Semua orang yang mendengar ucapan Bright hanya terdiam. Bright tidak pernah melawan pada Daddy nya selama ini. Tapi ini lah batas kesabarannya. Bright menerima apapun keputusan sang daddy asal jangan pernah memisahkannya dengan sang adik.
"Ini rumah kami, bukan kami yang seharusnya pergi tapi mereka" Bright menunjuk Art dan keluarganya. Thania mulai menangis walaupun Thania tidak bisa mendengar tapi dia sangat yakin, dia lah penyebab ini semua.
"Ini rumah papa ku, kalau kau tidak suka melihat kami, seharusnya kau yang pergi, bukan kami" Bright membawa adiknya dari sana untuk pergi ke kamar mereka.
Dulu Bright dan Thania mempunyai kamar mereka sendiri, tapi setelah ayahnya menikah lagi, Thania harus rela kehilangan kamarnya dan pergi ke kamar kakaknya. Kamar Thania di tempati oleh Win dan adiknya. Adik Win yang bernama Tine juga adalah anak Art dengan suami lamanya.
Tapi jika kau membandingkan kasih sayang di dapat Win dan adiknya justru lebih besar dari yang di dapatnya dari sang daddy.
Bright sungguh tidak menyangka sang ayah begitu tega mengirim adiknya tinggal di asrama, adik yang bahkan untuk mengancing bajunya saja dia belum bisa.
"Pa aku gagal menjaga Thania, aku gagal menjaganya" Bright menangis menatap foto besar sang papa di kamarnya.
Bright ingat hari dimana sang papa meninggalkannya selamanya.
"Jaga Thania ya sayang tolong jaga Thania untuk papa" itulah kata terakhirnya sebelum ayahnya meninggal. Dan sekarang Bright memeluk sang adik yang sedang menangis itu. Bright tidak bisa membuat adiknya berhenti menangis karna Thania bahkan tidak mendengarnya, apalagi dengan keadaan begini Bright tidak bisa membuat isyarat untuk Thania.
Setengah jam lamanya sampai akhirnya Thania tertidur. Bright dengan pelan beranjak dan kembali ke tempat tidurnya.
"Bright, bisa Daddy bicara?" Mew mengetuk pintu dari luar. Sedangkan Bright terlalu malas untuk bertemu daddynya. Karna apapun yang akan di ucapkan Bright, Daddy nya tidak akan merubah keputusannya.
Setelah tidak mendengar jawaban sang anak, Mew akhirnya memutuskan untuk pergi dari depan kamar anaknya.
"Tuhan, bisakah kau kembalikan papah ku? Kenapa kau begitu menyayangi nya sehingga mengambil nya terlalu cepat?" Bright menangis. Beban ini bukanlah untuk anak seusianya. Apakah ketika Bright mengurus adiknya sang ayah tau?
Tidak, tidak sama sekali, sang ayah terlalu sibuk mencari makan untuk keluarga barunya hingga lupa ada dua orang anak yang sangat membutuhkan kasih sayangnya.
Bright terlalu di tuntut untuk menjadi dewasa ketika umurnya bahkan belum genap 12 tahun. Hanya karena di lahirkan lebih dahulu dari adik-adiknya Bright di tuntut agar jadi lebih dewasa. Mengerjakan apa yang seharusnya tidak di kerjakan anak seusianya.
Bright begitu terkejut ketika jam tangan pemberian nenek tadi siang bercahaya di pergelangan tangannya. Cahaya keemas yang sanggup membuat matanya merasa silau di karna kan ruang ini begitu gelap. Bright mematikan lampu supaya Tania terlelap dalam tidurnya.
Bright terkejut dan segera mencari kertas yang tadi siang di berikan nenek itu, Bright menganggap itu lelucon dan hanya membacanya sekilas.
"Ingatlah saat yang paling membahagiakan bagimu dan putar lah crown nya tiga kali" begitulah kalimat yang di baca Bright.
Bright semula ragu, tapi akhirnya memberanikan diri Melakukan itu dan perlahan pandangan Bright menggelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Come Back, Papa END
Fanfiction"jika aku memberimu satu permintaan, apa yang akan kau lakukan Bright?" wanita tua itu bertanya pada bocah 12 tahun yang telah menolongnya "aku ingin papa kembali" Bright tertunduk. setiap kali ditanya keinginannya Bright akan selalu menjawab kalau...