela napas. "Ya udah, nanti Ayah ke sekolah—"

Ceklek.

"Gak perlu, Yah. Dhiren sekolah."

Arga tertegun beberapa saat melihat Dhiren keluar membuka pintu dengan mata sembab. Kemudian, seulas senyum tipis terbit di wajah Arga yang sudah mulai menuai termakan usia. Meski Dhiren tidak bahagia di hari kelahirannya, setidaknya Dhiren ingin bersekolah.

"Mau Ayah anter?" tawar Arga sambil menunjuk kunci mobilnya.

Dhiren mengangguk. "Asal Ayah gak repot."

"Kamu itu gak ngrepotin." Arga melangkah mendekati Dhiren lalu mengusap rambut sang putra.

"Selamat ulang tahun, Dhirendra."

Dhiren tersenyum tipis. Tangannya mengambil tangan Arga dari kepalanya lalu memperhatikan cincin pernikahan yang masih tersemat di jari manis pria itu.

"Dan selamat mengenang kepergian Kanaya ke tujuh belas tahun."

****

Di koridor sekolah, Rega, Bagas, Agung, dan Pangeran saling pandang dengan ekspresi wajah yang tidak bisa di deskripsikan begitu.melihat seseorang berjalan ke arah mereka bersama seorang pria paruh baya.

"Ayah ngapain ikutin Dhiren?"

Arga melirik Dhiren sinis. "PD banget. Ayah ada perlu sama kepala sekolah."

Di belokan ke kiri, Arga menepuk pundak sang putra sebagai salam pamit. Langkah tegap dan penuh wibawa seorang Arga dari dulu sampai sekarang selalu menjadi sorotan publik. Seluruh murid SMA BRAWIJAYA melihat Arga berjalan dengan tatapan kagum.

DHIRENDRA (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang