papa 1

5.8K 409 41
                                    

Bright terbangun dari tidurnya. Ketika Tania sang adik mengguncangkan tubuhnya.

"Phi Bai, sudah waktunya kesekolah" ucap gadis kecil itu sedikit kencang, Bright tersenyum melihat keadaan sang adik. Bright merapikan kancing baju adiknya yang tidak terpasang dengan susunan benar, rambut sang adik yang tidak tersisir dengan rapi walaupun pita pink sudah menghiasinya.

Bright bersyukur jam masih menunjukan pukul enam pagi, masih ada waktu untuknya mempersiapkan sang adik.

Bright memandikan Tania, usia Bright sudah dua belas tahun dan Tania 7 tahun jarak umur mereka 5 tahun. Seharusnya di usia seperti ini Tania tidak akan dimandikan lagi oleh sang kakak, di tambah mereka berjenis kelamin berbeda, tapi keadaan yang memaksa mereka seperti ini.

"Tania sudah mengucapkan morning ke papa?" Bright bertanya pada sang adik, dan sang adik mengangguk sambil tersenyum ceria. Sesekali sang adik membenarkan alat pendengarnya di telinga.

"Ayo kita mandi" Bright mengajak Tania ke kamar mandi.

Setelah selesai mandi Bright memasangkan baju seragam sekolah Tania, menyisir rambut sang adik adalah rutinitas nya sehari-hari.

Setelah Bright selesai menyiapkan keperluan sekolah untuk mereka berdua, akhirnya Bright mengajak sang adik untuk sarapan.

"Kalian sudah bangun?" Laki-laki muda itu berkata tanpa melihat mereka. Bright menyuruh Tania duduk di tempatnya. Laki-laki yang sedang mengendong balita tiga tahun itu mendudukkan balita itu di kursi khusus nya.

Laki-laki itu adalah Art, istri kedua sang daddy, ayah tiri mereka, walaupun sampai detik ini Bright tidak pernah Sudi memanggilnya ayah. Bright sudah menanamkan pada dirinya kalau dia hanya punya dua orang tua, Daddy Mew dan papa Gulf

Bright melihat sekelilingnya, maid terlihat sibuk menyiapkan sarapan pagi, rumah sebesar ini di huni keluarga besar dan maid pada pagi hari akan sibuk dengan mempersiapkan sarapan pagi tanpa peduli sang anak yang punya rumah kesulitan mengurus pagi mereka.

Tak lama turun lah anak laki-laki yang seumuran dengan Bright. Bright menatap tidak suka pada bocah itu.

"SELAMAT PAGI!!" bocah itu berteriak di telinga Tania yang di pasang alat pendengar itu. Thania langsung berteriak kesakitan. Telinganya berdengung. Bright yang melihat itu langsung memukul sang pelaku yang berteriak kepada adiknya. Beberapa pukulan di layangkannya pada bocah itu.

"Hentikan Bright!!" Art langsung menjauhkan Bright dari bocah yang sedang kesakitan karna di pukul Bright.

"Jangan berteriak kepada adikku sialan!!" Bright mengupat.

"Win kau tidak apa-apa nak?" Art memeriksa luka di wajah anaknya akibat pukulan Bright

"Tidak apa-apa ayah" Win mencoba tersenyum. Win adalah putra Art dengan mantan suaminya.

"Ayah akan mengambilkan obat luka, kalian lanjutkan sarapan kalian kembali" Art pergi dengan cepat untuk mengambil obat luka untuk Win.

Bright dengan segera memeriksa keadaan Thania adiknya. Telinga sang adik mengeluarkan darah, darah itu mengalir dari telinga sang adik. Bright segera melepaskan alat pendengar itu dari adiknya.

'thania tidak apa-apa?' Bright bertanya dengan bahasa isyarat nya. Thania tidak akan bisa mendengar ucapan orang lain setelah melepas alat pendengarnya.

"Sakit phi" Thania tidak bisa lagi mengatur besar kecilnya volume suara yang di keluarkannya.

"Apa yang sedang terjadi di sini?" Mew datang kemeja makan. Sedikit terganggu dengan keadaan Win yang penuh luka.

Please Come Back, Papa ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang