Bright masih menatap keluarganya dari masa lalu, airmata masih mengalir di pipinya. Entah sudah berapa lama waktu yang di habiskannya di masa lalu sampai Tania kecil mengusap air mata di pipinya.
"Phi jangan menangis" Tania kecil tersenyum. Bright menatap adik kecilnya. Tania belum menggunakan alat bantu pendengarannya.
"Phi Bai akan mengubah masa depan mu Tania, phi berjanji akan hal itu" Bright menatap sang papa yang sedang membawa minuman ke taman belakang dan meletakan di meja di sebelah Tania,
Saat itu Bright merasa ada sesuatu yang menariknya. Ketika membuka mata cahaya matahari menyilaukan matanya. Bright menatap sekelilingnya dan ini adalah kamarnya bersama Tania di masa sekarang. Bright menatap Tania yang masih tertidur dalam lelapnya.
Bright ingat semalam dia telah pergi ke masa lalu, Bright kembali melihat kertas petunjuk penggunaan jam tangan ajaibnya.
"Waktu 1 jam di masa lalu sama artinya dengan tiga jam di masa depan" Bright membaca point' kedua. Bright hanya pergi selama 3 jam dan sekarang sudah pagi di waktu sebenarnya.
"Kau tidak bisa terlihat jika kau berada di tempat yang sama dengan dirimu dimasa lalu kecuali oleh manusia yang berumur kurang dari lima tahun" Bright membaca point ketiga. Sekarang Bright tahu kenapa dirinya hanyalah sosok tembus pandang di masa lalu ketika dirinya yang masih kecil bermain bola dengan sang Daddy.
"Sekali kau mengubah masa lalu maka kau tidak akan pernah kembali ke masa lalu selamanya." Bright mengingat poin ini, dia ingin selalu melihat papanya, itu artinya Bright tidak akan merubah apapun di masa lalu. Tapi harus bagaimana dia membahagiakan adiknya.
Bright melihat jam di tangannya yang sudah menunjukan pukul delapan pagi. Sudah saatnya di Adan Tania sarapan, walaupun sudah sangat terlambat. Bright bersyukur kalau ini adalah hari Sabtu yang artinya sekolah akan libur.
Bright segera membangun kan adiknya, mereka harus mandi dan sarapan. Bright menyimpan jam tangannya, Bright tau jam ini terlalu bahaya jika Bright memamerkannya.
Setelah memastikan Tania rapi dan siap untuk sarapan, Bright mengajak sang adik ke ruang makan. Keadaan rumah sedikit sepi pagi ini. Bright yakin semua penghuni rumah kembali ke kamar masing-masing setelah sarapan.
'Bu Kim, bisa kau buatkan nasi goreng untukku dan Tania?' Bright bertanya dengan bahasa isyarat pada Bu Kim yang sedang mencuci piring bekas sarapan keluarga besarnya tadi pagi. Bu Kim tersenyum dan mengangguk.
Bu Kim adalah orang dengan kekurangan seperti Tania, Tania bisa berbicara karna Tania kehilangan pendengarannya ketika kecelakaan, sedangkan Bu Kim memang sudah tidak bisa mendengar sedari di lahirkan. Bu Kim jugalah yang mengajarkan Bright dan Tania bahasa isyarat.
Sedang asik makan, Win yang berlari mengejutkan Bright, Win sudah terlihat sangat rapi, bahkan lengkap dengan sepatunya. Baru setelah itu Kao juga turun, Kao adalah anak Joan.
"Kalian tidak bersiap-siap?" Kao terlihat heran dengan Tania dan Bright yang masih memakai pakaian santai.
"Memangnya kita mau kemana?" Tanya Bright bingung. Bright tidak merasa keluarga mereka akan bepergian kemana-mana.
Bright semakin tercengang ketika melihat sang daddy yang berpakaian kasual, seperti nya keluarganya memang akan pergi pikir Bright.
"Bright, Tania, kalian belum bersiap?" Mew bertanya pada putra sulungnya itu.
"Bersiap kemana?" Tanya Bright bingung. Mew langsung berteriak memanggil Art istrinya.
"Kau tidak mengatakan pada Bright dan Tania kalau kita akan liburan?" Mew menatap tajam Art.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Come Back, Papa END
Fanfiction"jika aku memberimu satu permintaan, apa yang akan kau lakukan Bright?" wanita tua itu bertanya pada bocah 12 tahun yang telah menolongnya "aku ingin papa kembali" Bright tertunduk. setiap kali ditanya keinginannya Bright akan selalu menjawab kalau...