papa 4

2.8K 318 25
                                    

Thania menangis, tidak terhitung berapa kali dia mencoba memeluk sang papa tapi tetap saja tidak bisa, tubuhnya selalu berhasil menembus tubuh sang papah.

Bright melihat jam tangan nya, beberapa menit lagi mereka harus kembali ke masa depan. Bright menarik tangan Tania agar menghadap padanya.

'Kita harus kembali, phi berjanji akan mengembalikan papa dan Tania akan bisa memeluk papa lagi' Bright menggunakan bahasa isyarat nya. Bright menggenggam erat tangan adiknya begitu merasakan tarikan yang sangat kuat pada tubuhnya.

Dan seperti biasa, ketika membuka mata, mereka sudah kembali ke kamar mereka di masa depan.

Hari sudah menggelap, kedua perut kakak beradik ini berbunyi menandakan lapar yang mendera mereka.

'ayo kita makan malam' Bright mengajak adiknya keruang makan.

"Dari mana saja kalian? Kami dari tadi khawatir mencari kalian" Joan yang berada di ruang tengah mengomel pada Bright dan Tania. Joan masih sangat kesal karena dua orang kakak beradik ini mereka jadi gagal liburan ke luar negeri.

"Itu bukan urusan mu, jangan bertingkah seolah kau pemilik rumah ini" Bright menantang Joan. Bright sudah terlalu muak dengan kelakuan keluarga Art.

Joan menggeram kesal, kalau dia melawan Bright sudah di pastikan dia akan meninggal kan rumah ini, apalagi dengan jelas Mew mengatakan dia tidak mencintai Art.
.
.
.
.
.

"Apa yang kau lakukan?!" Mew berteriak marah ketika Art memasukan baju-baju nya kedalam koper.

"Aku dan keluargaku akan pergi dari rumah ini, sudah cukup penghinaan yang kau berikan pada keluarga ku" Art meneteskan airmatanya. Percuma Art berpura-pura bahagia selama ini jika Mew hanya ingin menghinanya.

"Kau ingat perjanjian kita? Aku yang menentukan kapan kau dan keluarga mu pergi dari rumah ku" Mew menggenggam kedua bahu Art. Art tidak ketakutan sama sekali ketika di tatap tajam oleh Mew.

"Tapi kau juga harus ingat, kau berjanji tidak akan membongkar hubungan kita di depan keluarga ku, tapi apa yang kau lakukan?" Art mendorong Mew.

"Sekali lagi, kau macam-macam dengan keluarga ku, jangan harap aku sudi tinggal di rumah ini lagi" Art meninggalkan Mew di kamar begitu saja.

Art tersenyum, Art tau Mew berjanji akan menikahinya dan tidak meninggalkannya kepada seseorang. Mew tidak bisa melanggar janji itu, bahkan jika hatinya tersiksa.
.
.
.
.
.

"Dari mana saja kalian? Daddy mencari kalian seharian" Mew yang sampai di ruang makan menatap kedua anaknya yang sedang lahap dengan makanannya. Baik tania dan Bright tidak ada yang menjawab. Tania bisa di maklumi tidak mendengarnya tapi kalau Bright? Bright bahkan tidak menoleh padanya.

"Bright, Daddy minta maaf atas apa yang terjadi, jangan mengabaikan Daddy" Mew memohon pada Bright.

Mereka hanya bertiga di ruang makan mau bagaimana pun ini baru jam enam sore, belum saatnya makan malam.

"Dad, Daddy tau kita semua tidak bahagia disini, Daddy tidak bahagia dan kami juga tidak, kenapa Daddy memaksakan keadaan ini?" Bright menatap tajam ayahnya.

Bright tau daddynya tidak pernah mencintai ayah baru mereka, bahkan terlihat menyentuhnya saja tidak, jadi kenapa Daddynya memaksakan diri?

"Kau akan tahu setelah kau dewasa Bright, semua Daddy lakukan agar kalian berdua bahagia" air mata Mew menetes begitu saja.

"Dad, keluarkan mereka dari rumah ini, kami sudah tidak sanggup dad, kami sudah kehilangan papa, jangan buat kami kehilangan Daddy juga" Bright memeluk daddynya. Kembali ke masa lalu juga mengingatkan Bright bahwa mereka telah kehilangan kasih sayang dari sang Daddy juga.

Please Come Back, Papa ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang